Kalian tahu hantu penunggu kelas ku itu ? yang suka menggelindingkan kepalanya ? dia pernah membuat ulah yang menjengkelkan.
Begini ceritanya ...
Aku yang mulai terbiasa berpura-pura normal. Ya ... berpura-pura tidak melihat meskipun mereka selalu memancingku. Ini benar, mereka sebenarnya tahu bahwa aku berbeda, aura dan tatapanku yang tak dapat berbohong ini. Kalian tahu apa yang mereka lakukan agar aku menengok mereka ?Ketika temanku sedang tertawa renyah, mereka malah menunjukkan wajah jelek mereka yang penuh darah, melompat-lompat penuh kegirangan ketika aku melotot dan mengerutkan dahi (tentunya sambil menelan ludah). Iya aku memang penakut, siapa yang tidak takut melihat pocong jelek bau busuk itu ? tentu kalian akan bereaksi sama ketika melihat poci itu menunjukkan wajah jelek penuh darahnya. Dia selalu saja memancingku untuk melihat tingkah konyolnya.
Nah, sepertinya poci itu, makhluk tanpa kepala itu juga melakukan aksi yang sama, yakni dengan menjatuhkan kepalanya tepat di kakiku. Seketika aku marah dan berkata kepadanya 'aku melihatmu, bisakah kau berhenti menggulingkan kepalamu itu ? kau kira aku takut jika kau menggelindingkan kepala itu ?'
Dia langsung mengambil kepalanya dan lari begitu saja. Keesokan harinya dia berdiri dibelakang pintu. Kukira dia ingin mengagetkanku, tapi ternyata tidak. Dia hanya diam berdiri menatapku. Lalu aku melewatinya, dia menghalangi jalanku. Dengan terpaksa aku menabrakkan diriku agar bisa masuk ke kelas.
Aku heran, kenapa manusia normal tak merasakan sakit jika menabrak mahkluk seperti itu ? Kenapa hanya aku yang merasakan sakit di seluruh badan ? Rasanya remuk habis menabrak benda besi yang begitu keras. Merasa tiba-tiba meriang karena habis tertabrak itu.
Aku pun mulai membiasakan diri merasakan rasa sakit tertabrak mereka. Berpura-pura normal ternyata ada enaknya, gangguan-gangguan dari mereka mulai berkurang, makhluk-makhluk sudah tidak meminta bantuan hal-hal yang tidak bisa aku bantu. Bukannya aku tak mau, tapi memang aku tak bisa membantu, aku tak tahu bagaimana cara membantu mereka, meskipun tak sedikit pula yang aku bantu jika bisa diri ini bantu.
Nah, semenjak aku mencuekkan mereka, hidupku lebih terasa ringan dan normal. Hal-hal yang seperti inilah aku inginkan, aku bisa bersosialisasi menggepresikan diri. Begini rasanya menjadi normal.
Tapi itu tak begitu lama, si kepala buntung itu malah memperhatikan diriku setiap saat. Rasanya tidak nyaman juga. Apalagi lama makin lama iya mendekatiku. Diam berdiri mematung di depanku. Tentunya sambil memegang kepalanya dengan menarik rambutnya.
'kenapa kau menatapku ketika aku makan ? risih tahu' kataku sambil mengunyah makanan.
Dia hanya berkata 'maaf'.
'aku tak bisa membantumu.' Kataku yang mulai berkomunikasi.
'kau bisa melihatku ?' Dia malah bertanya dan aku hanya mengangguk.
'Berarti dugaanku benar, lalu kenapa kau tak berekspresi ketika aku sebuh-sebuh makananmu dan menatapmu lebih dekat' Tanyanya kembali.
'malas' Jawabku singkat.
'membuat orang malas itu keahliku, kenapa kau jadi malas ? aku tak menggunakannya kepadamu.' Tanyanya kembali. Cerewet sekali dia.
'Diamlah' Kataku mulai mengemasi makananku dan pergi meninggalkannya.
'kau mau kemana ?' Tanyanya mengikutiku.
Suara azan zhuhur mulai berkumandang. Seketika dia kabur menghilang. Aku pun melanjutkan perjalananku menuju mesjid.
Sepulang dari sholat di mesjid sekolah, aku mendapatinya duduk meringkuk dipojokkan kelas. Dia melihatku langsung menghampiriku, namun aku mengabaikannya dan mengambil tasku untuk ke ruang lainnya. Kami memang sering berganti-ganti kelas dikarenakan sekolah kekurangan ruangan.
Nah, lain lagi di kelas sebelah yang ada kepala buntung itu, di kelas ini ada perempuan mengenakan seragam putih abu-abu yang kebesaran, rok yang cingkrang (pendek sebatas betis, sejenggal diatas mata kaki), roknya lebar tidak seperti rok jaman sekarang yang memperlihatkan body dan begitu sempit. Memakai tas selempang yang aneh, seperti tas laptop yang sering aku gunakan.
Gaya rambut panjang berponi gelombang yang aneh, tidak seperti model rambut jaman sekarang. Yang paling aneh adalah dia tidak memakai ikat pinggang dan 2 kancing atas terbuka serta memakai dasi yang tak beraturan. Anak yang rajin (tidak juga sih) sepertiku ini gatal ingin memperbaiki dasi dan style bajunya yang aneh itu.
Ditambah lagi dengan tingkahnya yang aneh. Diam duduk di baris paling belakang, dipojok tempat anak-anak laki-laki kelas tidur. Dia selalu menatap lurus ke depan seakan mendengarkan guru kami menjelaskan pelajaran. Setelah bel istirahat dia selalu pergi ke arah perpustakaan. Lalu kembali setelah sepuluh menit bel berbunyi kembali. Mungkinkah jadwal jaman dahulu hampir sama ? tapi aku rasa tidak, karena setelahnya sekitar 2 jam sebelum kami pulang, dia akan keluar kelas ke arah perpustakaan kembali. Aku benar-benar bingung kepadanya.
Tetapi masih lebih membingungkan makhluk yang sering menggangguku beberapa saat dengan beberapa pertanyaan aneh seperti 'kenapa kau dapat melihatku?' Ya ... Siapa lagi kalau bukan kepala buntung itu.
Sampai aku lelah menjawab pertanyaan mereka dan aku berkata 'Bisakah kau diam ? kau mau apa sebenarnya ?' Tanyaku kesal.
'aku hanya ingin berteman, aku tak punya teman.' Katanya sayu.
'jadi kau menggangguku hanya ingin berteman ?' Tanyaku. Dia pun menggangguk.
'Tentu saja semenjak aku meladeni mu, kau telah berteman denganku' Kataku dengan pura-pura membereskan buku.
'Benarkah ?' Katanya. Aku mengangguk-angguk pura-pura mendengarkan lagu dari laptop temanku, padahal untuk menjawab pertanyaannya.
Dia tersenyum senang. Jangan fikirkan bagaimana tersenyum dengan kepala yang berada pada posisinya, nyatanya tersenyum dengan kepala yang masih dipegang dengan cara menarik rambutnya. Jangan bayangkan, itu cukup menyeramkan. Karena itu aku tidak ingin menatapnya lama-lama.
Beberapa setelah kami akrab, aku menanyakan kenapa dia tidak bisa menyatukan kepalanya agak lama, tapi dia hanya menjawab 'sudah takdirnya begini'. Kasihan juga aku melihatnya. Ternyata tidak semua buruk rupa itu jahat, tapi kebanyakan memang energi mereka memang jahat.
Aku juga ingin menanyakan kenapa dia bisa demikian, tapi rasanya tak etis menanyakan hal pahit kepadanya, apalagi kalau dia bisa tiba-tiba marah seperti teman khayalanku yang lain ketika ditanyakan bagaimana kematiannya, ataupun ditanyakan tentang hal-hal berhubungan tentang kematiannya. Tak banyak juga yang berbohong ketika aku menanyakan kematian mereka, seperti pura-pura amnesia (lupa akan kejadiannya) padahal aku tahu, mana mungkin mereka bisa lupa hal-hal pahit seperti itu.
Begitulah kisah diriku yang mulai beradaptasi menjadi manusia normal. Maaf jika jarang update, itu karena ada beberapa hal yang membuatku sibuk.
Aku akan memberikan informasi tahapan-tahapan mereka, dari mulai yang ecek-ecek seperti mbak kunti dan makhluk yang tidak jelas lainnya serta sampai pada alam iblis dan malaikat (tentunya mereka berbeda alam). Akan saya publikasi tahapan-tahapan mereka jika vote ini telah sampai 50+ yak. Siapa yang mau ? vote yuk vote, berikan bintang cintanya kepada author :V
Sengaja minta vote 50+ supaya bisa hiatus agak lama nih authornya :V Author pamit hiatus lagi yak dadah :V Tapi tenang kok, masih ada update cerita tiba-tiba, itu berarti hanya sekedar ingin bercerita, bukan memberikan informasi, kalau memberikan informasi ada syarat khusus tentunya, yakni harus sampai 50+ dulu yak, lagian juga butuh riset dulu, karena dulu ada yang protes kalau bukan begini lah bukan begitu lah, bahkan dianggap menjiplak, padahal itu saya buat hasil sendiri, ada yang sama juga wajah dong, berati pemahamannya sama, jikalaupun dapet dari sumber mana, pasti saya cantumkan, sudah banyak buktinya bukan ? Sekian dan terimakasih, Sekali lagi Author pamit Hiatus yak.
#pubikasi tertanggal : Minggu, 12 April 2020.
Namanya Arif aku tahu setelah sekian lama #Aandini2024
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU INDIGO ???
Horror[#100 HOROR 2017]. [#3-10 TRUESTORY 2017-2019]. [#5 INDIGO 2018]. [#2-10 HOROR 2019]. [#1-10 TRUESHORTSTORY Agustus 2019-September 2020]. [#1-100 TRUESHORTSTORY 2016-2022] Ini bukan novel atau pun cerita fiksi tetapi ini adalah pengalaman sang penul...