13. Tantangan

10.8K 864 73
                                    

Tidak seperti biasanya Lion bangun sepagi ini dan berjalan santai menuju meja makan, bergabung dengan anggota keluarganya yang lain untuk sarapan bersama.

Setelah kejadian di rumah sakit kemarin, Lion meminta untuk diizinkan pulang lebih cepat, dia tidak betah di rumah sakit. Melihat bagaimana keras kepalanya Lion membuat Kalva terpaksa mengizinkan anak itu untuk pulang dengan syarat kalau dia harus beristirahat di rumah.

Lion memang mengiyakan, namun apakah bisa dia istirahat di rumah?

Tentu saja tidak, dia paling tidak betah berada disatu ruangan dengan kurun waktu yang lama, oleh karena itu dia sekarang dengan seragam lengkapnya melenggang menuju ruang makan.

Lala yang hendak memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya langsung melepas sendok tersebut di atas piring saat melihat sosok adiknya tengah berjalan mendekat, tanpa perintah tubuhnya berdiri dan menyambut adiknya dengan lembut, menuntun Lion seakan tubuh cowok itu begitu rapuh hingga membutuhkan perlakuan seperti ini.

Padahal kondisi Lion saat ini sudah cukup membaik, dia tidak merasa lemas, namun hal yang dilakukan Lala sudah seperti kebiasaan bagi perempuan itu semenjak mengetahui adiknya mengidap penyakit kanker hati.

"Gak usah sekolah juga gak apa-apa 'kan, Yon? Lagian kamu juga masih sakit."

"Lagian selama ini emang aku sehat?"

Lala menghentikan langkahnya dan secara otomatis Lion melakukan hal yang sama. Mata cokelat Lala menatap masuk ke dalam iris Mata hazel milik Lion, menatap kerapuhan di dalam sana.

Senyum Lion terkembang, ditariknya lengannya yang di pegang oleh Lala, Lion balik menangkup kedua rahang kakak perempuannya itu.

Hendra, Moza dan Lintang yang masih duduk di meja makan menatap ke arah Lion dan Lala. Setelah kepulangan mereka semalam Hendra tak sempat menanyakan apapun kepada Lala perihal ke mana dia pergi bersama Lion, anak perempuannya itu langsung mengurung diri di kamar. Sedangkan Lion, Hendra tidak mungkin mendekati dan bertanya kepadanya mengingat betapa benci anak itu terhadapnya.

"Jangan perlakukan aku seolah aku akan mati besok, Kak. Perlakukan aku seperti Kakak memperlakukanku dulu."

Setelah itu Lion mencium kening Lala dengan lembut kemudian berlalu pergi, mengurungkan niatnya untuk sarapan. Lala menatap punggung adiknya yang semakin menjauh dan hilang saat berbelok menuju ruang tamu.

Lala menyeka air matanya agar tidak mengalir, perkataan Lion tadi telah berhasil menggoncang hati perempuan itu.

Maafkan Kakak Lion.

●●●●●

Airo, Randi dan Fero bergantian bertos dan memeluk Lion ala cowok saat melihat anak itu yang sudah nangkring di warung belakang sekolah seperti biasanya untuk sarapan, mengingat Lion yang memang jarang atau bahkan tidak pernah sarapan di rumahnya.

"Gila. Lo ngilang udah kayak kunti aja, gak ada kabar sama sekali."

Lion hanya terkekeh mendengar ucapan Fero.

"Giliran Aira yang nge-sms lo langsung pulang, lah kita boro-boro."

Lion tertawa sambil memasukkan sepotong tempe goreng yang sudah dilumuri tepung ke dalam mulutnya, cowok itu belum ingin mengeluarkan kata-katanya untuk membalas ledekan dari mereka.

"Ye lah, namanya juga di sms sama cewek yang dia suka ya sudah jelas dia langsung nongol." Airo ikut menimpali, cowok itu mengambil gorengan di piring depan Lion dan langsung memakannya.

RaLion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang