Chapter 26: Gone Wrong

744 153 71
                                    

Kini Hoseok dan Yoongi tengah berada di sebuah café di dekat gedung perusahaan Hansung. Shin Hyeri meminta mereka menunggu disana sampai jam kerjanya selesai. Berarti, masih tersisa satu jam empatpuluh lima menit lagi.

"Ini keterlaluan. Aku benci menunggu." keluh Yoongi. Ia mengaduk cangkir americano-nya geram.

"Sabarlah, hyung. Kita harus dapat kebenarannya hari ini. Aku tidak mau menunggu lagi."

Yoongi menghela pasrah. Ia sebenarnya juga tidak sabar untuk mengetahui kebenaran. Tapi menunggu dua jam? Kalau bisa memilih ia mungkin sudah memilih untuk tidur di kasur kesayangannya. Sayangnya ia tidak punya pilihan. Ia juga tidak tega melihat Hoseok yang masih bersemangat. Sepertinya memang benar, Hoseok menyerap terlalu banyak energi matahari.

Kedua lelaki itu kemudian disibukkan dengan ponsel masing-masing. Berusaha membunuh rasa bosan dengan game ponsel atau sosial media. Setiap bel pintu masuk berdenting, mereka menghentikan kegiatan sesaat, hanya untuk menoleh ke pintu masuk, barangkali itu adalah seseorang yang mereka tunggu.

Kenyataannya, Shin Hyeri tidak datang.

Tidak, sampai dua setengah jam berlalu dan Yoongi hampir menyeret Hoseok untuk pulang.

Pintu itu kembali berdenting, kini benar-benar menampilkan sosok yang mereka tunggu.

Shin Hyeri datang dengan keringat yang bercucuran di wajahnya, napasnya terengah. Sepertinya ia habis berlari.

Tanpa berniat memesan apapun, perempuan itu menghampiri meja tempat Yoongi dan Hoseok duduk.

"Maaf, aku terlambat. Pekerjaannya lebih banyak dari yang kupikirkan." jelas perempuan itu sebelum Hoseok atau Yoongi bertanya.

"Tak apa." Hoseok berusaha tersenyum meski lelah.

"Aku sudah tidak tahan, cepat ceritakan semuanya, Shin Hyeri." Yoongi berujar tak sabaran. Ia mengantuk setengah mati, bahkan hampir mati karena kebosanan.

Hyeri masih berusaha menormalkan pernapasannya, lalu mulai bersuara.

"Pertama, maafkan aku. Aku merepotkan kalian beberapa bulan belakangan."

Perempuan itu menunduk dalam, tidak berani menatap dua lelaki yang duduk didepannya.

"Aku kebingungan. Saat itu aku tidak punya pekerjaan tetap. Bahkan aku masih mengutang untuk membayar biaya persalinan di rumah sakit. Penghasilanku per bulan bahkan tidak cukup untuk membayar cicilan hutang."

"Sampai suatu saat aku berpikir untuk menyerahkan Byul pada seseorang. Aku tidak ingin membawanya ke panti asuhan. Tidak, dia bukan anak yatim piatu. Dan yang bisa kupikirkan, hanya membawa Byul pada ayahnya."

Napas Hoseok tercekat. Inilah bagian yang paling ia tunggu. Mengetahui apakah Byul anaknya atau bukan. Tapi jika memang bukan... lalu siapa diantara bangtan?

"Aku tidak bisa menyebutkan siapa ayahnya."

Yoongi hampir terjungkal. Ia sudah menahan napas, menunggu Hyeri mengucapkan satu nama. Tapi yang ada malah begini.

"Jangan bercanda, Shin Hyeri. Aku menunggu berjam-jam disini bukan untuk mendengarmu berkata begitu." sinis Yoongi.

"Yoongi hyung benar. Kami menunggu untuk mendengar kebenarannya. Jangan disembunyikan lagi."

Shin Hyeri menghela berat. Ia tahu hari ini pasti akan datang. Hari dimana mereka menuntut kebenaran.

"Baiklah, tapi jangan terkejut. Tidak—maksudku, kalian boleh terkejut. Tapi jangan histeris."

Hello Baby [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang