14. Nasi Goreng

2.8K 135 5
                                    

####

Terik cahaya mentari benar-benar menusuk kelopak mata Sara. Gadis yang masih bergelung lemas dibalik selimut tebal itu tetap saja memejamkan matanya tanpa ada kesadaran diri untuk segera bangun tidur. Padahal jika ditengok, jarum jam sudah menunjukan pukul 08.35 WIB.

Diiringi kiacauan burung Gereja, harum semerbak yang menguar berhasil mengusik indra penciuman Sara. Gadis itu mulai mengerjapkan kedua matanya sembari mengendus-ngendus untuk mengetahui bau apa yang dihirupnya.

“Bau apa sih? Kok enak...” Gumamnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Sara lantas duduk. Diam sejenak demi mengumpulkan sebagian nyawanya yang hilang entah kemana saat tidur tadi. Dan disaat itu juga, kepalanya mulai bekerja dengan mengingat-ingat apa yang terjadi dengan dirinya semalam.

Mata Sara langsung terbuka sempurna. Disusul gerakan cepat tangannya yang membuka selimut untuk memastikan bahwa pakaiannya masih lengkap dan aman seperti semalam.

Sara bergeming ditempat, masih kepikiran tentang semalam. “Gue semalem ngapain...” Ucapnya dengan nada menggantung.

Masih diserang kebingungan, Sara melirik sejenak samping tempat tidurnya. Masih rapi. Hanya bagian selimutnya yang berantakan karena tertarik oleh tubuh Sara sendiri.

Saat itu juga, kejadian tadi malam langsung terputar dengan sangat jelas dikepala Sara.

Sara lantas menyentuh bibirnya. Diam berpikir sambil meredakan degup jantungnya yang perlahan mulai meningkat dengan sendirinya. Kepalanya menggeleng pelan, mencoba menyangkal atas semua yang terjadi semalam padanya—oh, jangan lupakan Gama juga.

Sara mendesah frustasi sembari menjambak gemas rambutnya. Menggeram tertahan walau sebenarnya ia ingin berteriak saat ini juga.

“Egar, asal lo tau. Adek lo lagi pengin bunuh diri sekarang nih...” Desis Sara dengan tatapan sayunya.

***

Kepulan asap didepan wajah tak mengurungkan niat Gama untuk menghentikan aktifitas memasaknya saat ini.

Laki-laki dengan aphrone ditubuhnya itu tampak seperti chef papan atas karena terlihat lihai dalam meracik masakan yang sedang dibuatnya. Rambutnya lembab sehabis mandi tadi, menambah kesan maskulin diwajah rupawan bak dewa yang dimiliki oleh Gama.

“Lo—lagi ngapain?”

Hampir saja Gama melempar spatula yang sedang dipegangnya saat baru saja menyadari jika sosok gadis yang telah membuatnya gila semalaman itu sudah berdiri persis disampingnya.

Masih mengenakan kaos hitam yang dipinjamkan olehnya, Sara tampak lebih segar dengan menyatukan seluruh rambutnya dalam sebuah kuncir asal. Wajah cantiknya bersinar, ditambah ulasan senyum tipis yang mendadak membuat jantung Gama berdegup lebih kencang dari biasanya.

“Gam? Itu—nggak gosong?”

Gama tersentak, terlalu gelagapan sampai tidak sadar gerakan memasaknya sudah tidak singkron lagi seperti awal. Diam-diam Gama mengumpat. Sosok Sara memang mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap tubuhnya. Apalagi bibir gadis itu—

“Lagi masak sarapan, ya?”

Gama lekas mengangguk tanpa berniat mengeluarkan suaranya. Namun ternyata mulutnya terlalu gatal untuk kembali menanggapi Sara disampingnya.

Round and Round [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang