#####
Pagi ini cuaca terlihat buruk. Ditandai dengan langit berwarna kelabu, juga semilir angin yang membawa hawa pegunungan yang amat sangat dibenci oleh Sara.
Jujur, Sara benci hawa pegunungan. Rasa benci itu mulai muncul kira-kira sepuluh tahun lalu, dimana keluarga kecilnya berlibur ke pegunungan dengan sukacita, namun sesuatu telah membuatnya menjadi dukacita. Sara tak ingin lagi mengingat kejadian itu. Apalagi menceritakan pada orang lain selain Hani.
“Sara!” Dan panjang umurlah Hani, baru saja memikirkan namanya, gadis itu langsung muncul dihadapan Sara sekarang.
“Tumben berangkat pagi, kesambet dimana lo?”
Sara memutar bola matanya malas, “Tanya tuh Egar. Kesambet apaan sampe gue kayak dianak tirikan tadi pagi.”
“Ah, gue tebak sih, kesambet cintanya Lavanya. Iya, nggak?” Hani melirik Sara sambil terkekeh pelan.
“Ya, serah lo, Hani kusumawati.”
“Nama panjang gue bukan itu kampret.” Hani merengut sekilas sebelum kembali berbicara, “Eh, udah tahu belum? Ada hot news in the here.”
Sara mengerut bingung, “Apaan?”
“Kemah.”
Sara ber-oh ria sambil manggut-manggut kecil. Seolah berita yang didengarnya tadi sama sekali tidak penting untuknya. Tapi tak sampai lima detik, gadis itu kembali menatap Hani dengan tatapan horor dicampur ekspresi terkejutnya.
“What the—seriously?”
“Iya, apa faedahnya coba gue bohong sama lo.” Hani memandang intens Sara sebelum menarik tangan gadis itu dan membawanya pergi ke suatu tempat. “Lo ikut gue,”
“Kemana?”
“Udah, diem dan ikutin gue aja.” Cetus Hani yang pada akhirnya sampai disebuah papan berukuran besar dengan berbagai macam kertas tertempel disana. “Dibaca, ya, Mbak Cantique.”
Sara meneliti salah satu lembaran HVS dipapan itu. Membaca dengan gerak cepat sampai ia bisa menyimpulkan apa isi dari lembaran HVS itu.
“Beneran kemah? Terus kita satu regu Cuma berdua doang? Gila kali ya,” Keluh Sara sambil memandang kesal lembaran itu.
“Lo ikut nggak?” Tanya Hani mencoba.
“Lo tau jawaban gue tanpa perlu yang gue kasih tau, kan?”
Hani berdecak pelan, menatap kesal Sara. “Yakali tahun ini kita berdua kaga ikutan kemah lagi. Oh, c’mon Sara. Ini tahun terakhir kita kemah, okay? Kelas 12 kan nggak ngadain kemah soalnya.”
“Nah itu, tau.”
“Makanya gue pengin ngajakin ikut kemah walau Cuma sekali ini aja, Sarawati!” Tegas Hani saking gregetnya sama Sara yang justru pasang wajah datar. “Udah deh, soal regu gue bakal cari ide. Yang penting kita berdua harus ikut kemah, titik.”
Sara menghembuskan nafas jengahnya, “Apa sih rayuan yang Rangga kasih ke lo sampe lo ngajakin kemah gini coba.”
“Babang Rangga ikut kemah, mana bisa gue nggak liat wajahnya barang sehari? Jadi gue memutuskan harus ikut kemah juga.” Balas Hani sambil terkekeh pelan.
“Ya, terus, ngapain ngajak gue juga Haniyem?”
“Karena gue tau lo nggak bakal nolak permintaan gue.”
Sara mendecih pelan dengan tatapan sebalnya, “Sialan lo.”
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Round and Round [COMPLETED]
Fiksi RemajaJUST REMIND YOU! Beberapa chapter atau part diprivate, jadi untuk melengkapi harus follow terlebih dahulu setelah itu baru tambahkan ke perpustakaan kamu. And last, please refresh your wattpad. "Hujan gini, apartemen lo juga sepi. Mendukung bange...