Fiiuh... tiap tahun pindah sekolah terus. Eh, tidak juga setiap tahun. Ck... harus beradaptasi lagi deh. Tapi ya, sudahlah.
Hari pertama tidak seindah yang kubayangkan. Ya, tidak indah... menurutku. Suasana yang baru, cara bicara yang baru, dan sifat yang baru. Mungkin di sekolahku yang dulu, kalian menganggapku sebagai pembuat ulah, pembuat onar, terlambat, sering berkonflik dengan guru, langganan masuk ruang BP karena berkelahi, dan masih banyak lagi. Baik atau buruk, itu adalah sifatku. Tapi di sekolahku yang sekarang, sifatku jauh berbeda dibandingkan dengan di sekolah yang lama. Mungkin karena sekarang aku bersekolah di sekolah agama, jadi banyak sifat burukku yang kutinggalkan dan mungkin juga sifat baikku. Mungkin saja. Aku juga merasa ada yang aneh, tapi entahlah....
Ada satu sifat yang tak pernah berubah. Ya, pendiam. Bukan pendiam, tapi irit bicara. Kadang kala aku juga banyak ngomong, kok. Tapi hanya dengan orang-orang yang agak dekat denganku. Aneh, ya...
Hari pertama itu aku merasa seperti artis yang sedang diwawancarai. Hahaha... itu hanya perasaanku saja. Maklumlah, anak baru harus diintrogasi dulu. Oh iya, salah satu hal yang tidak menyenangkan di hari itu adalah keramaian. Anggota D'GENGX tidak sebanyak yang ada di kelasku, ditambah lagi kelas sebelah yang juga sangat kepo dan plus-plusnya kalau ada kakak kelas. Ramainya seperti pasar. Tapi ya, sudahlah....
Dan di hari pertama aku melihat pemandangan yang tidak mengenakkan. Ya, tidak enak. Dalam perjalanan ke sekolah, aku melihat Mbak Kutilang sedang berciuman dengan Pak Gendoruwo di pohon besar. Kalian tidak menyangka, kan? Aku juga tidak. Dari mana Mbak Kutilang bisa bersama Pak Gundo? Mataku telah ternodai oleh adegan mesum makhluk astral itu. Dan yang paling menjengkelkan itu pas mau pipis, eh... tiba-tiba Mbak Kutilang muncul entah dari mana. Ya, jadinya biar tidak takut dan agak aman, pintu kamar mandi tidak aku tutup. Kebetulan temanku masuk. Tidak usah diceritakan, pasti kalian sudah tahu apa yang terjadi setelahnya. Aku mengulang kesalahan itu tidak sekali atau dua kali, tapi berkali-kali. Yang paling memalukan adalah saat kakak kelas masuk dan aku diberi tahu oleh ibu kepala sekolah. Mati deh, Ekey dimarahi. Tidak mati, sih, cuma malu. Tapi tidak apa-apa, daripada Ekey diganggu oleh penunggu kamar mandi itu, kan...
Padahal aku juga sudah tahu kalau di kamar mandi itu ada, tapi tetap saja kaget. Bahkan pernah pipis dalam celana. Abisnya Mbak Kutilang menunjukkan muka seramnya sambil kaki di atas, tangan di bawah, dan tangannya seperti mau mencekik terus. Mukanya berdarah, darahnya menetes ke lantai, terkelupas, bahkan ada belatungnya. Bibirnya sobek sampai ke telinga. Menyeramkan sekali.
Ada satu kenangan yang menyenangkan juga di sekolahku yang baru. Waktu itu aku ikut marching band (maaf kalau tulisannya salah) dan kami sedang latihan untuk acara ulang tahun sekolah. Ketika kami latihan, semua makhluk astral pada berkumpul sambil joget-joget tidak jelas. Entah berapa banyak, tapi setahuku ada adek tuyul, Mbak Kutilang, dan beberapa makhluk aneh yang tidak bisa kujelaskan. Mereka terlihat senang dan aku juga merasa senang melihatnya. Tapi kalau ada suara azan, mereka pada kabur. Kalau tidak, mereka tetap joget-joget tidak jelas walaupun kita sudah tidak latihan lagi. Aneh, bukan? Tapi entahlah...
Di kelas juga ada makhluk lain dari dunia itu, tapi tidak senyeramkan di kelas sebelah. Aku melihatnya waktu belajar di kelas sebelah. Temanku sedang menyodok-nyodok pohon bambu pakai sapu. Padahal dia tidak tahu kalau di situ ada makhluk besar yang menyeramkan. Benar-benar seram. Kurasa itu gundo, soalnya dari ciri-cirinya mirip. Cuma bedanya, dia tidak memiliki mata merah. Mungkin tertutup oleh bulu panjangnya. Gundo itu berbulu, bukan berambut. Bulunya sangat lebat. Pake sampo apa, tuh? Eeiig....
Oke, kembali ke topik. Ciri-cirinya mirip, dia punya kuku panjang, warna bulunya gelap (dibilang coklat tapi kehitaman gitu, dibilang hitam, bukan hitam, warna yang aneh), dan berbadan besar serta tegap. Gayanya juga sama, yakni melipat tangan ke depan.
Coba kalau dia tahu, mungkin sudah bagaimana. Hahaha, bersyukurlah kalian tidak melihatnya. Tapi kasihan juga sih, sifatnya jadi mirip Pak Gundo. Mungkin secara tidak sadar mereka berteman. Banyak banget 'dia' berbuat ulah di kelas ini. Kasihan, ya... tapi ya, sudahlah....
Kalau aku ngomong, pasti mereka pada tidak percaya. Bahkan aku pernah ngomong hal-hal yang berbau mistik pada temanku, lalu tersebar ke teman-temannya. Padahal mukanya mirip banget dengan Kiki, apalagi kalau pakai kacamata, tapi sifatnya tidak sama. Mungkin karena aku bukan sahabatnya kali, ya...
Aku dikucilkan di semua kelas seperti ini mungkin karena mulut lemasku. Mungkin. Itu hanya perasaanku saja. Tapi setelah aku menceritakan hal tersebut, semua orang menjauhi diriku, apalagi para lelaki. Mereka seperti jijik, kesannya aku seperti tahi kucing. Aneh, bukan? Padahal aku tidak pernah berbicara apa pun secara tatap muka dengan orang di hari itu. Aku hanya ikut ngumpul-ngumpul tidak jelas, cuma diam, dan kalau ditanya, hanya menjawab. Tapi kalau dengan dia dan kawan-kawannya, aku bicara hal yang lebih pribadi, termasuk hal-hal yang mistis. Abisnya dia nanya sih. Menyesal Ekey ngomong sama dia.
Tidak apa-apa, aku sudah biasa dibully. Silakan hinaku sepuasnya, kalian semua suci, aku banyak pahala. Tidak apa-apa aku digosipkan ini itu, tapi yang penting pahala kalian jadi milikku. Hahaha (tawa jahat).
Tapi lama-kelamaan ada juga yang mau berteman dengan aku. Ya, walaupun cuma untuk minta contekan kalau tidak mengerjakan PR atau bekerja sama untuk mengerjakan soal. Bukan bekerja sama, tapi mereka hanya ingin memanfaatkan otakku. Itu cuma akal-akalan, bray... ciih... buat apa kalian ke sekolah kalau tidak mendapatkan ilmu dari sekolah. Bisa cuma mencontek doang, ilmu kalian tidak akan berguna nanti di masa depan. Tapi tidak apa-apa. Toh yang rugi kalian sendiri.
Jujur, aku masih senang kalau orang mendekati aku hanya untuk meramal masa depan mereka. Walaupun meramal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi aku masih senang dan merasa bahagia melihat tingkah mereka yang senang kalau tentang hal baik dan pura-pura sedih kalau tentang hal buruk.
Aku tidak peduli mereka bilang dukun lah, ini lah, itu lah. Tidak peduli apa kata orang. Aku bukan dukun kok, kan aku tidak minta uang kalau apa yang aku katakan benar, aku hanya mau membantu. Selama aku bisa membantunya, kenapa tidak aku coba? Kenapa dikasih kelebihan sama Allah tapi tidak aku pakai untuk berbuat kebaikan? Lagian juga prediksi aku pasti bisa salah, kan. Aku bukan Tuhan yang tahu segalanya. Aku cuma manusia. Aku juga makan nasi. Terus kenapa kalian percaya sama perkataanku? Aneh. Tapi itulah manusia...
Yayaya... manusia itu memang aneh, ya... termasuk diriku.
Lagipula meramal seperti itu tidak capek? Otakku harus fokus sama apa yang kamu katakan dan secara otomatis aku melihat video sepersekian detik yang begitu cepat. Aku harus mengulangi semua kata-kata yang kamu ucapkan agar video itu semakin jelas, walaupun masih seperti iklan di TV. Itu sangat menguras otak. Bahkan ada beberapa yang aku tidak tahu, tapi kalian tetap memaksa, makanya kadang aku sering bilang 'lihat saja nanti'. Ada yang aku lihat itu buruk dan pasti aku selalu bilang 'jalani saja dulu hidup ini'. Kenapa aku bilang begitu? Karena aku tidak mau mengecewakan kalian. Bahkan saking capeknya diriku ini sampai sakit karena harus masuk ke dunia lain yang sulit untuk aku jelaskan. Tapi kalian tidak terima kasih. Sudah kubilang berkali-kali kalau aku cuma manusia, sama seperti kalian, tapi kalian tetap saja kekeh minta dilihatkan masa depan. Giliran salah dibilang bohong. Maunya apa, neng! Dasar manusia tidak tahu terimakasih.
--------------------------------------
*maaf bagi yang merasa tersinggung,tapi saya niatnya gak mau menyindir,tapi yaa...kalo ngerasa...ekhm...maaf...tapi kadang-kadang kenyataan lebih pahit daripada kebohongan....*
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU INDIGO ???
Horror[#100 HOROR 2017]. [#3-10 TRUESTORY 2017-2019]. [#5 INDIGO 2018]. [#2-10 HOROR 2019]. [#1-10 TRUESHORTSTORY Agustus 2019-September 2020]. [#1-100 TRUESHORTSTORY 2016-2022] Ini bukan novel atau pun cerita fiksi tetapi ini adalah pengalaman sang penul...