9

3.2K 362 67
                                    

Jisoo menghentakkan kakinya kasar ketika Hanbin berlalu melewatinya begitu saja. Lagi-lagi Hanbin bersikap tidak seperti biasanya. Meskipun Jisoo sempat melihat segores luka di pipinya, gadis itu tetap tak bisa mendekati Hanbin seperti biasa. Pikirannya sedikit kacau ketika berkali-kali tawarannya di tolak.

"Itu lukamu membuka Hanbin, apa tidak sebaiknya kau obati?" Jisoo dengan terpaksa mendekat ke arahnya ketika goresan itu sedikit mengeluarkan darah.

Bisa di katakan, Jisoo cukup khawatir dengan kelakuan Hanbin itu. Terutama lukanya yang tidak di obati dengan benar.

Hanbin menampar lengan Jisoo yang lagi-lagi mencoba menghapus darah yang menetes. Laki-laki itu menatap Jisoo dengan pandangan yang tidak dapat di artikan. Bahkan tanpa gadis itu sadari, Hanbin tengah mengepalkan tangannya dengan kuat.

Kantin itu memang cukup ramai dan hal itu membuat Hanbin mengurungkan niatnya untuk membentak Jisoo.

Hanbin berkata, "jangan urusi aku lagi." Giginya bergemelatuk mengucapkannya.

Jisoo sedikit takut. "Ta-tapi kau kenapa? Kau bisa ceritakan padaku kalau ada masalah. A-aku tidak yakin bisa membantu tapi setidaknya aku akan mendengarkan ceritamu."

Hanbin membuang muka tak menatap Jisoo yang balas menatap dengan takut-takut. Gadis itu takut untuk tau bahwa Hanbin tengah marah karena sikapnya.

"Lebih baik kau jauh-jauh dariku." Hanbin melepaskan lipatan jemarinya.

Jisoo terhenyak. "K-kenapa? Apa aku berbuat kesalahan?"

Hanbin mendesah, ia memijit keningnya. "Karena aku tidak bisa melindungimu."

"T-tapi-"

"Jisoo, cukup, kumohon untuk menjauhlah dariku."

Dan untuk sesaat, Hanbin memberikan tatapan penuh arti dan pengharapan. Sekilas Jisoo dapat merasakan bahwa itu, untuk dirinya.

"Karena untuk saat ini, aku tidak tau harus berbuat apa."























[Good Mom]

"Ah Jisoo, mungkin ini bisa meredakan suasana hatimu."

Gadis itu mendongak dengan tatapan sedih, mendapati sosok lelaki berparas tampan berdiri dengan senyum canggungnya. Menyodorkan sebuah minuman kaleng pada gadis itu. Ia pun duduk di samping Jisoo bahkan sebelum Jisoo menerima tawarannya.

"Terimalah." Rambutnya terapung-apung kala angin siang itu menerbangkan anak-anak rambutnya. Kebetulan saat itu Jisoo sedang menenangkan isi pikirannya sebelum latihan drama dimulai. Ia termenung dengan memangku kertas naskah.

Jisoo memaksakan seulas senyum. "Terima kasih."

Gadis itu menerimanya.

"Kau sedang patah hati?" Gadis itu hampir tersedak oleh ludah sendiri.

"Aku tadi melihatmu dan Hanbin di kantin," paparnya, setidaknya agar tidak di cap sebagai stalker.

"A-apa aku seperti baru saja di tolak?" tanya Jisoo, matanya masih membulat sempurna.

"Jadi itu benar?!"

"Yakk!! Tentu saja tidak!!" Sanggah gadis itu cepat.

"Aku hanya sedang bicara saja padanya, kenapa kau malah mengatakan aku habis di tolak?" Jisoo bersungut tanpa sadar. Harga dirinya bisa jatuh bebas jika tidak segera di klarifikasi.

"Tapi kenapa wajahmu terlihat murung?" tanyanya.

Skakmat. Jisoo tidak bisa menjelaskan alasannya, karena ia sendiri tidak mengerti mengapa bisa kepikiran pada hal sekecil itu. Mungkin karena merasa janggal? Entahlah, Jisoo tidak cukup pintar untuk memahami situasi.

Good MOM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang