Hello Baby [BTS]

Chapter 39: As if it's Your Last

Hari ini hari minggu yang sangat penting. Terlihat dari bagaimana sibuknya semua orang di apartemen memakai setelan tuxedo dan bagaimana Byul didandani dengan gaun pink pastel yang indah dan rambut yang dikucir dua dengan pita yang juga berwarna pink.

Appa bilang hari ini appa Yoongi akan bermain piano di sebuah panggung besar. Byul tidak mengerti apa itu panggung, ia juga tidak mengerti kenapa semua orang harus memakai pakaian bagus hanya untuk menonton Yoongi bermain piano, tapi yang jelas ia sangat senang bisa melihat Yoongi bermain piano lagi.

Di mobil, ia berada dalam satu mobil dengan Seokjin dan Hoseok. Appa hobi tidak berhenti mengoceh di telefon, kelihatannya berbicara dengan Yoongi namun nadanya menggebu-gebu seperti orang yang sedang tidak sabaran.

Byul hanya bisa memandangi Hoseok dari jok belakang, dimana dirinya mempunyai tempat sendiri di mobil Seokjin dengan sabuk pengaman kecil yang melingkar di tubuhnya.

Perjalanan yang memakan waktu cukup lama membuat Byul mengantuk dan hampir tertidur. Namun syukurlah mereka akhirnya sampai. Byul tercengang melihat begitu banyaknya orang berpakaian seperti ayah-ayahnya dan dirinya di gedung bercat putih yang sangat megah itu. Ia berpikir mungkin Yoongi sedang diundang oleh seorang Raja untuk bermain piano di istana, seperti yang diceritakan Jimin padanya sebelum ia tidur.

Seokjin menggendongnya memasuki gedung megah itu bersama keenam orang lainnya, mereka disambut dengan ramah dan diarahkan ke tempat duduk VIP di deretan paling depan, dimana kau bisa melihat dengan sangat jelas dari tempat ini.

"Appa, apa itu yang namanya panggung?" tanya Byul sembari menunjuk ke arah panggung dimana sebuah grand piano putih berada disana. Seokjin mengangguk dan tersenyum.

"Benar, appa Yoongi akan bermain piano di atas sana. Keren, bukan?"

Byul lagi-lagi tercengang. Yoongi pasti benar-benar diundang oleh seorang raja sampai bisa bermain di panggung yang begitu megah. Ia tidak pernah tahu ayahnya yang suka tidur dan menggerutu itu ternyata keren dan hebat.

Ada jeda waku tigapuluh menit sebelum konser pertama Yoongi dimulai. Waktu itu digunakan untuk menunggu tamu yang datang, para wartawan yang meliput, dan fans-fans Yoongi yang sebenarnya belum terlalu banyak tapi cukup agresif dengan suara-suara mereka yang memekakkan telinga—meski akhirnya mereka harus diam dan duduk manis karena ini adalah konser musik klasik.

Yoongi naik ke atas panggung dengan setelan jas putih yang kontras dengan warna rambutnya yang hitam. Byul bahkan tidak tahu kapan Yoongi merubah warna rambutnya dari blonde ke hitam. Mungkin ibu peri menyihir rambut Yoongi jadi hitam.

Ia menyampaikan beberapa pesan pembuka—bahkan menyebut nama Byul di dalamnya yang membuat gadis cilik itu hampir melompat dan menghampiri Yoongi di panggung—lalu memulai pertunjukannya dengan memainkan lagu klasik yang Byul sering dengar di kamar ayahnya dan Yoongi.

Meski harus diakui bahwa permainan Yoongi sangat apik tanpa cela, Byul tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengantuk sebab lagu yang sedang dibawakan sekarang sangat pelan seperti lullaby pengantar tidur. Ia heran kenapa semua orang tidak merasa mengantuk dan masih terfokus melihat Yoongi yang berada di atas panggung, sementara dirinya sudah menyandarkan kepala di dada Seokjin dengan nyaman, bersiap untuk terpejam.

Namun baru saja ia ingin memejamkan mata, musik yang dimainkan Yoongi berhenti. Byul terpaksa menunda tidurnya untuk melihat apa yang terjadi. Dan ternyata seorang gadis berambut pendek dengan gaun hitam memasuki panggung dengan membawa sebuah violin di tangannya.

"Itu tante Sena!" Byul memekik riang, suaranya menggema di aula yang sepi membuat beberapa orang terkekeh gemas dengan tingkahnya.

"Sst, jangan berisik, Sayang." Seokjin berbisik, Byul jadi malu dan menutup wajah dengan tangan mungilnya.