D'GENGX 3

6.9K 320 8
                                    

"Huaam... berisik... apaan sih yang mengganggu pagi-pagi begini." Aku melihat kalender, hari Minggu, hari libur. Ck... di mana lagi HP-nya, ada suaranya tapi tidak ada wujudnya. Seperti setan saja. Nah... ketemu. Oh... ternyata Kiki yang menelepon.

"Hmm... kenapa?" kataku yang pura-pura ngantuk. Ya... pura-pura ngantuk.

"Lo baru bangun? Anak perawan jam segini baru bangun."

Aku melihat jam. "Masih jam 7 kok."

"Apa lo bilang, masih...? Gak salah denger nih." Jawab Kiki sambil mengomel.

"Gak salah cantik, udah to the point aja deh kalau mau ngomong atau gak..."

"Oke, oke, lo ke sekolah gak?"

"Lah, bukannya hari ini libur?"

"Iya... libur, tapi khusus hari ini sekolah mengadakan kerja bakti."

"Hah... masa...?"

"Iya..."

"Demi apa?"

"Demi cintaku padamu, baby."

"Kamu normal?"

"Masih normal, Aan, lo kali yang abnormal."

Mending aku tutup teleponnya daripada dia makin aneh. Oke, aku akan melanjutkan mimpi indahku. Ck... siapa lagi sih yang menelepon.

"Yuh... lu tuh ya, gak sopan banget tahu gak. Lo cepetan ke sekolah, Pak Kepsek bilang kalau gak datang ke sini, lo dianggap bolos."

"Lah... bisa gitu ya?"

"Bisalah, guru-guru pada marah-marah karena banyak yang gak datang. Lu mau apa di rapor lu ada yang alpa?"

"Hmm... gitu..."

"Udah deh, jangan mulai nyolot kaya gitu, lu cepet ke sini, gue tunggu."

"Oke... oke, aku ke sana. 30 menit sampai."

Aku langsung cepat-cepat mandi, gak pakai sabun apalagi sampo, cuma sikat gigi doang. Bukan jorok, tapi itu terpaksa. Untung hari ini pakai baju bebas, jadi gak perlu digosok lagi. Gaya aku itu simpel banget. Cuma pakai kaus panjang warna biru gelap sama celana jins, dipadukan sepatu kets merah, tinggal pakai jaket langsung capcus.

Kulihat di sekitar sekolah masih sepi, guru-guru belum datang kayaknya. Buktinya mobilnya saja belum kelihatan di parkiran.

Sudah kuduga, ternyata Kiki bohongin aku. Ck... ya sudahlah. Sudah berapa kali aku dibohongi. Abaikan dan lupakan. Kerja bakti pun dimulai dengan upacara singkat dan diakhiri dengan kotor-kotoran mainin tanah.

Fiuuh... akhirnya selesai juga. Lelah banget. Duduk di kantin enak nih. Apalagi sambil dengerin lagu. Yups... kalau kerja bakti kayak gini pasti boleh bawa HP, sodara.

"Hihihihihi..."

Mak... suara apaan ini...

Kulihat di sekitar gak ada siapa-siapa. Makhluk astral pun gak ada kecuali Jenny, penunggu batu giok kesayanganku. Oh... ternyata ini lagu kiriman Rere kemarin. Ya... Rere emang iseng banget. Oh iya... aku akan kenalkan kalian sama sahabatku si Jenny ini. Dia itu penunggu batu yang sekarang aku pakai. Dialah (Jenny) menjadi pedoman hidupku. Ya... pedoman. Dia adalah guru yang mengajariku tentang kehidupan. Dia adalah sahabat hidupku. Dia segalanya. Banyak kata-katanya yang menginspirasi dan membangkitkan motivasiku. Salah satu katanya adalah jangan percaya kepada seseorang kecuali keluargamu, jangan terlalu dekat dengan orang, nanti kita dimanfaatkan. Rambut sama hitam, kita gak tahu apa isi hatinya, terlihat baik namun busuk di dalam, gak ada manusia yang paling baik kecuali kedua orang tuamu. Dan kata-kata itu terbukti.

Dan ada satu lagi: "I don't care." Saya tak peduli dan tak mau peduli. Biarkan orang mencaci dan menghina dirimu, jangan pedulikan itu, mereka itu iri karena mereka itu tak bisa seperti dirimu.

Dan kata-katanya yang paling berarti dalam hidupku adalah jangan takut akan kegagalan karena kegagalan adalah kunci keberhasilan. Justru kalau kita pernah gagal, kita jadi tahu kenapa kita bisa gagal dan pasti kita gak akan masuk ke lubang yang sama lagi. Sedangkan orang yang belum pernah mengalami kegagalan itu malah lebih rentan mengalami keterpurukan dan rasa putus asa karena kegagalan. Kalau kita yang gagal, kita tidak akan merasa putus asa sedikit pun, karena kita pernah mengalaminya.

Cuma 3 kata itu yang paling aku ingat. Kata-kata itu sangat berharga dalam hidupku. Sangat.

Oke... kita balik ke topik. Sekarang D'GENGX sudah pada ngumpul. Yang di sekolah lain juga. Kan ini hari libur, jadi dengan mudahnya mereka bisa masuk ke halaman sekolah.

Seperti biasanya, mendengarkan musik dan biarkan mereka bercengkerama sepuasnya.

Eh... mereka mau mainin permainan apa. Oke aku akan menguping. Apa...? Main jelangkung. Aneh.

"Gak salah denger nih, mau main jelangkung di sekolah?" kataku.

"Gak, Aan... napa lo takut... cupu lu..." kata Dimas.

"Kalian mau menyerahkan nyawa kalian?" kataku serius.

"Tapi kita lihat di Google, main yang kayak gitu mah gak apa-apa kali," kata Syatria menambahkan.

"Jangan jadi LOSER deh," kata Dimas dengan penekanan.

"Ya... emang aku LOSER, sang pecundang seperti aku kenapa harus jadi pemimpin, hah? Bahkan aku pun tak tertarik dengan kelompok aneh kayak gini," kataku menanggapi.

"Jangan emosi dong. Oke, selesaikan dengan pungutan suara. Siapa yang mau ikut dan siapa yang gak, dan kita milih suara terbanyak. Jangan pakai emosi, oke?" kata Kiki yang mencoba menenangkan.

Ck... semua pada milih bermain permainan sialan itu, hanya Kiki dan Paul saja yang berpihak kepadaku.

"I don't care, itu keputusan kalian bukan? Jangan salahkan aku kalau terjadi sesuatu nantinya," kataku.

"Percaya aja sama kita-kita, Aan," kata Rere.

"Hmm... tapi lu jangan ngomongin yang gak-enggak deh, ciciboz," kata Marsyela yang mulai gemetaran.

"Aku cuma mengingatkan oke... itu terserah kalian. Tapi sebagai pemimpin, mau gak mau aku harus ikutin kata-kata para anggota, kan? BIAR GAK DIBILANG EGOIS BYE..." kataku sambil langsung pergi.

Gila tuh orang mau main jelangkung. Ck... usulan siapa sih itu? Sudahlah, lupakan.



AKU INDIGO ???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang