"Mungkin ini adalah cara Tuhan untuk mempertemukan Lion dengan mama lebih cepat, karena Tuhan tahu Lion merindukan mama."
Lala menutup mulutnya dengan kedua tangan, menelan kembali isak tangis yang nyaris ke luar. Lala menatap pantulan dirinya di depan cermin wastafel, mata dan hidungnya memerah, eyeliner yang dia gunakan terlihat luntur hingga menghitam di bagian mata, bibirnya kering dan terlihat pucat.
Ucapan Lion beberapa jam lalu mampu meruntuhkan semangat hidupnya, menghentikan waktu yang ia punya. Dia pikir setelah memberitahu Lion atas kondisinya saat ini, anak itu akan sedih dan marah kepada takdir. Namun apa yang didapati Lala benar-benar menruntuhkan dunia perempuan itu.
Lion malah tersenyum dan melontarkan kata-kata menusuk itu setelah Lala memberitahunya, bahwa tubuhnya sudah lama menyimpan penyakit mematikan.
Lala menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan isak tangisnya, setelah berhasil tangannya bergerak memutar keran wastafel dan membasuh wajahnya menggunakan air yang mengalir dari pancuran. Lala menghapus jejak eyeliner dan air matanya dari wajah, dia tidak mungkin ke luar dari dalam kamar mandi dengan kondisi sekacau ini, dia tidak ingin menambah beban hidup Lion lagi. Seperti yang Kalva katakan dia harus kuat demi Lion.
Setelah selesai Lala langsung mengelap wajahnya menggunakan sapu tangan yang selalu ia bawa di dalam tas. Sekali lagi Lala menghela napas dalam-dalam sebelum ke luar dan menemui Lion yang masih terbaring di atas kasur.
Setelah dua hari Lion tak sadarkan diri, semalam anak itu membuka kelopak matanya, dia sadar. Baru tadi pagi setelah memberikan sarapan serta obat kepada Lion Lala mencoba berbicara kepada anak itu perihal penyakitnya.
Respon Lion yang di luar prediksinya sungguh menggetarkan hati Lala, perempuan itu berpura-pura menuju kamar mandi dan menangis di sana.
Selama berada di rumah sakit Lala tak memberitahu yang sebenarnya kepada keluarganya. Dia membuat alasan ingin bersama Lion untuk beberapa hari. Lala melakukan itu bukan tanpa alasan, dia tahu Lion belum bisa berdamai dengan keluarganya Lala tidak ingin nantinya keadaan Lion malah bertambah buruk jika ada mereka di sini.
Lala tersenyum saat menatap Lion yang masih berbaring sambil memainkan handphone, perempuan itu mendekat dan duduk di kursi plastik samping kasur Lion.
"Kamu ini, baru bangun langsung main hape, ingat gak kata dokter tadi, kamu harus istirahat dulu."Lion menoleh sebentar menatap Lala lalu kembali mensecrol layar handphone-nya,membaca pesan dari teman-temannya sejak dua hari yang lalu, menanyakan keberadaannya dan kondisi cowok itu.
"Ck, Lion istirahat dulu, ih," kata Lala gemas sendiri dengan tingkah adiknya, "Main hapenya nanti aja."
Tangan Lala bergerak hendak mengambil handphone Lion dari tangan cowok itu, namun pergerakannya tak kalah gesit dengan Lion yang langsung menjauhkan benda elektronik itu dari jangkauan Lala.
"Ih, Lion sini hapenya." Lala menggerakkan jari-jari tangannya meminta handphone anak itu.
"Buat apa sih, Kak? Lion mau main hape."
"Ck, kamu harus istirahat dulu, jangan main hape."
"Capeklah Kak istirahat terus."
Lala geleng-geleng kepala melihat tingkah Lion, anak itu benar-benar terlihat sehat sekarang.
Deg!
Hati Lala tiba-tiba tersentak, sikap Lion yang seperti ini yang membuat perempuan itu tidak menyadari kalau adiknya selama ini sebenarnya sakit parah.
Lala merunduk, menahan sekuat tenaga agar air matanya tak kembali menetes.
Melihat perubahan sikap Lala membuat Lion mengalihkan fokusnya kepada kakak perempuannya itu. Lion melepas handphone-nya di sebelah kanan tubuhnya dan sedikit bangun agar bisa menyentuh bahu Lala.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaLion
Teen FictionTahap revisi!! Amazing cover by @Melmelquen😘❤ Adelion Mahendra? Siapa yang tidak mengenalnya? Cowok selengekan, cuek dan pembangkang! Cowok dengan segudang reportasi buruk yang anehnya sangat disegani oleh semua siswa SMA Pelita Bangsa. Sikapnya ya...