Sudah dua minggu berlalu. Tak ada yang berbeda dengan suasana kamar rawat Lion yang selalu ramai dan penuh tawa. Tak ada yang menunjukkan betapa remuk dan hancurnya mereka semua saat melihat kondisi Lion yang kian memburuk. Hanya senyum yang mereka berikan, tanpa air mata sedikitpun. Mereka memasang topeng terbaik mereka saat berada di depan Lion.
Empat kali melakukan kemoterapi membuat Lion memilih untuk mencukur habis rambutnya. Efek kemo yang membuat rambutnya rontok setiap saat mendorong Lion mengambil keputusan itu.
Dia juga tidak suka melihat wajah murung Rasyi dan akhirnya menangis jika melihat rambut Lion rontok. Itulah mengapa sekarang Lion menggunakan beanie berwarna abu rokok untuk menutupi kepalanya.
Lion terduduk di atas kasur rumah sakit. Tangan cowok itu mengepal kuat, keringat dingin membasahi wajahnya. Rasa mual yang begitu kentara membuat Lion terpaksa memanggil Lintang yang bertugas untuk menjaga Lion siang itu.
Mendengar nada serak Lion membuat Lintang segera mengambil ember berukuran sedang dan menaruhnya di depan Lion. Lintang mengurut pelan tengkuk Lion saat cowok itu terlihat kesulitan mengeluarkan isi perutnya.
Lintang meringis pelan saat menyadari betapa besar pengorbanan Lion. Adiknya yang begitu kuat melewati semua ini. Bahkan tanpa tangis sekalipun.
"Udah?" tanya Lintang saat Lion memundurkan tubuhnya untuk bersandar di kepala kasur.
Lion mengangguk lemah.
"Lo mau minum?" tanya Lintang sekali lagi, setelah menaruh ember yang menjadi wadah untuk menampung muntahan Lion tadi di lantai.
Lion kembali mengangguk. Lintang segera mengambil segelas air yang ada di atas nakas lalu menyodorkan sedotan ke depan mulut Lion. Cowok itu meminun air putih dengan bantuan sedotan. Setelah selesai Lion langsung memejamkan matanya.
"Bentar yaa gue buang bekas muntahan lo dulu." Tanpa menunggu jawaban Lion, Lintang langsung berbalik menuju kamar mandi.
Sejenak terdengar suara air yang mengalir dari arah kamar mandi sebelum sosok Lintang keluar dari sana sambil membawa ember yang sudah bersih. Tak ada rasa jijik sedikitpun yang dirasakan cowok itu. Dia ikhlas melakukan apa pun untuk Lion, adik yang pernah dia benci.
Setelah menaruh ember tadi di bawah kasur, Lintang kembali menatap wajah pucat Lion.
"Apa lo mau gue panggilin dokter?" tanya Lintang, dia tidak tega melihat Lion seperti ini, walaupun dia pernah melihat kondisi Lion yang lebih parah dari ini.
Lion membuka mata, rasa pening itu langsung menghantam namun coba untuk Lion tahan agar Lintang tak semakin mengkhawatirkannya. "Gue nggak apa-apa."
Tangan Lintang terangkat lalu mengusap kening Lion yang dimandikan keringat. Rasa panas seketika menjalar menyapa permukaan kulitnya. "Lo demam," gumam Lintang semakin panik.
"Demam biasa," ujar Lion menanggapi.
"Gue panggil dokter ya?"
Lion menahan pergelangan Lintang yang hendak beranjak dari tempatnya. "Nggak usah, gue nggak apa-apa."
Melihat bola mata hazel itu menatapnya sayu membuat Lintang terpaksa mengikuti permintaan Lion. "Kalo gitu lo harus istirahat."
Lion tak membantah dia tetap diam saat Lintang membantunya untuk membaringkan tubuhnya. Lintang menarik selimut Lion hingga menutup sampai dada cowok itu.
Kini giliran Lintang yang terdiam saat melihat wajah tenang adiknya dalam pejam. Tanpa sadar setitik air mata bergulir dari sudut matanya namun buru-buru Lintang hapus.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaLion
Teen FictionTahap revisi!! Amazing cover by @Melmelquen😘❤ Adelion Mahendra? Siapa yang tidak mengenalnya? Cowok selengekan, cuek dan pembangkang! Cowok dengan segudang reportasi buruk yang anehnya sangat disegani oleh semua siswa SMA Pelita Bangsa. Sikapnya ya...