5. Ciuman?

15.4K 1K 78
                                    

Aira menggeleng prihatin melihat kondisi kelasnya yang begitu riuh kala Pak Rehan-guru Biologinya tidak masuk hari ini karena MGMP.

Biasanya di sebuah kelas akan ada kumpulan cowok-cowok yang diberi nama kumpulan penyamun dan kumpulan majelis ta'lim. Namun bagi kelas 11 IPA 1 tidak ada istilah seperti itu, semuanya sama saja, tukang pembuat keributan yang selalu mengumpul di bangku Lion yang terletak paling pojok.

Bahkan Roni-sang ketua kelas pun ikut berkumpul dengan mereka dan membuat band dadakan di dalam kelas. Ada yang memukul meja menciptakan irama tidak beraturan, ada yang bernyanyi, berjoget, dan ada pula yang memegang sapu dan berlagak sebagai gitaris. Benar-benar imajinasi mereka sangat tinggi.

Sedangkan para perempuan membagi diri mereka menjadi beberapa kelompok, bergosip tentang berbagai macam hal mulai dari hal yang tidak penting sampai pada hal paling sensitif.

Aira menghela napas jengah, ternyata kelas ini jauh dari ekspektasinya, benar-benar buruk dan tidak teratur. Satu-satunya biang kerok yang menyebabkan kelas menjadi segaduh ini adalah Lion. Lelaki itu yang tadi memanggil teman-temannya untuk bernyanyi bersama-sama di bangkunya.

Lion duduk di atas meja sembari menggumamkan lagu serentak dengan teman-temannya. Sesekali ia tertawa mendengar Bobby yang selalu mengimprov lagu dengan asal dan malah menimbulkan kelucuan.

Di tengah kericuhan yang ia ciptakan, tidak sengaja sorot matanya menangkap sosok Aira yang melirik tajam ke arahnya. Lion tersenyum, tiba-tiba sekelebat ide jahil menyambangi kepala lelaki itu. Ia lantas berdiri dan melompat turun dari meja mendekati Aira yang duduk di bangkunya.

Aira mengumpat dalam hati atas kebodohannya sendiri, pasti Lion akan menghampirinya sekarang seperti apa yang terjadi di kantin dua hari yang lalu.

Kayla yang melihat Lion berjalan mendekat segera menyikut lengan Aira. "Lion," gumamnya memberitahukan. Aira mendesah berat.

Lion melompat dan naik ke atas meja Aira, menatap lembut gadis itu yang melotot tidak suka kepadanya.

Lion tersenyum hangat lalu menyandarkan punggungnya pada dinding dan meluruskan kakinya di atas meja.

"Lo apaan, sih? Turun dari meja gue!" Aira semakin melotot menatap Lion yang tidak henti-hentinya tersenyum.

"Rara nggak boleh galak-galak. Nanti Lion makin sayang."

Sumpah demi apa pun Aira ingin sekali melempar kursi yang ia duduki sekarang ke wajah Lion setelah mendengar ucapan norak dari lelaki itu. Sejak kapan juga namanya berubah menjadi Rara?

"Bodo! Sekarang turun dari meja gue. Gue nghak mau meja gue dinodai sama pantat cowok berandalan kayak lo."

"Udah di bilangin juga jangan galak nanti gue makin sayang." Lion mengedipkan sebelah matanya menggoda Aira.

Aira mendorong kursi yang ia tempati ke belakang lalu berdiri dan menatap Lion dengan jengkel. "Pergi nggak lo? Kalo enggak sepatu gue yang melayang ke wajah tengil lo itu!" teriak Aira hingga mengundang berpasang-pasang mata menatap ke arahnya dan Lion. Aira meletakkan tangannya di sepatu pantofel berwarna hitam yang ia gunakan bersiap-siap melepasnya untuk melempar Lion jika lelaki itu tidak juga pergi.

Kepala Lion bergerak cepat mendekati Aira dan mencium pipi gadis itu lembut, begitu cepat sampai Aira tidak sempat menghindar.

Kelas yang tadinya riuh tiba-tiba senyap. Bahkan cowok-cowok yang tadi bernyanyi ria sampai menghentikan aktivitasnya seketika, nyaris semua siswa melongo menatap aksi nekat Lion.

"Iya nggak apa-apa, Sayang. Kalau bibir Rara yang melayang juga nggak apa-apa." Lengkungan di bibir Lion semakin melebar, seakan tidak pernah terjadi apa-apa, Lion bergerak turun dari atas meja gadis itu. "Ya udah, deh, kalo gitu gue ke luar ya, jangan kangen."

RaLion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang