25. The End

6.8K 621 171
                                    

Persidangan telah berlalu dengan lancar. Suasana yang tampak alot akhirnya bisa di lalui oleh kedua belah pihak dengan baik. Tak terasa waktu menunjukkan tengah hari. Dimana terik berada di puncaknya. Orang-orang sudah berhamburan keluar dari ruang sidang.

Sama seperti keluarga kecil itu, lengkap tanpa kekosongan. Bercanda kecil sembari saling melemparkan sebuah botol minuman untuk berbagi. Betapa bahagianya mereka dengan senyuman itu.

Di sisi lain, ada sebuah keluarga kecil lain, bedanya, mereka tak lengkap. Ada kekosongan yang sepertinya saat itu sedang tidak di isi. Meskipun dia sendiri dikelilingi oleh dua laki-laki paling tampan sejagat bumi. Sampai langit pun rela jatuh karenanya.

Jessica merengkuh bahu Lisa tatkala gadis itu mematung sembari sesekali melirik arah lain yang tampak sibuk, ke arah keluarga kecil itu. Si lelaki yang mengecup kening si wanita, lantas tersenyum dan mengelus puncak kepalanya. Belum lagi anaknya yang dewasa perhatian, membelikan sekantong roti untuk mengganjal perut menunggu makan siang.

Hari itu, penuh dengan emosi. Jessica sempat berpikir seperti itu. Tetapi dia bersyukur bisa melalui semua bersama dengan jagoannya.




"Mau makan sesuatu?" tanya Jessica. Dia memandangi satu persatu anaknya. Jisoo yang tengah berdebat kecil dengan Jennie menoleh. Rose yang mengipaskan tangannya di depan wajah, melirik sekilas. Lisa memerhatikan dengan sumringah.

"Kita akan makan bersama di luar kali ini?!" Lisa dengan wajah berbinar.

"Tentu, kalian mau makan apa?"

































"Permisi. Keluarga kami mau makan siang. Apa kalian mau bergabung?"

Jessica mengerutkan kening. Ditatapnya seseorang itu.

"Well, kau mau membiarkan aku mengobrol dengan anak-anak-ku, kan?"

Anak-anakku. Batinnya teriris mendengar kata itu terucap dari bibirnya. Tidak seharusnya Jessica tidak boleh membatasi hubungan antara Ayah dan anak, mau bagaimanapun Seunghyun adalah Ayah kandung mereka.

"Mom?" Di sisi kanannya ada Jisoo sudah menyentuh lengan Jessica dengan lembut. Dia tersenyum ketika Jessica balik menatapnya. "Ada apa?"

Dari balik badan Jessica sendiri terdengar suara nyaring Lisa yang berdebat dengan William. Lisa yang memang tidak punya urat malu itu malah membahas kedatangan William dan kata-katanya yang menyeramkan saat itu.

William tentu tidak mau kalah dengan mengatakan bahwa Lisa itu hanya anak kecil yang tidak tau apa-apa, dibarengi dengan jahil mengacak poni gadis itu asal. Lisa geram dan membenahi poninya tetapi tetap membalas setiap ucapan William.

"Aaaaa tuan, kau membuat poniku berantakan!!" Jerit Lisa.

"Jangan terus cantik, sesekali tunjukan wajah jelekmu pada pacarmu," ledek William.

Lantas Lisa membalas dengan memekik keras. "Yakk! Siapa bilang aku punya pacar!"

"Gadis sepertimu pasti punya banyak pacar." William terkikik.

Lisa mendelik tajam.

Oh lucunya.

"Hentikan!! Jangan bahas lelaki lagi." Lisa meletakkan jari telunjuknya di depan William, seolah menandakan pembicaraan itu selesai.

Namun, William tak menangkap maksud itu selagi melanjutkan. "Jadi, kau benar-benar sudah punya pacar?"

Berakhir dengan Lisa kembali menjerit dan kembali mendelik tajam.






Good MOM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang