###
“Saya nggak tau, sudah berapa kali saya peringatin sama kamu untuk bersikap sedikit normal seperti pelajar lainnya Sara.” Bu Ismi terus berbicara dengan nada menghentak-hentak selama perjalanan menuju ruang Perpustakaan di lantai paling atas sekolah.
Dibelakang wanita paruh baya itu, sosok Sara tengah mengumpat habis-habisan kepada Bu Ismi. Gadis dengan rambut yang sudah tergerai itu merasa sangat badmood dan kesal sejak dirinya yang kepergok Bu Ismi dikantin tadi.
Alasannya simple kok. Rambut dicat warna ungu, sepatu putih, kaos kaki warna-warni, seragam yang dikeluarkan, tidak mengenakan atribut sekolah, dan yang terakhir adalah—membolos dijam pelajaran pertama. Dan hukuman untuknya kali ini adalah membereskan buku perpustakaan sampai jam istirahat pertama. Ya, lengkap sudah penderitaan Sara hari ini.
“Saya bingung, harus gimana lagi buat ngadepin semua kelakuan hyper kamu disekolah Sara. Saya pusing, merasa tidak sanggup untuk meladeni tingkah bandel kamu selama di sekolah.”
“Yaudah, Ibu jangan ngurusin saya, gitu aja kok repot.” Jawab Sara asal ceplos.
“Berani jawab kamu?!” Murka Bu Ismi.
“Maaf Bu, mumpung saya punya mulut, ya, saya jawab.” Sara mengakhiri ucapannya dengan suatas senyuman—tidak ikhlas—yang sampai menyipitkan kedua sudut matanya.
“Kamu!!!” Tunjuk Bu Ismi dengan nafas tersengal-sengal menahan emosi. “Bereskan buku diperpustakaan, se-ka-rang ju-ga!” Sentaknya dengan suara menggelegar karena saking geregetan sama Sara.
“Iya, Bu Ismi.” Jawab Sara yang langsung melengos masuk kedalam Perpustakaan begitu saja melalu pintu kaca.
Setelah dirasa aman, Sara melupakan segala kekesalannya yang sudah menumpuk sedari tadi. “What the hell! Sengaja nggak masuk kelas biar nggak ketemu, nyatanya dia jelalatan sampe kantin. Duh, Tuhan, salah gue apa coba sama ibu guru satu itu?” Desah Sara frustasi.
“Mbak Sara disuruh beresin Buku di perpustakaan, ya?”
Kepala Sara terangkat, mendapati Pak Fajar yang selaku menjabat sebagai Petugas perpustakaan memandang penuh prihatin kepadanya yang kini tersenyum tipis dengan ringisan kecil. “Iya, Pak.”
Pak Fajar mengangguk maklum, lalu tangannya bergerak membenarkan kacamatanya yang sedikit melorot dari hidungnya. “Yasudah, Mbak Sara cari tempat buat istirahat aja, ya? Mukanya pucet gitu, saya nggak tega jadinya. Lagian, buku di Perpustakaan pagi-pagi begini kan masih ketata rapi semua Mbak.” Jelas Pak Fajar membalas senyum Sara.
“Beneran nggak apa-apa, Pak?”
“Nggak apa-apa, Mbak. Lah, saya kan lebih tahu keadaan mbak Sara dibandingin sama Ibu Ismi atau guru-guru yang lain.”
Ya, benar. Pak Fajar tau semua kelakuan baik buruknya seorang Sara. Persis seperti Egar maupun Hani. Dan di sekolah ini, Sara sudah sangat mempercayai Pak Fajar dan juga sudah menganggap beliau sebagai Ayahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Round and Round [COMPLETED]
JugendliteraturJUST REMIND YOU! Beberapa chapter atau part diprivate, jadi untuk melengkapi harus follow terlebih dahulu setelah itu baru tambahkan ke perpustakaan kamu. And last, please refresh your wattpad. "Hujan gini, apartemen lo juga sepi. Mendukung bange...