Chapter 33: Pain and Regret

744 145 35
                                    

"Oh? Kenapa kembali? Ada yang ketinggalan?"

Seokjin menatap kaget sahabatnya yang tengah kepayahan mengatur napas. Bulir-bulir keringat menguasai wajahnya, sedang tangannya ditumpukan ke kedua lutut. Ia memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan pikirannya, lalu berdiri tegap meski dengan napas yang masih tak beraturan.

Ia segera menggeleng, menandakan ketidakbenaran atas perkiraan Seokjin barusan.

"Aku ingin bicara dengan hyung."

Tepat setelah Hoseok mengatakan hal itu—yang mana membuat Seokjin penasaran setengah mati—Yoongi keluar dari kamarnya. Ia tak sengaja mendengar suara Hoseok dari dalam, membuatnya terlonjak dari kasur, melempar ponselnya sembarangan ke atas ranjang dan berlari keluar.

"Hoseok-ah, kau yakin?" Yoongi bertanya dengan mata sipitnya yang membulat. Hoseok mengangguk yakin. Bahu Yoongi yang sempat menegang lantas melemas. Ia tidak tahu apa yang menyebabkan Hoseok tiba-tiba berubah pikiran, tapi menurutnya ini memang harus dilakukan sejak awal. Dan ia lega kalau Hoseok sudah mau menerima kenyataannya.

"Hei, ada apa ini? Kenapa kalian mencurigakan sekali? Apa ada sesuatu yang aku tidak tahu?"

Seokjin mengoceh, menuntut penjelasan atas tingkah aneh Hoseok dan Yoongi.

Hoseok menghembuskan napas panjang secara perlahan. Lalu bergerak untuk duduk di sofa. Seokjin dan Yoongi ikut duduk di sampingnya. Siap mendengarkan apapun yang akan lelaki Jung itu lontarkan dari bibirnya. Untuk sebuah alasan yang tidak Seokjin mengerti, jantungnya berdebar sangat cepat dan firasatnya mengatakan sesuatu yang besar hendak dikatakan oleh Hoseok.

"Hyung, berjanjilah kau tidak akan marah."

Firasat Seokjin semakin membesar, ia mengangguk ragu dengan kening yang berkerut samar.

"Apa hyung benar-benar tidak mengenal Shin Hyeri?"

Masih dengan penuh keraguan, Seokjin menggeleng pelan.

"Aku tidak pernah merasa kenal dengan ibunya Byul. Memangnya kenapa?"

"Kau yakin?"

Seokjin benci hal ini. Ia benci debaran jantungnya yang semakin tak beraturan akibat satu pertanyaan penuh keambiguan itu. Ia benci harus memutar otak keras-keras demi mengingat-ingat kembali apakah ada sesuatu yang pernah ia lewatkan selama hidupnya. Ia juga benci tatkala otaknya tidak menemukan apapun untuk diingat. Seakan memorinya terhapus total akibat kegugupan yang melanda dirinya.

"Hoseok, langsung saja. Seokjin hyung nampaknya tidak mengerti omonganmu." Yoongi menyela, merasa tidak tahan melihat Seokjin yang mendadak gugup seperti tersangka yang sedang diinterogasi oleh petugas polisi.

"Baiklah, baiklah. Aku langsung saja."

Hoseok menatap Seokjin tepat di matanya. Mengirimkan tekanan yang luarbiasa hebat yang membuat sekujur tubuh Seokjin meremang.

"Mungkin kau tidak ingat siapa itu Shin Hyeri. Tapi aku yakin kau tidak akan lupa apa yang pernah kau lakukan pada perempuan yang tidak kau kenal itu..."







"...hingga dosa yang kau tanam membuat Byul terlahir ke dunia ini, hyung."

**

"Seokjin hyung apa yang kau lakukan? Kau sudah gila?!"

Jungkook menarik paksa lengan Seokjin, membuat lelaki itu bangkit dari posisi berlututnya. Pemuda Jeon itu kemudian beralih menatap Hyeri dengan sedikit emosi dan banyak rasa penasaran. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi diantara kedua sahabatnya, tapi yang jelas melihat Seokjin menangis dan berlutut sementara Hyeri tidak menaruh kepedulian bukan sebuah pemandangan yang bagus. Dadanya sesak. Shin Hyeri yang ia kenal bukan perempuan yang jahat. Ia sangat baik bak malaikat. Dan Kim Seokjin yang ia kenal bukan lelaki lemah yang mengemis pada wanita.

"Pergilah, Kook. Ini bukan urusanmu." Hyeri berkata sinis. Terdengar jelas bahwa ia mengusir lelaki itu. Memberi batas agar pemuda kelinci itu tidak mencampuri urusannya.

Tapi Jungkook bukan orang yang akan pergi begitu saja tanpa mendengar penjelasan yang memuaskan keingintahuannya. Ia mencengkram kuat lengan Seokjin tatkala tubuh lelaki berbahu lebar itu limbung, hampir kehilangan pertahanannya.

"Aku tidak akan pergi sampai Noona mendengarkan Seokjin hyung." Jungkook berkata tegas dengan tatapan yang menajam serta rahang yang mengeras, membuat Hyeri sedikit gentar meski kebenciannya terhadap Seokjin masih lebih besar.

"Kau tidak mengerti, Kook." suara Hyeri melunak. Melihat seseorang yang sangat ia sayang membela seseorang yang sudah menyakitinya membuat dadanya seperti dihujam ribuan duri.

"Apa? Apa yang aku tidak mengerti? Kenapa noona seperti ini?!"

"Jungkook, jangan memarahi Hyeri seperti itu. Dia tidak salah." sahut Seokjin dengan suara paraunya.

Jungkook semakin tidak mengerti. Ia tahu memang mustahil meminta penjelasan disaat suasana sedang seperti ini. Tapi tidak ada petunjuk satupun yang membuat dirinya setidaknya tahu siapa yang salah siapa yang benar disini. Yang ia lihat hanya kondisi dua orang yang ia sayang sangat menyedihkan.

"Aku tetap tidak akan pergi hyung. Noona memperlakukanmu seenak—"

"Jungkook diamlah!" Seokjin meninggikan suaranya. Jejak basah air mata terlihat jelas di wajahnya yang memerah.

"Kau hanya anak kecil, jangan mencampuri urusan orang dewasa! Sekarang pulanglah!"

Jadi begitu.

Cengkraman pada lengan Seokjin perlahan terlepas. Jungkook merasakan pedih yang luarbiasa menghantam dadanya. Inilah hal yang paling ia benci dari label yang diberikan orang-orang padanya. Ketika mereka menganggapnya anak kecil, mereka merasa Jungkook tak cukup mampu untuk membantu meringankan beban mereka. Ia merasa tak berguna, setiap kali semua orang memiliki masalah, ia hanya jadi penonton dan tidak pernah dijadikan tempat berbagi.

Jungkook mendengus remeh. Memundurkan langkah perlahan sebelum berlari meninggalkan dua orang yang sedang berseteru. Persetan dengan rasa penasaran yang masih tersisa, saat ini hatinya sudah hancur dan tidak berminat untuk mendengarkan penjelasan yang mungkin saja akan lebih menyakitkan.

Disisi lain, Seokjin semakin terpuruk oleh rasa penyesalan. Belum selesai ia meminta maaf dan menyesal atas perbuatannya pada Hyeri, ia sudah membuat seseorang lagi tersakiti oleh ucapannya yang terlontar begitu saja.

Semua mata yang sedari tadi memperhatikan pertikaian mereka, kini menatap dengan iba. Seokjin semakin menunduk dalam, menyembunyikan rasa sakit yang mengoyak dirinya.

Dan tatkala ia sudah hampir kehilangan pertahanan, sebuah kehangatan merengkuh dirinya. Membawa tubuhnya untuk bersandar, membagi setengah bebannya. Seokjin merasakan hatinya menghangat. Sejenak terlupa oleh rasa sakit yang sempat menguasai dirinya.

Seokjin menyandarkan kepalanya di bahu hangat milik Hyeri dengan penuh daya. Membiarkan pertahanannya melemah dan membagi sebagian beban tubuhnya pada perempuan yang tengah memeluknya hangat.

"Maafkan aku, Seokjin-ssi. Aku tidak bermaksud kasar. Sekarang berhentilah merasa menyesal, dan ayo mulai semuanya dari awal."





To be continued...



A.N: Pendek aja gaes. Gasampe 1000 words. Cuma mau nuntasin yang ngegantung kemaren wkwkwkwkwkw

Chapter-chapter selanjutnya bakalan agak panjang soalnya mau cepet aku tamatin:')

Sebenernya ga rela sih ditamatin. Tapi aku udah semester lima gaes. Waktu semakin menyempit buat nulis cerita fiksi:")

Setelah ending bakalan ada special chapter buat cerita masing-masing member di masa depan. Doain aja semoga jadi wkwkwk

Jangan lupa bagi bintang sama komennya ya gaessss loveu

Hello Baby [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang