13. Closer

2.7K 140 0
                                    

####

Yakinlah, Sara benar-benar mengutuk kesialannya yang terjadi pada malam ini.

Harusnya tidak begini kejadiannya. Seharusnya Sara menang atas pertengkarannya tadi dengan Erika. Dan seharusnya malam hari ini Sara bisa tidur dengan pulas tanpa perlu takut lagi akan ancaman gila dari itu Erika.

Tapi sekarang? Baik, kita perjelas disini.

Sara berdebat dengan Erika, lalu ia tercebur, Gama menolongnya, membela didepan banyak orang, berlanjut kabur dari acara, dan disinilah Sara berada sekarang. Apartemen Gama, duduk manis diatas tempat tidur Gama lebih tepatnya.

Dengan mengenakan Kaos hitam milik Gama yang menenggelamkan tubuh rampingnya, Sara masih setia bungkam mulut sembari membuang tatapannya kesamping. Didepannya, ada Gama yang sudah berganti pakaian santai khas anak rumahan. Duduk diam disofa yang berhadapan langsung dengan Sara sekarang.

Jika boleh jujur, Sara mengaku jika kali ini jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Dan itu, hanya karena dirinya yang sedang ditatap intens oleh Gama saat ini.

“Gue yakin lo udah makan diacara tadi, atau mungkin udah makan sebelum dateng kesana.”

Sara menyorot Gama dengan dahi berkerut samar. Kedua tangannya menyilang, terlipat manis didepan dada dengan gaya penuh keangkuhan. Padahal sebenarnya Sara sedang mencoba menghilangkan kenangan buruk yang pernah terjadi dikamar ini tempo hari bersama Gama.

“Maksud lo?”

“Gue nggak perlu repot-repot buatin atau pesenin lo makan. That’s it.”

Sara mendengus, kembali membuang pandangannya kesamping karena tak tahan dengan mata gelap yang memabukan milik Gama.

“Kenapa lo tolongin gue?”

“Karena lo temen sekolah gue.”

Sara merengut, tak puas akan jawaban Gama tadi.

“Atas dasar apa?”

“Gue nggak suka liat kasus bully. So simply.”

Sara berdecak, namun tiba-tiba matanya menyipit menatap Gama. “Atau karena... Lo masih ada rasa sama gue?”

“Jangan pede,” Elak Gama santai. Tapi justru jantungnya saat ini sangat tidak sesantai ekspresi wajahnya.

“Gue Cuma menyatakan tebakan gue,”

“Tapi tebakan lo salah.”

Sara menatap sebal Gama yang kini tersenyum miring. Memang benar ya, ini tuh malam sialnya Sara. Buktinya Sara Cuma bisa diam waktu debat sama Gama yang tidak sampai semenit itu. Sialan memang.

“Sekarang, gantian gue yang nanya.” Gama nampak sengaja menjeda ucapannya, dan hal itu justru membuat Sara makin belingsatan ditempat. “Ada masalah apa lo sama Erika?”

“Nggak usah kepo urusan orang.” Tandas Sara dengan mulut pedasnya.

“Jawab aja, anggap kalo ini balasan lo atas kebaikan gue yang belain lo tadi.”

Sara melepas nafas pendek, “Harusnya lo udah tau apa masalah gue sama Erika tadi.”

“Lo jadi PHO mereka?” Tebak Gama dengan nada santai. Tapi Sara menanggapinya dengan tatapan memicing bercampur kesal.

“Kalo iya kenapa? Nggak suka?” Balas Sara menyolot.

Gama mengendikan bahunya, bangkit dari sofa dan berjalan menuju nakas samping tempat tidurnya. Tangan cowok itu meraih ponselnya, lalu duduk begitu saja diatas tempat tidur, persis disamping Sara yang kini mendelikan matanya tak suka.

Round and Round [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang