20

2.6K 293 62
                                    

Hai apa kabar? Lama tak bersua

hehehhe

[Good Mom]

Jennie menopang dagunya, memerhatikan Lisa yang sedang menangis di sebelah ranjang Rose. Memerhatikan interaksi kedua adik kembarnya dengan tatapan jengah tapi tidak juga. Lisa menangis tersedu-sedu dan menyalahkan diri sendiri sedangkan Rose malah memarahinya dan berkali-kali bilang akan mengusir Lisa jika terus-terusan berkata seperti itu.

Jisoo sedang makan bento yang Jessica beli dengan lahap, kentara sekali lapar. Jennie sendiri sudah makan bagiannya, itu pun masih bersisa. Jennie bukan tiga kembarnya yang kuat makan banyak, mohon maaf.

Jessica sendiri tadi pamit mengurusi hal-hal yang tak sanggup mereka urus dan berpesan agar tidak mengadu kepada Nenek karena bisa-bisa mereka semua kena marahnya.

Operasi Rose tidak lama, dia hanya menjalani scan dan penjahitan saja. Pendarahan pun masih bisa teratasi dan dia pun dilarikan ke ruang VVIP. Ruangan yang lebih seperti rumah dengan versi lebih mini. Terdapat televisi dan ruang tamu—yang Jennie dan Jisoo duduki—mini tepat di depan ranjang. Ada kulkas kecil yang dapat diisi oleh apapun oleh penghuninya. Bedanya, di sini lebih bau obat khas rumah sakit.

"Kau tidak makan bagianmu?" tanya Jisoo memandangi Jennie yang melamun entah memikirkan apa.

Jennie menggeleng. "Sudah."

"Tapi masih sisa banyak."

"Kalau kau mau, buatmu saja."

Jisoo menyimpan sumpitnya, menenggak segelas air putih dengan cepat lantas kembali fokus pada kembarannya. "Apa yang sedang kau pikirkan?"

Memandangi jendela dan melihat taman berisi orang-orang sakit, lebih menarik pandangan Jennie. "Tidak ada."

"Kau mau mencoba menutupi sesuatu dariku? Kita ini kembar, aku tau kalau kau bohong. Aku bahkan tau apa yang ada dalam pikiranmu itu."

Jennie mendesar, Jisoo tidak sepenuhnya salah. Terlahir kembar seperti engkau terlahir satu raga yang dibagi empat sebagai kembarmu. Apa yang ada dalam pikirannya secara otomatis dipikirkan kembarmu, apa yang sedang kau rasakan, otomatis memengaruhi kembarmu. Dalam kasus ini seperti pertukaran sinyal kasat mata membuat mereka terhubung satu sama lain.

Namun, tetap saja, meskipun mereka kembar, ada satu titik yang membedakan mereka. Ada satu waktu yang tidak satu sama lain pahami. Ada pikiran-pikiran yang tidak singkron, tidak sepadan, bahkan terkadang menimbulkan konflik. Karena bagaimanapun mereka tetaplah empat orang yang berbeda, yang memiliki masing-masing jalan pikiran, perasaan, dan keputusan itu sendiri. Terkadang mereka berbeda.

Oleh karenanya, tidak bisa Jisoo pahami apa yang Jennie pikirkan ketika rasanya Jisoo dapat merasakan apa yang kembarnya rasa. Sebuah perasaan campur aduk dan berujung pada sebuah perasaan tak terbaca.

Tanpa membenarkan posisinya Jennie menangkupkan seluruh wajahnya pada bahu sofa, matanya berfokus pada suster yang sedang menyuapi anak kecil yang duduk di kursi roda, berkali-kali menolak untuk makan. "Terkadang aku merasa, benarkan ini kehidupanku, maksudku, dengan Mom, dengan kalian tinggal di rumah mewah, barang-barang mahal dan segala hal yang dulu kita impi-impikan. Kita benar-benar memiliki orang tua seutuhnya yang menjaga dan merawat, bahkan mengurusi segala hal yang dulu Nenek handle dengan baik."

Jisoo mencibir, "lalu kau mau apa? Kau mau hidup kita seperti dulu?"

Jennie membenarkan posisi duduknya menghadap kepada Jisoo yang menatapnya dengan aneh. "Bukan! Kau menangkap poinnya tidak, sih?"

Good MOM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang