Kalian pernah berkaca seharian ? Atau sering melihat kaca ? Berapa kali dalam sehari melakukan hal tersebut ?
Jangan baca jika menjadi trauma.
ini adalah cerita lengkap dari serita selingan 2
Nenekku memiliki sebuah cermin besar yang tergantung di salah satu kamar kosong di lantai dua. Cermin itu dihiasi dengan bingkai kayu yang rumit, penuh ukiran dan ornamen yang sudah mulai pudar dimakan waktu.
Aku tidak pernah terlalu memperhatikan cermin itu. Bagi orang lain mungkin cermin itu tampak seperti peninggalan berharga, tapi bagiku, cermin itu hanya benda tua yang tidak banyak gunanya. Kamar tempat cermin itu berada juga tidak pernah dipakai oleh siapa pun. Kamar itu selalu terkunci, dan kami hanya menggunakannya untuk menyimpan barang-barang yang tidak terpakai. Aku sendiri jarang sekali naik ke lantai dua, apalagi memasuki kamar itu.
Namun, segalanya mulai berubah beberapa bulan setelah kami pindah. Suasana di rumah mulai terasa aneh. Udara di sekitar cermin itu selalu terasa dingin, bahkan di musim panas sekalipun. Kadang-kadang, aku mendengar suara-suara aneh dari kamar itu, seperti suara ketukan pelan di dinding, atau suara gesekan benda keras di lantai. Awalnya aku pikir itu hanya tikus atau hewan kecil lainnya yang bersembunyi di sana, tapi semakin lama, suara-suara itu menjadi semakin jelas dan teratur.
Aku mulai merasa tidak nyaman, terutama ketika harus melewati kamar itu untuk ke kamar tidurku di malam hari. Ada sesuatu yang membuat bulu kudukku merinding setiap kali aku berjalan melewati pintu kamar itu. Aku tidak bisa menjelaskan apa yang aku rasakan, tapi ada perasaan yang mengatakan bahwa ada sesuatu yang mengawasi dari balik pintu itu, sesuatu yang tidak seharusnya ada di sana.
Suatu malam, ketika aku sedang berusaha tidur, aku mendengar suara ketukan pelan dari arah lantai dua. Suara itu semakin keras dan teratur, seolah-olah seseorang atau sesuatu sedang mencoba menarik perhatianku. Aku mencoba mengabaikannya, berpikir itu hanya imajinasiku yang terlalu aktif. Tapi suara itu tidak berhenti, malah semakin keras. Akhirnya, dengan enggan aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi.
Saat aku berjalan menaiki tangga menuju lantai dua, udara semakin dingin. Punggungku mulai basah oleh keringat dingin, dan hatiku berdegup kencang. Suara ketukan itu semakin keras saat aku mendekati pintu kamar tempat cermin itu berada. Aku berhenti sejenak di depan pintu, mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa tidak ada yang perlu ditakuti. Tapi saat aku hendak membuka pintu, suara ketukan itu tiba-tiba berhenti, dan digantikan oleh suara yang lebih menyeramkan—suara tertawa kecil yang terdengar seperti seorang wanita tua.
Aku terdiam, bingung apakah aku harus melanjutkan atau kembali ke kamar dan mengunci pintu. Tapi rasa penasaran akhirnya mengalahkan rasa takutku, dan dengan tangan yang gemetar, aku membuka pintu kamar itu.
Di dalamnya, semuanya tampak normal. Barang-barang tua yang tidak terpakai tertata rapi, dan cermin besar itu berdiri megah di salah satu sudut kamar. Aku mendekati cermin itu dengan hati-hati, merasa ada sesuatu yang aneh. Saat aku berdiri di depan cermin, aku tidak melihat bayanganku sendiri, melainkan sosok seorang nenek-nenek tua yang menatapku dari dalam cermin dengan mata yang tajam dan penuh kebencian.
Nenek-nenek itu tampak sangat tua, dengan wajah keriput yang tertutup kerudung hitam. Matanya berwarna merah darah, dan bibirnya melengkung dalam senyum yang dingin dan menakutkan. Aku terpaku di tempatku, tidak mampu bergerak atau berteriak. Sosok nenek-nenek itu perlahan mengulurkan tangannya seolah-olah ingin meraihku dari dalam cermin. Aku bisa merasakan hawa dingin yang menyengat kulitku, dan dalam sekejap, aku tersadar dan mundur ke belakang dengan panik.
Aku segera menutup pintu kamar itu dengan keras dan berlari kembali ke kamarku. Dengan napas tersengal-sengal, aku mengunci pintu kamarku dan melompat ke tempat tidur. Aku tidak berani menutup mata, dan hanya bisa berbaring di sana sambil berusaha menenangkan diri. Aku terus berpikir tentang apa yang baru saja kulihat—nenek-nenek tua di dalam cermin itu, tatapan matanya yang penuh dendam, dan perasaan dingin yang menyelimutiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU INDIGO ???
Horror[#100 HOROR 2017]. [#3-10 TRUESTORY 2017-2019]. [#5 INDIGO 2018]. [#2-10 HOROR 2019]. [#1-10 TRUESHORTSTORY Agustus 2019-September 2020]. [#1-100 TRUESHORTSTORY 2016-2022] Ini bukan novel atau pun cerita fiksi tetapi ini adalah pengalaman sang penul...