"Evan!"
Lion berteriak menyerukan nama sang ketua OSIS dari jarak beberapa meter. Evan yang saat itu tengah berjalan bersama Lintang menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku paket lantas menoleh menatap Lion yang berjalan terburu-buru ke arahnya.
Lintang yang juga berdiri di sebelah Evan memperhatikan gerak adiknya itu.
Seakan tidak saling mengenal, Lion sama sekali tidak menoleh menatap Lintang, dia hanya memfokuskan diri kepada Evan.
"Gue mau ngomong sama lo," ujar Lion terdengar begitu tidak sopan.
Di SMA Pelita Bangsa, Evan adalah salah satu kakak kelas yang paling dihormati oleh adik kelasnya maupun teman sebaya, namun hal itu tidak berlaku untuk Lion, baginya Evan sama seperti dirinya dan yang lain, buat apa dia menghormatinya sementara cowok itu sendiri tidak pernah menghormati dirinya.
"Gue harus ke perpus, kalau mau ngomong ntar aja," jawab Evan, dia melirik Lintang yang menatap datar ke arah Lion.
"Enggak, gue maunya sekarang."
Evan menghela napas, berusaha untuk bersikap sabar menghadapi Lion.
"Yaudah gue nganter buku paket sebentar."
Lion memutar bola matanya jengah, "Lo denger gak sih gue ngomong apa? Gue maunya sekarang."
"Lo gak berhak buat memaksa orang berbicara dengan lo, Evan mempunyai kesibukan sendiri, dia gak punya waktu buat ngeladenin lo," timpal Lintang dingin, dia tidak suka dengan sikap Lion yang selalu memaksakan keinginannya.
"Gue gak peduli," Lion menatap Lintang tajam, "yang gue ingin sekarang, Evan mendengarkan gue."
"Tapi Evan gak punya waktu bu...,"
"Gue gak butuh pendapat lo. Kalau lo mau pergi duluan, silahkan, gue juga gak butuh lo ada di sini."
Sela Lion cepat, dia tidak suka dibantah, apalagi sekarang yang membantahnya adalah Lintang, kakak yang selama ini tidak pernah akur dengannya.
Di bawah buku paket yang dia pegang, tangan Lintang mengepal kuat, amarahnya mulai terpancing.
Buru-buru Evan menengahi sebelum Lintang menimpali perkataan Lion.
"Udah, kalian kakak adik kenapa jadi berantem. Emang lo mau ngomong apa?" Evan beralih menatap Lion.
"Gue mau mencalonkan diri sebagai ketua OSIS tahun ini."
Evan melongo, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Seorang Lion ingin menjadi ketua OSIS? Itu mustahil.
"Lo jangan bercanda."
"Apa gue ada tampang bercandanya?" tanya Lion serius.
Evan memperhatikan Lion dengan seksama.
"Sori, gue gak bisa ngambil keputusan sendiri. Lo bukan anggota OSIS, jadi sangat mustahil jika lo ingin mencalonkan diri, sebaiknya lo temuin kepala sekolah terlebih dahulu."
"Oke, lo temenin gue sekarang ke ruang kepala sekolah."
Lintang yang mendengar ucapan Lion lantas berdecak geram.
"Lo punya kaki 'kan? Kenapa lo gak pergi sendirian?" kata Lintang dengan nada datar.
"Gue gak minta Evan gendong gue, gue cuma minta dia nemenin gue sekarang."
"Yaudah sekarang gue temenin, tapi gue nganter paket dulu." Evan kembali mencoba menengahi keduanya, dia juga tidak ingin melihat kakak beradik ini terus adu mulut.
Lion mendesah, diambilnya buku paket yang berada di tangan Evan dan mengalihkannya kepada Lintang tanpa permisi.
Lintang melotot menatap Lion dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaLion
Teen FictionTahap revisi!! Amazing cover by @Melmelquen😘❤ Adelion Mahendra? Siapa yang tidak mengenalnya? Cowok selengekan, cuek dan pembangkang! Cowok dengan segudang reportasi buruk yang anehnya sangat disegani oleh semua siswa SMA Pelita Bangsa. Sikapnya ya...