9. Halusinasi?

12.2K 1K 99
                                    

Sebuah bola basket menghantam keras punggung Lion, lelaki itu mengaduh merasakan denyutan nyeri yang seketika menyerang. Lion segera berbalik mencari pelaku pelemparan bola tersebut, matanya nyalang membuat nyali beberapa siswa kelas 11 yang tengah berada di lapangan basket langsung menciut.

Lion mengambil bola basket tersebut dan memegangnya dengan kencang. Kaki Lion bergerak melangkah memasuki lapangan.

"Siapa yang ngelempar gue!" Tak ada sama sekali unsur bentakan dalam suara Lion. Namun semua tahu ada emosi yang siap meledak di sana.

Kebungkaman seisi lapangan justru membuat api di matanya semakin berkobar.

"Gue tanya siapa yang ngelempar gue? Apa kalian bisu, hah?!" Volume suara lelaki itu meninggi di ujung kalimatnya. Para siswa yang tengah berada di koridor depan lapangan lantas terdiam menonton pertunjukkan gratis yang tercipta di sana.

Rafa anak kelas 11 IPS 3 terlihat berjalan dari belakang teman-temannya. Senyum lelaki itu tercetak pongah menatap Lion.

"Lebay amat lo, baru kena bola basket aja langsung ngamuk." Suara Rafa terdengar begitu tenang, namun berhasil menyulut emosi Lion semakin berkobar.

"Berengsek! Dari dulu lo emang selalu cari gara-gara sama gue!"

Tangan Lion yang memegang bola basket lantas terayun cepat dan melempar bola tersebut ke arah Rafa dengan kencang.

Tanpa persiapan apapun, Rafa tidak bisa mengelak dari bola basket yang melayang menghantam tepat ke wajahnya. Tubuh Rafa terdorong ke belakang saking keras bola basket itu menghantamnya.

Semua siswa yang melihat itu lantas ternganga kaget, mereka benar-benar tak menyangka Lion akan melakukan itu.

Teman-teman Rafa yang berdiri tak jauh dari tempat lelaki itu langsung bergerak membantu Rafa untuk berdiri kembali. Darah segar terlihat mengucur bebas dari kedua lubang hidung Rafa, segera lelaki itu menutupnya menggunakan tangan.

Dengan pandangan yang sedikit memutar karena pusing, Rafa menatap jengkel ke arah Lion. Lelaki itu menarik tubuhnya kasar agar terlepas dari pegangan teman-temannya.

"Pengecut!" teriaknya kemudian

Tangan Lion mengepal keras, dengan langkah lebar ia berjalan mendekati Rafa dan tanpa aba-aba langsung melayangkan bogem mentah ke wajah lelaki itu.

Rafa kembali terjengkang. Lion sudah akan maju lagi, akan tetapi teman-teman Rafa menghadang jalannya, memberanikan diri sebagai bentuk solidaritas.

Enam lawan satu, jelas Lion kewalahan, beberapa kali ia terkena tinju di bagian wajah dan perutnya.

Para siswa yang melihat kejadian itu hanya menonton, tak ada yang berani melerai perkelahian tak seimbang di sana, mereka takut terkena baku hantam.

Airo, Randi dan Fero yang melihat aksi keroyokan itu segera berlari ke tengah lapangan sehabis dari kantin. Mereka menendang dan meninju keenam siswa yang mengeroyok Lion.

Lion yang tadi terjengkang kini kembali bangkit dan ikut memukul mereka.

Rafa pun juga tak ingin berdiam diri, ia menendang punggung Lion dengan keras dari belakang hingga membuatnya terjerembap. Sebelum kaki Rafa menginjak tubuhnya, Lion segera bangkit.

Rafa bergerak cepat ingin menyerang Lion, namun lelaki itu segera melayangkan kakinya dan menendang dada Rafa. Kali ini Rafa tak sampai tersungkur, dia bisa menyeimbangkan tubuhnya walaupun dadanya terasa nyeri.

Dengan amarah yang kian memuncak, Lion melangkahkan kakinya lebar-lebar untuk menyerang Rafa lagi. Setelah posisi mereka cukup dekat Lion melompat dan menendang rahang Rafa sebelah kiri dengan gerakan memutar, lelaki itu langsung terjatuh, erangan kesakitan terdengar jelas dari mulutnya.

RaLion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang