39. Kencan

10K 734 54
                                    

Mentari tergelincir digantikan gelap. Mega cerah yang menggantung perlahan terkikis oleh pekatnya langit pada malam itu. Ribuan bintang berkelap-kelip menemani sang bulan yang berbentuk sabit.

Semilir angin bertiup menerbangkan anak rambut Aira yang lepas dari ikatan. Gadis itu melangkah perlahan mengikuti Lion yang menuntunnya entah ke mana.

"Yon?"

"Hmm."

"Kita mau ke mana?"

Dengan mata yang tertutup oleh kain merah membuat Aira tak tahu ke mana Lion akan membawanya. Sedari tadi cowok itu hanya mengatakan kalau Aira cukup menurut saja.

Padahal Aira tahu, kondisi Lion tak benar-benar membaik. Dari tiga hari yang lalu kaki Lion tak bisa digerakkan, beberapa bagian tubuhnya sempat tak bisa difungsikan.

Namun, malam ini saat kondisi tubuhnya sedikit membaik cowok itu malah mengajak Aira ke suatu tempat. Satu sisi rumah sakit ini yang Aira tak ketahui.

"Ke tempat yang mungkin akan lo sukai."

Sambil melangkah perlahan Aira menghela napas. "Besok lo berangkat ke Singapura, harusnya sekarang lo istirahat."

"Gue bisa istirahat setelah ini."

Tepat setelah Lion menuntaskan kalimatnya, cowok itu berhenti melangkah. "Kita udah sampai. Lo siap?"

Aira mengernyit. "Siap apa?"

Lion tersenyum lalu membuka ikatan kain yang melingkari kepala Aira. Secara perlahan Aira mencoba membuka mata. Bola mata cokelatnya langsung berbinar. Tanpa sadar mulutnya terbuka, takjub akan apa yang dia lihat.

Loteng rumah sakit disulap menjadi sebuah tempat yang begitu indah oleh Lion. Sebuah meja berbentuk bundar diletakkan di tengah-tengah dengan makanan yang terlihat begitu menggugah memenuhi permukaannya.

Beberapa lampion berwarna-warni menggantung di atasnya. Di lantai yang masih kasar diletakkan sebuah karpet berbulu halus dengan dua bantal kecil berbentuk lucu.

Suasana romantis yang coba dibangun di tempat itu semakin didukung oleh pemandangan langit yang begitu indah. Aira terpekur. Dia terlalu takjub dengan apa yang dia lihat.

"Yon?" panggilnya, kemudian menoleh menatap cowok itu.

Lion tersenyum. "Dua bulan yang lalu, gue pernah ingkar janji sama lo. Gue nggak datang saat kencan pertama kita. Gue tahu lo nunggu gue sampe 4 jam."

Aira masih terdiam, ingatannya melayang pada kejadian 2 bulan yang lalu, di mana Lion membiarkannya menunggu selama hampir 4 jam. Waktu itu Lion tak menepati janjinya padahal Aira sudah menyiapkan segalanya. Aira sudah menggunakan baju terbaiknya, memberikan penampilan sebaik mungkin.

"Dan sekarang, sebelum gue berangkat ke Singapura gue mau nebus 4 jam lo yang terbuang sia-sia."

Bola mata Aira langsung menumpuk cairan bening. Gadis itu terharu. Dia tidak pernah berpikir bahwa Lion akan melakukan ini semua.

Lion semakin mengembangkan senyumnya kemudian melangkah dengan kedua tangannya yang merangkul bahu Aira. Saat berada di depan meja, Lion langsung menarik kursi untuk Aira.

Sebelum meminta Aira duduk, Lion mengangkat tangannya untuk menghapus jejak air mata Aira yang sempat mengalir. "Untuk malam ini, gue nggak mau ada air mata."

Aira tersenyum haru lalu memegang tangan Lion yang masih berada di pipinya. "Harusnya lo nggak perlu ngelakuin ini."

Lion tak menjawab, dia justru mempersilakan Aira untuk duduk. Kemudian dia sendiri melangkah menuju kursi yang bersebrangan dengan Aira.

RaLion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang