Untuk bertahan dan menikmati sisa waktunya, Lion harus terpaksa menginjakkan kakinya lagi di lantai rumah sakit. Kondisi tubuhnya semenjak kejadian kemarin di toilet sekolah membuat cowok itu merasa tidak nyaman. Tubuhnya sering kali terasa lemas, rasa terbakar di beberapa bagian tubuhnya terkadang selalu berhasil membuatnya menyerah dan membiarkan obatnya mengalahkan pertahanan cowok itu. Terlebih lagi dia sering kali muntah walaupun bukan darah yang keluar namun hal itu selalu menguras tenaganya.
Sore ini menjadi waktu pilihan Lion untuk datang ke rumah sakit dan menemui Kalva. Beberapa menit yang lalu setelah Kalva memeriksa dan mengambil darahnya, lelaki itu meminta Lion untuk menunggu kurang lebih dua jam sampai hasil Lab-nya keluar.
Agar tidak terbunuh dengan rasa bosan, Lion memilih untuk jalan-jalan mengelilingi rumah sakit yang cukup luas ini. Awalnya Lion berniat untuk menuju loteng menikmati wajah ibu kota dari ketinggian, namun cowok itu malah tak sengaja terjebak di lantai lima yang dipenuhi oleh puluhan pasien penderita kanker. Dia pikir lantai lima sudah langsung menuju loteng rumah sakit, akan tetapi dia harus menaiki beberapa anak tangga lagi untuk sampai ke tempat itu.
Pemandangan beberapa orang yang berkepala plontos dan terpaku di atas kursi roda membuat sisi penasaran Lion mulai mencuat. Cowok itu malah bertahan mengelilingi lantai tersebut, hingga akhirnya dia terdiam menatap ke arah salah satu ruangan bertuliskan Chemotherapy Room di papan depan pintu masuk. Ada tangisan histeris dan kalimat-kalimat penyesalan yang terdengar dari dalam ruangan itu.
Perlahan Lion mulai bergerak semakin dekat hingga akhirnya berdiri di depan pintu. Dia dapat melihat beberapa orang berdiri melingkari ranjang yang ditempati oleh seorang pria muda yang berwajah pucat dan menggunakan beanie berwarna putih tertidur lelap. Seorang gadis terlihat merunduk memeluk pria tadi dan memintanya untuk membuka mata. Namun, pria itu tak kunjung bergerak hingga membuat gadis tadi semakin menangis histeris.
Lion tersentak, hatinya berdenyut nyeri saat menyadari pria itu sudah tak bernyawa lagi. Lion menelan ludahnya, dia mundur beberapa langkah. Dia sadar, suatu saat nanti dialah yang akan menempati posisi pria itu, dan orang-orang yang menangis sekarang akan digantikan oleh keluarga dan para sahabat serta teman-temannya.
Hati Lion semakin bergemuruh. Apa yang dilihatnya saat ini bagaikan gambaran keadaan yang akan dia alami beberapa waktu lagi.
Lion memutar tubuhnya menuju lift yang berada tepat di ujung lorong. Dia segera menekan tombol yang bisa membawanya ke lantai dasar. Tangan cowok itu bergetar, dia menumpu kedua tangannya di pegangan yang berada di belakang tubuhnya. Lion memejamkan mata mencoba untuk mengenyahkan bayangan kejadian beberapa saat lalu.
Luka yang begitu nyata dapat dia lihat dari wajah-wajah keluarga pria tadi, kehilangan yang mereka rasakan seakan mengalir ke dalam tubuh Lion. Dia berpikir betapa terlukanya nanti keluarganya saat dia pergi untuk selama-lamanya.
Untuk pertama kalinya Lion benar-benar takut pergi meninggalkan mereka. Dia takut meninggalkan luka yang begitu dalam untuk orang-orang yang dia sayang.
Lift berdenting saat baru sampai di lantai tiga, seorang gadis berpakaian pasien terlihat berdiri di depan pintu besi yang mulai terbelah. Matanya melebar saat melihat sosok Lion yang berdiri di dalam lift.
Untuk beberapa saat gadis itu terpaku, namun buru-buru dia melangkah masuk sebelum kedua bilah pintu lift kembali tertutup.
Lion melihat Zilla, akan tetapi cowok itu memilih untuk tidak memedulikannya, pikirannya sudah terlalu dipenuhi oleh kejadian beberapa menit lalu.
Zilla meremas ujung baju pasien yang dia gunakan, jantungnya berdegup terlampau cepat saat berada di dekat Lion. Setelah kejadian beberapa hari lalu saat Lion menyelamatkannya baru kali ini Zilla kembali bertemu dan bertatap muka langsung dengan cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaLion
Teen FictionTahap revisi!! Amazing cover by @Melmelquen😘❤ Adelion Mahendra? Siapa yang tidak mengenalnya? Cowok selengekan, cuek dan pembangkang! Cowok dengan segudang reportasi buruk yang anehnya sangat disegani oleh semua siswa SMA Pelita Bangsa. Sikapnya ya...