Chapter 18: Fate

1K 175 18
                                    

Derap langkah empat orang lelaki itu terdengar memburu di sepanjang koridor rumah sakit. Keempat orang itu tahu, ada sebuah peraturan yang melarang siapapun untuk berlarian di rumah sakit kecuali dalam keadaan yang sangat darurat. Dan tentu saja, ini keadaan yang sangat, sangat darurat.

Byul menghilang. Itu yang terjadi.

Bayi yang bahkan belum bisa merangkak itu tidak mungkin melepaskan cairan infusnya sendiri lalu melompat dari lantai 11 rumah sakit. Sangat mustahil. Kecuali ada seseorang yang membawanya.

Singkatnya, Byul diculik.

Seokjin tahu, ini saat yang paling tepat untuk menghubungi pihak kepolisian, dan tentu saja, itu hal termudah. Namun hal itu tentu saja tidak bisa ia lakukan. Lagi-lagi, mereka membawa nama baik keluarga. Once the po-po gets on their way, they are totally dead. Terutama bagi Seokjin, Taehyung, dan Jimin tentunya. Bukan berarti Byul tidak terlalu penting. Hanya saja soal nama baik keluarga mereka, it's a whole different story. Mereka tidak bisa mengabaikan salah satu dari dua pilihan tersebut begitu saja.

Oleh sebab itulah mereka menolak tawaran pihak rumah sakit untuk menghubungi polisi. Dan itu artinya, mereka harus mempersiapkan otak dan kadar kejeniusan mereka sendiri untuk menjadi detektif dadakan.

"Jungkook-ah, apa yang terjadi?" tanya Taehyung panik melihat Jungkook duduk meringkuk di sofa, wajahnya ia sembunyikan dalam-dalam di atas lutut.

Jungkook menggeleng, enggan mengangkat wajahnya dan menatap Taehyung.

"Jungkook-ah, jebal. Kau harus cerita. Bagaimana kami bisa tahu apa yang terjadi kalau kau seperti ini?" kali ini Taehyung menepuk pundak Jungkook, berharap bisa menyalurkan sedikit kekuatan.

Dan ternyata, cara itu berhasil.

Jungkook akhirnya mau mengangkat wajahnya.

Oke, Taehyung terkejut.

Jungkook ternyata menangis.

Sebagai seorang yang lebih tua, tentu itu menyayat hati Taehyung. Jika Jimin ada disini, pasti laki-laki itu sudah ikut menangis. Ia terlalu sensitif.

Sayangnya, Jimin bersama Seokjin dan Namjoon sedang mengecek CCTV di ruang keamanan.

"Hyung, m-maafkan aku." lirih Jungkook yang masih terisak. Wajahnya telah basah akibat air mata yang sedari tadi tak mau berhenti.

Taehyung menepuk kedua pundak Jungkook dengan mantap, berharap dapat menenangkan adiknya meski sedikit.

"Ini bukan semata-mata salahmu, Kook. Tolong jangan menangis. Aku jadi sedih melihatnya."

Masih dengan sedikit isakan yang tersisa, Jungkook berusaha menahan tangisnya kuat-kuat. Ia tak mau melihat Taehyung ikutan menangis di depannya. Itu akan lebih menyakitinya lagi.

Setelah beberapa saat, Jungkook sudah bisa lebih tenang meski guratan-guratan sedih dan penyesalan masih tercetak jelas di wajahnya. Ia kemudian teringat sesuatu.

Segera ia merogoh saku jeans-nya, dan mengeluarkan secarik kertas yang ia temukan beberapa saat setelah Byul menghilang. Taehyung mengernyit heran pada kertas pink pastel yang disodorkan Jungkook padanya. Dengan segera, Taehyung meraih kertas tersebut dan membaca isinya.

Pertama-tama, aku minta maaf.

Dan yang kedua, jangan panggil polisi.

I know you must be freakin out when you don't find Byul in the room.

Well, I'm sorry again.

Aku yang membawa Byul.

Jika kalian bertanya siapa aku.

Hello Baby [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang