Extra Part

12.9K 785 96
                                    

Dengan napas memburu dan keringat yang mengucur begitu banyak dari tubuhnya, kedua kelopak mata Aira terbuka. Gadis itu langsung bangkit dari posisi terlentang. Matanya meliar menatap sekeliling.

Yang tertangkap oleh kedua bola mata cokelatnya hanyalah kegelapan. Namun gadis itu yakin bahwa kini dia tengah berada di kamarnya sendiri. Aira mengenal aroma khas dari parfumnya yang melekat di kamar ini.

Aira mengembuskan napas panjang. Tangan gadis itu bergerak mengusap rambutnya ke belakang. Syukurlah kejadian mengerikan itu hanyalah mimpi belaka.

Gadis itu tak habis pikir jika Lion benar-benar pergi, bagaimana dia akan menjalani hidup setelahnya. Aira menggeleng, tak ingin memikirkan sesuatu yang belum terjadi.

Tangan Aira bergerak mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Gadis itu membuka lock screen lalu mencari kontak Lion dan langsung mendial nomor cowok itu.

Untuk beberapa saat nada tunggu terdengar sebelum tergantikan oleh suara cowok yang begitu familiar baginya.

"Udah bangun?"

Sambutan itu membuat lipatan halus perlahan muncul di kening gadis itu.

"Gimana kamu tahu?"

"Kamu belum tahu ya, aku kan punya kelebihan buat mengetahui aktivitas kamu. Jadi sekarang kamu nggak bisa macem-macem."

Aira mendengus, gadis itu kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Bisa ngelawak ya sekarang."

Terdengar suara kekehan dari seberang telepon. "Sule kali ngelawak."

Untuk beberapa saat Aira terdiam, sudut bibir gadis itu tertarik membentuk senyuman manis. Berkali-kali gadis itu mengucapkan syukur karena masih bisa mendengarkan celotehan pacarnya itu.

"Ra? Kamu tidur lagi ya?"

Kini giliran Aira yang terkekeh mendengar sahutan Lion. "Nggak kok."

"Ya udah, keluar yuk."

"Ke mana?"

"Nggak ke mana-mana. Maksud aku kamu keluar dari kamar."

Aira mengernyit. "Emang kenapa?"

"Udah keluar aja."

"Kamu di rumah ya?" tebak gadis itu.

"Ih, kamu kebanyakan nanya."

Aira memutar bola matanya. "Ya 'kan cuma memastikan."

"Ya udah keluar cepet."

"Iya iya tunggu bentar."

Setelah itu Aira beringsut turun dari kasurnya dan melangkah keluar dari dalam kamar. Gadis itu bergerak menuruni anak tangga rumahnya perlahan sembari mengedarkan pandangan mencari sosok Lion yang mungkin saja berada di rumahnya.

Namun sampai anak tangga terakhir gadis itu tak kunjung menemukan Lion. Aira kembali menempelkan ponselnya di telinga, beruntung sambungan teleponnya belum diputuskan.

"Kamu di mana?"

"Ya di rumah."

"Ih, kamu bohongin aku?"

"Emang tadi aku bilang apa?"

Aira menyenderkan tubuhnya pada pembatas tangga. "Bilangnya disuruh keluar kamar."

"Ya terus?"

Aira terlihat salah tingkah. Benar juga sih, kenapa dia berasumsi kalau Lion ada di sini. "Ya ... ya siapa tahu kamu ada di sini. Lagian ngapain nyuruh keluar juga?"

RaLion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang