5

3.9K 435 85
                                    

Busy, Rosè

"Wen, kau punya partner tes festival nanti?"

Rosè menyimpan tasnya di kursi dan langsung menghadapkan kursinya pada Wendy yang tengah sibuk menyalin tugas. Mereka duduk saling berhadapan.

"Iya, aku akan kolaborasi dengan Jimin kelas A5. Kau tidak ikut, kan, jadi--"

"Oh baiklah." Rosè memutus percakapan secara sepihak.

Gadis bernama Wendy itu melihatnya sekilas sebelum akhirnya terbelalak atas sikap dingin temannya, tak berlangsung lama, dia kembali pada kegiatan menyalin tugas. Tugas lebih penting saat ini.

Rosè memangku dagunya dengan tangan kanan, tangan kirinya mengetuk-ngetuk meja dengan gelisah. Pikirannya tengah mengabsen satu persatu siswa yang ada di kelas. Membuat list kemungkinan-kemungkinan siapa saja yang ikut festival vokal dalam otaknya yang cerdas.

Sampai mata menangkap sosok nerd itu datang dengan kacamata menyebalkan. Dengan langkah panjang dan pasti menyimpan tas di sisi kursi, tepat di bangku samping Rosè. Tidak bukan dia.


"Ada apa kau melihatku? Tertarik?"

Rosè tersadar dari lamunan, mendengar suara serak itu menginterupsi indera pendengarannya. Otaknya sedikit lamban untuk menangkap maksud kalimat Junhoe barusan. Rosè hanya mengangkat kepalanya dari tumpuan tangan serta mengerjapkan mata.

"Aku tau kau mulai terpesona padaku, kan?" ucapnya lagi.

Rosè mendelik menyadari sikapnya yang tak sengaja itu malah menjadi bulan-bulanan si marga Goo. Membuatnya muak dan membuang muka, tidak berniat membalas atau sekedar berdecak.

"Ujian beberapa minggu lagi, panitia festival juga sudah mulai sibuk, kau yakin mau ikut festival?" Kali ini Rosè tidak sedang tuli. Kepalanya ia arahkan pada Junhoe yang tampaknya kini sibuk dengan buku. Matanya tak menatap Rosè.

Rosè menjawab, "apa urusanmu?"

"Kau benar-benar tidak takut jadi babuku, ya?" Dari balik fokusnya, Junhoe memberikan smirk andalannya.

"Tidak! Justru kini kau yang terdengar takut." Rosè ikut menyombongkan diri.

"Sudah jelas kan siapa pemenangnya? Kau yang tidak mengerti matematika trigonometri atau aku yang pandai di segala macam hitungan," sengit Junhoe, kini dia menutup bukunya murka. Membenarkan letak poni lepek dan kacamatanya.

"Atau aku yang lebih paham materi hapalan." Rosè giliran memberikan smirknya.

"Kau tau, orang yang pandai menghitung biasanya pandai menghapal, memahami materi juga hal yang mudah untuk orang-orang seperti-ku."

"Oh jadi kau bangga?"

"Jelas dong," tukas Junhoe cepat.

Rosè membalas dengan tenang. "Ujiannya baru akan dimulai. Berbangga hatilah sekarang sesukamu, jika nanti kau kalah, jangan menangis, ya."

"Rosè!"

Rosè tak melanjutkan kalimatnya. Kini dia tertuju pada seseorang yang memanggilnya dari luar pintu kelas, melambai-lambaikan tangannya meminta gadis itu untuk mendekat.

Good MOM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang