"Aku tidak memberi kalian pilihan. Jadi jangan membantah!" Jessica berucap dengan tegas, ia menatap satu persatu anaknya. Jennie ingin sekali melemparkan kemarahan, memberikan cakaran yang membekas di wajah wanita di hadapannya, namun Jisoo, Rosè, dan Lisa menahannya meskipun sama-sama memberikan tatapan yang sama.
"Baiklah maafkan aku, yang jelas aku harus segera pergi." Jessica berbalik dengan angkuh, ia menatap sekretarisnya yang masih diam tidak memberikan respon yang pasti. "Sehun, apa Mr.Kim sudah menunggu?" Tanyanya.
Sehun membenarkan letak kacamatanya agar tetap diatas hidung. "Belum, Mrs. Jung, atau lebih tepatnya ia ingin mengadakan pertemuannya di luar, ini alamatnya," jawab Sehun, ia memberikan secarik kertas bertuliskan sebuah alamat restoran mewah di daerah Seoul. Jessica menilik sebentar, memberikan jeda agar otaknya mampu mencerna kata demi kata yang tertulis.
Merasa cukup dan tidak ingin berlama-lama, akhirnya ia menjawab, "baiklah. Aku titipkan mereka padamu."
Sehun membalas dengan bungkukan badannya.
Setelah memandang kepergian Jessica, akhirnya mereka pergi ke kamar yang ditunjukkan oleh Sehun. Koper dan tas pun sudah berada di dalam kamar masing-masing. Jessica benar-benar memberikan kemewahan pada anak-anaknya dengan design kamar yang menarik, peralatan yang lengkap, juga pemandangan balkon yang menuju langsung pada kebun. Mereka berada pada kamar yang terpisah, namun sama-sama memiliki balkon yang indah. Meskipun begitu, Jennie tetap memilih tinggal bersama nenek ketimbang dengan ibunya--jika pada akhirnya akan seperti ini.
"Nona, anda ingin makan siang apa?" Jennie bermaksud untuk membuka laptopnya dan mengecek beberapa perjalanan langsung ke desa. Seorang pembantu membuka pelan pintu kamar yang nuansanya penuh dengan warna hijau padahal secara pribadi ia tidak menyukai hijau terkecuali daun, dan dia bertanya dengan kalimat yang sangat sopan.
"Aku tidak ingin sarapan," ucapnya malas. Matanya masih menilik setiap bait kata yang tertera pada sebuah website pemesanan tiket kereta. Berharap pada keberangkatan secepatnya.
Pembatu tersebut berusia sekitar 28 tahun, cantik dengan wajahnya yang oval, manik kecoklatan yang sendu, dan tubuh tinggi proporsional. Dia mengikat rambut hitamnya ke atas hingga lehernya tampak. Memakai seragam putih hitam dan sebuah penutup kepala. Dia memberi pernyataan pada jawaban Jennie. "Tapi nona, Mrs.Jung, meminta kami mempersiapkan keperluan ada."
"Oh astaga! Aku bisa gila!" Jennie mengacak rambutnya, kemudian memandang pembantu tersebut dengan seksama, dalam artian bahwa ia tidak suka dengan cara yang ibunya tawarkan. "Kau pikir kelakuan Mom, tadi bisa membuatku lapar? Bahkan tidak dengan kamar berwana hijau ini!"
Kamarnya memiliki satu lemari besar, meja belajar, sebuah nakas dengan tv, meja rias, dan juga sebuah rak buku dengan berbagai macam bacaan disimpan rapi di sela-selanya. Nuansa yang benar-benar bukan Jennie banget. Di depan pintu tertera nama 'Jennie Jung' yang membuat harus mengakui bahwa si hijau ini adalah kamarnya. Setidaknya untuk sementara, setelah bertemu dengan Mom, ia akan mengajukan protes besar.
"Tapi Nona, kami akan sangat se-"
Jennie memotong kalimatnya, "hentikan! Pergi saja ke kamar saudariku yang lain!"
Pembantu tersebut menutup pintunya pelan, sebelum akhirnya membungkuk dan meninggalkan Jennie. Mungkin saja dalam hati sang pembantu tadi kesal, namun Jennie sungguh tidak peduli.
Hingga sampai pintunya kembali terbuka.
Bukan, bukan pembantu yang lain. Melainkan seseorang bernama sekretaris Oh.
"Keluar dari kamar dan kita makan siang," ujarnya dingin, tanpa tatapan menenangkan seperti pembantu sebelumnya. Sekretaris Oh masih memegang kenop pintu, menahan agar tetap terbuka dan tampak sebagian dari badannya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good MOM ✔
ФанфикKisah tentang Jessica Jung dan keempat anaknya. Season 1 : End Season 2 : On Going ©2016 filofrosine present Amazing cover by @nothofogus