1. Pertemuan

38K 1.3K 143
                                    

Langkahnya yang ringan membawa seorang gadis cantik berambut pirang berjalan dengan semangat menuju sekolahnya. Iris matanya yang cokelat jernih bergerak memandang sekeliling dengan riang. Setiap apa yang gadis itu lihat berusaha ia rekam dengan apik menggunakan sorot matanya.

Di dalam hati tidak henti-hentinya Aira melafalkan kata syukur karena setelah hampir setahun ia menjalankan pertukaran pelajar di Jerman, akhirnya hari ini ia bisa menuntut ilmu kembali di SMA Pelita Bangsa.

Beberapa menit lalu ia menolak ajakan sang ayah untuk mengantarnya berangkat ke sekolah, Aira lebih memilih berangkat dengan menggunakan angkot dan turun sebelum sampai di depan gerbang sekolah. Aira ingin menikmati setiap menit yang ia habiskan saat berjalan menuju sekolah seperti saat ini.

Bayangan masa lalu mulai menyambangi pikiran gadis manis itu, semua hal yang pernah ia lewati waktu pertama kali masuk SMA tiba-tiba memenuhi pikirannya hingga membuat sebuah senyum teduh terbit di bibir tipis miliknya. Aira sudah tidak sabar untuk bertemu dengan teman-temannya, ia sudah tidak sabar ingin bercanda ria bersama mereka lagi.

Aira berbelok mengambil jalan pintas, mengingat teman-temannya membuat gadis itu ingin cepat-cepat sampai di sekolah.

Aira semakin mengembangkan senyum kala mengingat jalan yang ia lewati sekarang. Dulu waktu pertama kali masuk sekolah Aira masih sangat ingat, ia pernah membolos dengan ketiga sahabatnya di tempat ini, waktu itu mereka berempat masih dalam Masa Orientasi Siswa, mereka sama-sama terlambat dan tidak membawa salah satu alat MOS-nya, daripada kena hukuman dari sang ketua OSIS killer mereka lebih memilih untuk membolos, dan mulai saat itu mereka berempat bersahabat. Tuhan mempertemukan mereka dengan cara-Nya sendiri.

Aira terkekeh mengingat semuanya. Ia semakin mempercepat langkahnya, gadis itu semakin tidak sabar untuk bertemu dengan mereka, rasa rindu kepada ketiga sahabatnya membuatnya ingin cepat-cepat sampai di sekolah.

Langkah Aira seketika berhenti kala dirasakannya sebuah tangan mencekal pergelangannya kuat dan menariknya untuk bersembunyi di sebuah lorong kecil. Mulut gadis itu ditutup rapat dengan tangan seseorang yang berada di belakangnya.

Seseorang tersebut memaksa Aira untuk berjongkok dan bersembunyi di balik tong besar yang dapat menutupi tubuh mereka. Aira berusaha berontak namun tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan orang tersebut.

Bau rokok yang menyengat dari orang itu membuat Aira yakin bahwa orang yang mencekalnya sekarang adalah seorang lelaki.

Ia memaksa Aira untuk semakin merunduk saat segerombolan siswa SMA Merah Putih berlari sambil celingak-celinguk seakan mencari seseorang. Salah satu di antara mereka mengumpat kesal kala tidak menemukan apa yang ia cari, lelaki dengan seragam merah putih itu lalu berbalik meninggalkan tempat itu dengan diikuti oleh yang lainnya.

Lelaki di belakang Aira mendongak untuk memastikan gerombolan lelaki tadi sudah pergi, merasakan cekalan di kedua pergelangan tangannya dan dekapan di mulutnya meregang, Aira segera memanfaatkan situasi dengan menggigit tangan lelaki itu kencang-kencang.

Lelaki itu berjengit dan langsung melepaskan Aira, dengan gesit Aira berdiri dan melangkah menjauh darinya. Aira menatap nyalang ke arah lelaki yang tengah mengibas-ngibaskan tangan bekas gigitannya. Lelaki itu memakai seragam yang sama dengan Aira. Penampilannya begitu urakan, seragam putih yang ia gunakan terlihat lecek dan tidak dimasukkan ke dalam celana, seluruh kancing seragamnya ia buka dan memperlihatkan kaos putih yang digunakan, keringat mengucur di tubuhnya membuat kaos putih itu sedikit basah.

"Cowok berandalan!" teriak Aira kesal, air mata gadis itu hampir saja tumpah. Jantungnya berdetak kencang, ia pikir tadi ia akan diculik atau diperkosa, gadis itu begitu takut hingga tidak bisa mengontrol suaranya.

RaLion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang