6. Friction

5.5K 623 4
                                    

Malam semakin temaram, di temani sepak terjang dunia bisnis, wanita itu menikmati segelas minuman menyegarkan, blue ocean soda. Sambil sesekali mengecek arloji Baby-G miliknya yang sudah menunjukkan pukul 11 malam, dia menghela napas cukup panjang. Alunan musik cafe yang diputar lembut, lampu-lampu agak padam pun semakin menambah kegundahan hatinya. Rambut yang sudah lepek itu disisihkan ke belakang telinga dan meskipun make up yang sudah luntur, dia tetap berusaha untuk sabar menanti.

Lambat-laun terdengar suara langkah kaki mendekatinya. Hampir putus asa, akhirnya dia bisa bernapas lega.

"Kau pasti menunggu lama, Nona?" Laki-laki yang ditunggunya itu membuka suara, lantas menarik kursi di depannya, menyimpan bokongnya di sana.

Sungguh wanita itu sudah tidak sabar, dengan gerakan cepat ia membuka dokumen-dokumen yang sebelumnya digunakan untuk landasan tangannya, menahan dagu karena berkali-kali tampak menguap. "Lupakan saja, ayo cepat kita bahas mengenai--"

Kalimat tersebut di potong sama cepat oleh lawan bicaranya, "tidak, tidak. Kita harus makan terlebih dahulu. Singkirkan kertas-kertas itu dari meja," pinta laki-laki tersebut.

"A-apa?!" Wanita itu hampir saja berteriak. Pasalnya sudah 2 jam dia menunggu dan menanti pun dapat terlihat dari beberapa gelas minuman kosong di atas meja yang membuat perutnya kembung. Sebentar lagi dia pasti akan muntah.

Laki-laki itu tidak memedulikan bagaimana reaksi wanita di depannya. Dia memanggil seorang waittress dan memesan makanan yang terdengar cukup banyak. Dibarengi senyuman yang manis, laki-laki itu mengucap terima kasih kemudian beralih menatap wanita di depannya.

"Sudah ku bilang singkirkan dokumenmu itu, Jessica-ssi," tukas laki-laki tersebut.

Wanita yang dipanggilnya sebagai Jessica itu hanya menatap tidak percaya. Dua jam penantiannya terbalaskan dengan perlakuan semena-mena dari client-nya. Dengan patah semangat, Jessica menurut atas perintah tersebut. Dia tidak mau kehilangan kerja sama hanya karena sikapnya kurang baik.

Jessica menopang dagu kembali, terlalu lelah untuk melanjutkan makan malam dengan orang di hadapannya itu.

"Jadi, apa kau sudah membaca review yang sudah ku kirimkan ke e-mail-mu?" Tanyanya.

"Tentu Tn. Chan, beberapa sudah ku tandai dan ingin ku tanyakan sebelum kau mencegahku untuk membuka dokumen-dokumen itu," balas Jessica dengan malas, kini matanya terasa begitu berat untuk terbuka dengan sempurna.

"Konsekuensi jika kau mau bekerjasama denganku."

"Apa kau selalu menyusahkan client-mu?" Jessica bertanya tanpa sadar.

Lawan bicaranya diam-diam tersenyum.

"Tidak selalu," jawabnya dengan tenang.

Hidangan makan malam pun datang. Saat malam semakin larut, keduanya menikmati santapan dengan tenang, meskipun harus memaksa Jessica ikut serta dalam acaranya sendiri.

Sesekali William melirik wanita di hadapannya yang tampak sekali lelah, kantung mata yang menghias di sekeliling kelopak sangat kentara saat Jessica mencoba membuat matanya tetap terbuka. Meskipun terkadang Jessica angkuh dan sombong, namun William sedikit tidak percaya bahwa Jessica menunggunya di tempat dan jam yang sudah di janjikan. Pasalnya Jessica biasanya akan menolak ajakan makan malam seperti ini.

Selesai dengan kegiatan makan malam, Jessica beralih pada paper yang sempat terbengkalai karena ulah William. Meskipun dengan keadaan sudah tidak bergairah dan perutnya terus mengeluarkan suara-suara aneh, Jessica tetap berusaha memfokuskan diri pada tujuan awalnya berada di sini dan menunggu selama dua jam.

Good MOM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang