"Kita mau kemana sih, Gam?"
Sore itu, langit menampakan warna jingga yang teramat cantik. Layaknya langit-langit lila seperti di negeri para dongeng. Biasnya cahaya matahari saat ini memang sangat Indah dan sangat jarang terjadi.
"Gama, ini tempatnya sepi loh, gue mendadak merinding sumpah."
Mobil itu terparkir disebuah lapangan kosong sekitar 10 menit yang lalu. Lapangan yang cukup luas dan hanya terisi ilalang liar setinggi paha. Gama sendiri sudah mengenal baik tempat yang sedang dikunjunginya sekarang. Seakan sudah sangat sering sekali berkunjung kemari. Berbeda halnya dengan Sara. Gadis yang sedari tadi mengocehkan sebuah keluhan pribadi itu sangat merasa 'tidak biasa' di tempat ini.
Ada banyak keluhan yang keluar dari mulutnya. Entah itu karena tempatnya yang terasa mistis. Ilalang yang tumbuh terlalu tinggi. Kekenyangan dan merasa mengantuk. Dan hal lain yang sama sekali tidak berdasar untuk dijadikan rengekannya pada Gama.
Tentu saja Gama tidak akan tinggal diam. Sudah jauh-jauh ia menyetir untuk datang kemari, masa harus kalah dengan rengekan seorang gadis macam Sara. Maka dari itu, hal yang pertama dilakukannya agar Sara menurut adalah segera mengeluarkan Sara dari dalam mobil, melingkarkan hoodie miliknya dipinggang gadis itu agar saat melewati ilalang tidak terlalu kena duri-durinya, dan lekas menyeret gadis itu berjalan mengekor dibelakangnya.
Dan tentu saja, sepanjang perjalanan Sara terus merengek.
"Pelan-pelan dong jalannya, kaki gue nggak sepanjang lo kalo jalan tau." Rengek Sara lagi, untuk kesekian puluh kalinya mungkin.
"Gam, mending gue balik ke mobil deh, ya? Lo aja yang pergi ke tempat yang lo mau itu. Gue nunggu di mobil ngga apa-apa kok suer,"
Gama yang mulai tidak tahan suara rengekan Sara mendadak berhenti sambil mendengus gusar. Tubuh tegapnya berbalik, menghadap Sara yang kini juga ikut berhenti sambil mengusap-usap kecil kedua lengannya. "Kenapa berhenti?"
"Lo nggak bisa diam semeniiiit aja gitu, Ra? Sumpah ya, demi apapun kuping gue pengang denger lo ngoceh mulu dari tadi. Apa susahnya sih nurutin mau gue biar kita cepet sampe tempatnya, hah?" Protes Gama sambil berkacak pinggang menatap sebal Sara.
"Kan gue bilang gue nggak mau ikut lo, tapi lo malah maksa." Ujar Sara memberi pembelaan untuk dirinya sendiri.
Gama membuang pandangannya dari Sara, melihat sekilas jam dipergelangan tangannya, sedetik kemudian tangan kanannya terbuka demi meminta tangan Sara untuk digandengnya lagi.
"Bentar lagi kita sampe, jangan bawel tolong."
Sara mengangguk pelan, menerima sambutan tangan Gama dan kembali berjalan menyusuri Padang ilalang seperti sebelumnya.
Namun belum ada satu menit mereka berjalan, sesuatu telah terjadi pada mereka. Kaki kanan Sara yang biasa digunakan sebagai tumpuan berjalan mendadak terperosok ke dalam lobang yang tertutupi oleh ilalang. Sara menjerit keras, membuat sifat sensitif Gama dalam keadaan mode on ketika Sara meringis kesakitan sambil memegangi kaki kanannya.
"Kenapa?" Tanya Gama ikut panik melihat Sara mendadak kesakitan.
"Keperosok lobang, gue nggak liat," Sara meringis kesakitan sambil mencoba menggerakan kaki kanannya, akan tetapi justru jeritan keras yang keluar dari mulutnya.
"Sakit?" Tanya Gama lagi sambil ikut memperhatikan kaki Sara yang sedang kesakitan. "Dibagian mananya?"
"Kaki gue keseleo kayaknya," Sara memberitahu sambil menahan nyeri dipergelangan kakinya.
Gama lekas membuka sepatu milik Sara, melihat jika pergelangan kaki gadis itu tampak memerah dan perlahan mulai membengkak. Ini memang keseleo. Dan mau tak mau Gama harus melakukan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Round and Round [COMPLETED]
Teen FictionJUST REMIND YOU! Beberapa chapter atau part diprivate, jadi untuk melengkapi harus follow terlebih dahulu setelah itu baru tambahkan ke perpustakaan kamu. And last, please refresh your wattpad. "Hujan gini, apartemen lo juga sepi. Mendukung bange...