sekolah baru 2

4.6K 282 38
                                    

Aku melewati tempat di mana ada Mbak Kutilang dan Gundo sedang berbuat mesum di pohon. "Nunduk saja," bisik Jenny. Aku menunduk menuruti kata Jenny. Lalu Jenny bercerita hal yang lucu dan otomatis aku tertawa sambil mengusap-usap gelangku. Seorang kakek melihat tawaku dan tingkahku yang aneh. "Dia bisa melihatku," kata Jenny. Aku melihat kanan-kiri, tidak ada siapa-siapa, hanya ada kakek yang tersenyum aneh kepadaku. "Senyum lalu lari," perintah Jenny. Aku menuruti apa kata sahabatku ini. Sampai juga di sekolah.

Sekolah seperti biasa. Bosan. Siapa yang ingin aku ajak mengobrol ya... tidak tahu siapa-siapa di sini. Ada juga sih yang aku tahu namanya dan bentuk wajahnya. Tapi aku tidak dekat dengan mereka. Nah, ada orang yang mau mengajakku mengobrol juga akhirnya. Oke, Ekey hanya duduk dan mendengarkan. Ternyata, mereka tidak jauh berbeda dengan yang di sana. Ya, mereka makan mie di dalam kelas. Bahkan ada yang selfie-selfie tidak jelas. Fiiuuh... pemandangan yang sangat membosankan. Mereka mengajakku untuk selfie bareng. Ck... ditolak tidak enak, tidak ditolak malas banget foto bareng mereka. Bukan sok artis, tapi rasanya agak malas. Di HP aku sendiri saja tidak ada foto, apalagi ada foto aku di HP-nya, meskipun foto berdua. Kalau dia niat jahat, mau digunakan bagaimana. Duh... pikiranku burukku melayang. Sudah lupakan. Lebih baik aku tidur cantik saja.

Tidak enak juga tidur di sini. Makhluk di sini ternyata banyak juga. Apalagi di samping itu ada pohon-pohon besar. Bisa-bisa kesambet aku. Ikut mereka ngerumpi saja. Mereka seperti wartawan yang sedang menanyakan seorang artis. Nanya pacar lah, nanya ini lah, nanya itu lah. Tidak penting banget, tahu tidak. Tapi tidak apa-apa, anak baru wajarlah jadi artis.

Cewek satu ini tidak ada habis-habisnya menanyakan apa-apa ke aku. Yang paling parah, dia bertanya, "Pernah cipokan tidak?" Anjay, pertanyaannya. Hahaha, ketawain saja. Eeh... senyumin saja. Ah... sudahlah, lupakan.

Hah, pemeriksaan mendadak. Mati deh Ekey. Tapi aku tidak bawa HP atau senjata tajam. Mereka hebat juga, ya, menyembunyikan HP-nya di tempat yang aman.

apa!!! gelangku juga disita!!!. Duuh...kak jangan disita jenny sama kawan-kawannya. Kacian kalo mereka gak sama ekey. Ck...gak satu aja apa,harus tiga-tiga-nya di bawa. Yups...sekarang ini aku lagi make 3 gelang giok.1 gelang dikanan warna ijo isinya nenek cantik (bencong sebenernya),sama 2 gelang warna merah terang dan gelap,isinya itu jenny dan pacarnya. Yang lain irit ngomong tapi kalo jenny itu agak gitu deh-_-(dia lg marah-marah sekarang,karena aku buat cerita ini di wattpad atas ijin dia,jadi katanya harus ngomongin dia yang baik-baik aja).

 Yang lain irit ngomong tapi kalo jenny itu agak gitu deh-_-(dia lg marah-marah sekarang,karena aku buat cerita ini di wattpad atas ijin dia,jadi katanya harus ngomongin dia yang baik-baik aja)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Okey...balik ke topik. Duuh...gimana ini. Jenny jangan tinggalkanku....

Kini aku sendiri...tiada yang menemani....

Eih, kenapa aku jadi alay begini. Hmm, aku harus menunggunya sampai pulang, lalu aku akan mencarikannya sampai aku menemukanmu.

Tidak ada Jenny malah semakin membosankan. Tunggu sebentar lagi... tunggu... yeey, Jenny datang dan keluar dari batunya. "Tenang, aku ada di tempat yang aman, ambil diriku di cowok galak itu, ya," kata Jenny sambil melambaikan tangannya lalu pergi. Jenny... Jenny... kalau orangnya tahu, wah, bisa berabe nih... Untung saja tidak ada orang yang tahu itu.

Yeey, tibalah saatnya pulang... aku harus ke kantor sekolah sekarang juga. Lah, cuma aku doang yang cewek di sini. Anak baru sudah bejat juga ternyata. Jangan sampai ibuku tahu nih. Bisa-bisa aku dicubit.

Akhirnya kita bisa pulang, Jenny. Sepanjang perjalanan aku menyanyikan lagu "Sahabat Sejati" dari Sheila on 7 bersama Jenny dan kawan-kawan imajinasiku. Di tengah perjalanan, aku terjatuh entah tersandung apa. Aku melihat kanan-kiri, atas-bawah. Aku menangkap sosok badan besar dan berbulu. Aku tahu makhluk apa ini. Ck, tidak bisa sehari saja tidak melihat Pak Gundo. Tidak di jembatan tempat yang sering aku lewati, tidak di warung ini. Eih, warung. Apa jangan-jangan...

"Pelaris, cih," kata Jenny. "Memakan uang haram," lanjutnya lagi. Sudah kuduga. Ternyata warung makan ini menggunakan penglaris. Pantas saja sangat ramai. Aneh ya, manusia. "Kau juga manusia stupid," kata Jenny mengerutuki diriku.

Oh iya, aku lupa bahwa aku juga seorang manusia. Manusia aneh. Sudahlah lupakan. Tapi bagaimana nasib yang memakan masakan itu??? Apakah setelahnya mereka mual-mual??? Atau bagaimana rasanya??? Apa reaksi mereka kalau mereka tahu semua ini???

Mengingat pertanyaan-pertanyaan itu, aku jadi teringat bahwa Ibuku pernah mengatakan kalau ia pernah membeli ikan untuk nenek di warung yang baru saja dibuka, apakah ini warungnya??? Kalau ya, aku harus memberitahukannya kepada Mom. Ck... ada masalah baru lagi sepertinya...

Aku mempercepat langkahku dan menuju ke rumah. Sesampainya di rumah, aku memberitahukan kepada Ibuku. Dia kaget. Ternyata itu warungnya. Nenekku yang sering keluar-masuk kamar mandi karena memakan makanan haram ini. Makanan yang diludahkan atau piring dan perlengkapannya dijilat oleh Pak Gundo. Pantas saja nenekku jadi muntaber (muntah berak-berak) seperti ini. Ck, kenapa aku tidak memerhatikannya???

Ya, sudahlah... toh juga sudah kemakan. Lain kali jangan beli di situ lagi saja. Oh iya, aku juga kalau tidak salah pernah masuk ke warung itu kapan ya... pas beli lauk untuk nenek. Ibuku pernah membawaku ke sini. Kenapa aku sampai lupa dan sebodoh ini sampai ceroboh tidak memperhatikan sekitarnya?

"Jenny, kenapa kau tidak memberitahuku?" tanyaku dalam hati. "Hei stupid, waktu itu aku tidur," jawabnya. Sejak kapan jin bisa tidur? Oh iya, sifatnya pasti tidak jauh beda dengan sang pemiliknya. Aku baru ingat bahwa sifatku sekarang akan diikuti juga oleh Jenny (menjadi sama sepertiku yang pemalas dan hobinya tidur atau bermain game). Katanya sih karena aku tuannya. Katanya juga karena kami telah menyatu. Entah apa itu yang menyatu. Aneh. Memang aneh. Orang yang tidak mengenalku pasti menganggapku gila sekarang. Dengan raut muka masam dan abstrak yang tidak bisa dijelaskan. Lupakan.

Kembali ke topik. Aku pernah ke warung itu. Tapi kapan??? Entahlah. Tapi aku masih mengingat dalamnya. Di dalam warung itu sama seperti warung lainnya. Hanya saja, di bawah TV (di meja TV) terdapat dupa yang sering kulihat di kelenteng sekolah. Dan ada buah-buahan yang ditusuk oleh dupa juga. Ah, kenapa aku sampai lupa dengan semua ini. Masih muda sudah pikun. Sudahlah lupakan. Tapi ini wajib untukku ingat, bukan untuk dilupakan. Memang benar kata Jenny, aku ini stupid. Aku bodoh. Aku terlalu bodoh, kenapa aku melupakan hal yang harus aku ingat. Oke, mulai sekarang aku harus mengingat apa yang terjadi. H A R U S.

-------------------------------------

Maaf readers jarang update karena beberapa hari lagi bad mood ^_^.

Jauh dari sebelum orang gila batu akik, saya sudah banyak mengoleksinya, beberapa ada yang di keep dan beberapa yang tukar tambah dijual-belikan. Di daerah Bangka banyak orang etnis tionghoa yang juga mengoleksi batu giok, jadi saya tertarik membelinya dan jadi suka sekali mengoleksi batu giok, karena diracuni dan tergoda oleh teman tionghoa saya yang mengoleksi banyak pajangan batu giok dirumahnya, dan juga karena mengoleksi batu berlian tidak sanggup untuk saya sekarang ini :V

-------------------------------------

AKU INDIGO ???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang