30. Jangan

2.4K 113 47
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###

"Ra, mau nasi goreng nggak? Gue baru aja bikin nih,"

"Enggak,"

"Mau roti? Roti panggang? Gue buatin deh,"

"Enggak,"

"Salad buah? Mau nggak? Ada di kulkas, baru gue beli semalem."

"Enggak Egar, gue nggak mau sarapan."

Egar terdiam untuk menghela napasnya. Menatap sendu sesosok gadis yang sedang menenggak segelas susu coklat yang sengaja ia buatkan tadi. Gadis yang dulunya setiap hari merengek minta dibuatkan sarapan olehnya, kini bahkan tak ingin sarapan sekalipun Egar sudah menawarkan segala macam makanan favorit gadis itu.

Rambut yang dulunya selalu berganti warna setiap bulan, kini dibiarkan berwarna hitam gelap tak terurus. Tubuhnya juga semakin kurus. Pun wajahnya yang selalu cantik berseri, kini tampak kusut dan sedikit pucat.

She's Sara.

And

She's like depressed.

Bukan depresi yang sebenarnya memang. Namun jika melihat penampilan gadis itu saat ini memang layak dicap sebagai orang depresi. Sara yang dulu selalu mengutamakan penampilannya, berubah 180° dalam seminggu terakhir.

Atau lebih tepatnya semenjak hari dimana Gama dan Sara seharusnya bertemu.

Lalu putus.

"Ra, makan ya? Gue suapin deh,"

Lagi-lagi, pandangan kosong Sara terfokus pada gelas kosong yang baru saja isinya ia minum.

"Gue nggak bisa makan, Gar. Seriously."

Egar menghela napas gusar, sebelum makin menjadi ia menarik tangan Sara yang hendak melangkah pergi darinya. "Lo mau mati emangnya? Mau sampe kapan lo nyiksa diri kayak gini?" Sarkas Egar.

Emosi?

Tentu saja.

Bagaimana tidak emosi, melihat adiknya sendiri hidup dalam keadaan semenyedihkan itu selama satu bulan lebih. Hanya karena seorang laki-laki.

Round and Round [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang