14. Dia

4.3K 480 35
                                    

Mungkin salahnya.


Atau mungkin memang salahnya.

Tidak, ini adalah benar-benar salahnya.

Setelah hati dan pikiran berkecamuk untuk beberapa saat, akhirnya Jessica memutuskan untuk menemuinya. Meskipun Sehun teramat yakin bahwa ini adalah rencana Ayahnya agar Jessica menjauh dari Sehun. Menjadi seorang pengusaha wanita, tak lantas menjadikan dirinya selalu kuat dengan ombak kehidupan yang selalu menerpa. Apalagi di setiap masalah, Jessica harus sendirian.

Tak lama kemudian Sehun datang.

Bagi Jessica, Sehun adalah best partner, selama hidupnya berjalan, setelah porak poranda. Sehun bagaikan pelangi yang menerangi kegelapan dengan sejuta warna indah di tawarkannya. Juga, salah satu alasan mengapa dia tetap bertahan di strata paling atas di roda kehidupan. Sebab, eksistensinya sebagai artis yang lama kandas, tak lantas membuatnya mudah untuk mengambil langkah.

"Kau yakin?" Seperti saat ini. Sehun memandang wanita di hadapannya ini dengan khawatir dan ragu. Khawatir bahwa dia tidak akan cukup kuat menerima kenyataan. Ragu, jika dia benar memutuskan atas kehendaknya, bukan karena ego ingin segera menghindar dari laki-laki itu.

Jessica mengangguk sebagai jawaban.

"Kau tak harus menemuinya."

"Ya, aku harus." Jessica bersikukuh. Setelah mendapati Jessica terkulai lemas di lantai koridor kantor. Sehun semakin tak dapat membiarkan wanita ini untuk maju. Bahkan setelah menolak tawaran agar mau di temani.

"Ini salah Ayahku." Sehun mengambil kesimpulan. Karena satu-satunya hal yang Ayahnya benci dan ingin hancurkan adalah ambisi Sehun.

Jessica?

Bukan. Tetapi ambisinya pada wanita itu.

Jessica menggeleng lemah, air matanya yang tak turun membuat matanya tampak bengkak dan memerah. "Ini bukan salah siapa-siapa, tapi takdir yang menginginkan kita bertemu."

Setelah rapat umum tadi, yang mana Jessica tidak tau menau jika ada orang baru yang bergabung, dan orang tersebut adalah orang yang tak asing baginya dan kehidupan di masa lalu. Yang mana orang tersebut adalah sebagian besar napasnya. Selain itu, adalah alasan untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.

Dan dia, meminta waktu berdua dengan Jessica. Untuk berbicara.

Jessica meremas ujung roknya. Bayangkan, seseorang yang menjadi alasanmu untuk tertawa, menangis, dan bahkan terpuruk adalah orang yang sama. Orang yang tak berubah secara fisik. Orang yang dulu kehangatannya selalu dia rindukan.

Bohong.

Bohong jika Jessica sama sekali tidak terpengaruh atas kehadirannya kini. Karena kini, keduanya berada pada perahu yang berbeda. Jessica masih di perahu yang sama dengan masa lalu, dia berada di kapal baru, dengan nahkoda baru. Jessica harus mengarungi bahtera kehidupannya sendirian.

Sekali lagi Sehun memastikan, "apa kau tidak apa-apa? Bilang saja kau butuh bantuanku, aku akan membantumu."

"Tidak, Sehun. Aku tidak ingin di tertawakan olehnya karena tak bisa hidup tanpanya selama ini. Lagi pula, aku yakin kita hanya akan reuni kecil-kecilan saja hahaha." Jessica tertawa dengan hambar. Untuk menghibur diri.

Good MOM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang