36. Perubahan

9K 777 78
                                    

Pagi itu SMA Pelita Bangsa digemparkan oleh berita tentang Lion yang tak pernah masuk selama beberapa hari ini tanpa keterangan. Gosip yang menyebar dari mulut ke mulut membuat banyak sekali yang berspekulasi bahwa Lion dikeluarkan dari sekolah, apalagi cowok itu sudah menghilang sejak pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS. Atau Lion pindah sekolah, dan bisa jadi Lion membolos selama ini. Ah, tapi ketiga temannya tetap masuk sekolah, jadi spekulasi ketiga tidak bisa digunakan.

Sampai akhirnya beberapa menit lalu berita tentang Lion yang dirawat di rumah sakit menyebar di sosial media. Hanya beberapa menit saja hingga berita itu sampai kepada semua siswa SMA Pelita Bangsa dan menggemparkan seisi sekolah itu.

Lagi-lagi spekulasi tentang penyebab dari keadaan Lion yang sangat memprihatinkan itu bermunculan. Mulai dari Lion yang dipukuli saat mabuk-mabukan, Lion menjadi korban tabrak lari, Lion kalah berantem dengan anak SMA lain, Lion kena tusuk saat tawuran. Tapi, belakangan ini tak terdengar lagi bahwa ada tawuran, jadi spekulasi keempat juga tidak mungkin.

Aira yang mengetahui gosip yang beredar tentang Lion membuat gadis itu memilih untuk diam. Setelah Lion masuk rumah sakit Aira menjadi sosok yang pendiam dan seringkali melamun. Ia tak seperti Aira yang dulu. Perubahan gadis itu sangat kentara.

Di tengah ramainya kantin siang itu, Aira hanya terdiam, ia merasa begitu kosong dan hampa. Bahkan kericuhan di sekitarnya tak mengusik gadis itu sedikitpun. Pikirannya melayang, harap-harap jika nanti ada yang mengabarinya kalau Lion sudah sadar.

Namun, harapan itu selalu berakhir dengan kekecewaan. Tak pernah ada yang menghubungi gadis itu dan memberitahu kabar gembira kepadanya. Aira menghela napas lelah. Gadis itu terlihat kurus, lingkaran gelap di sekitar matanya hari demi hari semakin jelas terlihat, bibirnya kering dan pucat. Kini ia lebih terlihat seperti manekin yang hanya bisa berkedip dan mengangguk.

Airo yang duduk tepat di depannya menatap iba kepada saudari kembarnya itu. Tadi saat bel istirahat berbunyi Airo yang menyeret Aira ke kantin, gadis itu sempat menolak dengan alasan dia tidak lapar. Namun, mana mungkin Airo percaya. Aira tak pernah benar-benar makan, di rumah pun ia hanya menyuap nasinya sekali lalu setelah itu mengurung dirinya lagi di dalam kamar atau kalau tidak ia menemui Lion di rumah sakit.

"Makan Ra, jangan cuma diaduk kayak gitu."

Sejak Lion masuk rumah sakit hubungan Airo dan Aira semakin membaik, Airo jadi lebih perhatian kepada Aira, ia sering membawakan Aira makanan ke kamar gadis itu. Ia yang selalu menenangkan Aira saat gadis itu menangis tersedu-sedu kala mengingat Lion.

Aira hanya terdiam tanpa menanggapi, ia hanya mengaduk kuah bakso di depannya tanpa minat.

"Gue yakin, Lion juga pasti nggak suka liat lo kayak gini."

Kini Aira mengangkat pandangannya menatap Airo. "Apa dia nggak suka kalo gue nggak makan?"

Airo mengangguk sekilas. "Dia paling nggak suka sama cewek kurus."

Aira terlihat berpikir lalu memandang pergelangan tangannya yang memang sedikit mengurus. "Lion suka cewek yang kayak gimana? Siapa tahu kalo gue jadi cewek yang dia suka, dia mau bangun."

Airo tersenyum tipis. Sangat tipis hingga tak ada yang menyadarinya. Setelah berhari-hari bungkam, akhirnya hari ini Aira berbicara panjang kepada Airo. "Lion udah suka sama lo, kalo lo nggak kurus dan nggak jatuh sakit dia pasti makin suka."

•••••

Sang mentari sudah tenggelam di ufuk barat digantikan dengan raja malam yang memancarkan cahaya remang-remang bersama dengan ribuan bintang yang menemaninya. Malam itu suasana langit masih sama, tak ada yang berubah. Hanya saja, sosok bermata hazel itu masih terbaring tanpa pergerakan.

RaLion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang