MIMPIKU AWAL PERPISAHANKU

6.1K 316 18
                                    

Di mana aku ini...
Cahaya apa itu...
Lama-kelamaan, cahaya itu semakin jelas...

Wow... indahnya...
Apakah itu sebuah masjid?
Ya... itu sebuah masjid...
Semua orang memakai baju putih...
Sepertinya mereka sedang salat...

Siapa yang memegang bahuku...?
"Hei... siapa kau?" tanyaku.
"Jenny... aku Jenny... Kita ini berteman, kau dan aku adalah teman," jawabnya.
"Gelang itu... adalah rumahku..." dia menunjuk tanganku. Oh... Jenny... aku baru ingat itu.

Dan siapa dia...?

Tubuhnya tegap dan atletis...
Sungguh gagah dirinya...

Sepuluh wanita cantik menghampiriku...
Dan sepuluh pria berbadan seperti laba-laba juga...

Dan...

Ada lagi yang seperti peri...
Bersayap indah nan cantik...

Apakah itu para kurcaci...?
Badannya kecil sekali...

Sebenarnya aku berada di mana sih...?

"Kau berada di alam kami... tak usah takut... kau adalah tuan putri kami..." kata salah satu perempuan cantik. Tidak, tidak, dia bukan sekadar cantik, tapi sangat cantik. Bahkan para peri pun kalah akan kecantikannya...

Tanganku digandeng, semua melingkari diriku...

Dan aku tidak sadar bahwa aku telah berjalan sangat jauh... Jauh sekali...

"Lihatlah ini," kata Jenny.
Sebuah sumur... baiklah, aku akan lihat...

Aku melihat diriku dan teman-teman satu geng sedang berbincang dan sesekali tertawa, lalu kami tiba-tiba berada di jalan raya. Seperti biasanya, kami saling kejar-mengejar (kebut-kebutan), susul-menyusul, dan siapa yang pertama berhasil sampai duluan akan ditraktir makan bakso langganan kami.

Aku bersama si kembar satu motor... seperti biasanya...

Tiba-tiba kami menabrak sesuatu. Sesuatu yang besar...

Apa itu...
Aku tak bisa melihat dengan jelas...

Merah...

Apakah itu darah...?
Ya... itu darah...

Tidak... itu tidak mungkin... darah...

"Hah, hah, hah..." Aku terbangun. Mimpi apa itu. Aneh.

"Jenny... Jenny..." panggilku.

"Ya... kenapa?" jawabnya.

"Apakah itu hanya mimpi?"

"Mungkin iya, mungkin tidak."

"Apa maksudmu?"

"Yu, kamu bicara dengan siapa?" kata Mama dari dapur.

"Bukan siapa-siapa, Ma, lagi latihan drama," kataku berbohong.

"Kalau kau tidak ingin semua itu terjadi, maka hentikanlah teman-temanmu itu," jawab Jenny sambil berguling di kasurku.

"Permainan itu adalah malapetaka bagimu," lanjutnya lagi.

"Tapi aku tidak bisa menghentikannya," tanyaku bingung.

"Hey... bodoh... kau bisa menghentikannya..."

"Tapi bagaimana caranya?"

"Aku juga tidak tahu."

Ck... siapa yang lebih bodoh sekarang?

"Aku bingung... gimana cara untuk menghentikannya?"

"Kau bisa melakukannya. Kau belum mencoba tapi sudah menyerah, payah."

AKU INDIGO ???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang