19. Amplop Merah

9.4K 752 31
                                    

Aira duduk bersila di atas kasurnya dengan sebuah boneka winnie the pooh yang dia peluk. Gadis itu terdiam cukup lama. Pikirannya berjalan mundur pada kejadian tadi siang di rumah Lion.

Sungguh. Aira tidak habis pikir saat Lion tiba-tiba tidak ingin menemuinya dan Lala yang mendadak seperti orang panik mengatakan kepada Aira bahwa dia mempunyai urusan penting dan tidak bisa menemani Aira untuk makan siang.

Jelas Aira tidak bisa makan sendirian di rumah orang, lantas dia memilih untuk pulang dan bertepatan dengan itu asisten rumah Lion membawa tas Aira yang tadi berada di kamar cowok itu dan memberikannya kepada Aira.

Saat Aira ingin pulang, seorang sopir menawarkan diri untuk mengantarnya, Aira sempat menolak namun kala mendengar sopir itu menyebut nama Lala yang memerintahkannya, Aira tidak bisa menolak lagi. Lagipula dia juga tidak tahu harus pulang dengan siapa.

Maka di sinilah sekarang Aira dihantui oleh perasaan yang begitu mengganjal tentang semuanya. Waktu terakhir kali Aira melihatnya di kamar, Lion kala itu masih terlihat biasa saja.

Namun, mengapa tiba-tiba cowok itu malah tidak ingin menemuinya? Apa yang sebenarnya terjadi?

Aira menggeleng, seakan mengenyahkan semua bayangan cowok itu dari benaknya. Dia kemudian menidurkan tubuhnya di atas kasur. Matanya dia pejamkan rapat-rapat, mencoba untuk terbang ke alam mimpi, namun tiba-tiba bayangan Lion muncul semakin jelas, membuatnya membuka mata cepat. Aira mengerang frustasi.

Kenapa cowok itu selalu menghantui pikirannya?

●●●●●

Semua siswa yang berlalu lalang di koridor utama mendadak berhenti dan meminggirkan diri untuk memberi jalan kepada Lion yang terlihat begitu berbeda pagi ini. Penampilannya yang begitu rapi dengan seragam yang dimasukkan ke dalam celana, serta dasi yang melingkar di kerah bajunya, membuat semua siswa terperangah melihat Lion.

Lion berjalan santai dengan mengukir senyum ramah ke setiap siswa yang memandangnya. Seorang Lion dengan sosok yang nyaris tidak mereka kenali.

Mungkin mereka akan menganggap orang yang berjalan dengan santai di koridor sekolah SMA Pelita Bangsa itu bukanlah sosok Lion yang sering membuat rusuh jika tidak melihat name tag yang terpasang di seragam sebelah kanan, saking berbedanya penampilan cowok itu sekarang.

Lion mengambil ponselnya yang tiba-tiba bergetar dari dalam saku. Di sana ada notif pesan Line dari Lala.

Kak Lala : ingat pesan kakak. Kalo kamu gk minum obat lagi. Kakak jamin, kakak akan datang ke sekolah kamu dan nyeret kamu ke rumah sakit!

Lion tekekeh melihat pesan yang di kirim Lala. Ancaman kakak perempuannya itu membuatnya merasa tergelitik geli.

Tadi pagi, Lala mati-matian menahan Lion agar tidak sekolah. Namun sikap keras kepalanya yang tidak tertandingi membuat Lala harus merelakan Lion untuk pergi dengan syarat Lion tidak boleh lupa meminum obatnya lagi.

Tentu saja Lion hanya mengiakan. Bahkan sekarang dia sendiri lupa membawa obat tersebut.

Lion berbelok memasuki ruang kelasnya. Dia mengedarkan pandangan ke penjuru kelas menatap beberapa temannya yang sudah datang, termasuk seorang gadis yang sudah duduk manis di bangkunya.

Lion tersenyum, dia melangkah mendekati Aira, namun suara seseorang yang memanggilnya diiringi tepukan pelan di bahu membuat Lion berbalik.

"Budeg lo ya? Gue panggil-panggil juga."

Lion menyengir menatap Airo yang terlihat tersengal karena napas yang memburu. Lion tebak, pasti Airo habis berlari.

"Sori, gue gak denger."

RaLion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang