####
Sudah 1 jam berlalu dan kawanan Gama belum juga kembali ke Basecamp sesuai yang dijanjikan Gama tadi.
Sara yang dari tadi duduk pun ikut merasa cemas bukan main. Jantungnya terus berdegup kencang, pikirannya kalut karena takut jika Gama sampai kenapa-kenapa nantinya.
Karena waktu 1 jam bukanlah yang waktu yang sebentar bagi Sara. Dalam 3 jam itu bisa terjadi apapun. Dan Sara benar-benar tak ingin membayangkan hal buruk terjadi dan menimpa Gama disana. Sara benar-benar tidak mau.
“Diminum kali Ra, tehnya. Malah dianggurin nyampe dingin gitu. Nggak lihat noh, muka lo sepucet vampir.” Celetuk Farel yang sebenarnya ingin mencairkan suasana ketegangan disini. Karena jujur saja, Farel tidak tega melihat Sara ketakutan sedemikian rupa hanya karena memikirkan nasib Gama disana.
Melihat Sara tidak merespon pun membuat Rangga akhirnya angkat bicara. “Gama nggak selemah yang lo bayangin Ra. Dia itu kuat, mungkin kumpulan tadi justru bukan tandingannya Gama malah setau gue.” Ucap Rangga sambil menahan rasa nyeri diwajahnya akibat pukulan yang diterimanya tadi.
“Nah elo, ngapa sampe babak belur gini? Belum cerita lo sama gue.” Tukas Farel menodong Rangga untuk menceritakan kejadian yang menimpa laki-laki itu dengan Sara .
“Biasa, gue lalai. Ternyata kita udah diintai sebelum dateng kesana, kebetulan gue sama Sara lengah dan, ya, gitu jadinya.” Jelas Rangga kembali meneguk segelas wedang jahe yang sudah dipesannya untuk kali ketiga. “Astaga, lama-lama gue mabok jahe nih.”
Farel terkekeh pelan, “Sabuk item taekwondo aja kalah lawan anak buah bocah ingusan. Mana sekarang minum Jahe nyampe tiga gelas. Masuk angin lo, pak?”
“Yee, si Tai. Gue dikasih rekomendasi Hani kalo badan sakit itu paling pas minumnya wedang Jahe. Dan menurut peneliti juga bener kok. Lo nya aja yang kudet soal beginian.” Sungut Rangga menatap sinis Farel yang masih tertawa walau pelan.
“Ya, ya, ya, anaknya dokter mah beda yaa pikirannya.”
“Serah lo.”
“Aduh, Mas Farel, mbok ditawari makan Neng cantik itu. Kasian loh, mukanya nyampe pucet gitu.” Celetuk wanita pemilik warung yang merasa kasihan melihat kondisi Sara saat ini.
“Udah ditawarin, Mak. Tapi dianya nggak mau, soalnya lagi nungguin—”
“Tuh, mereka dateng.” Potong Rangga begitu melihat sekelompok orang perlahan berjalan memasuki warung.
Sara lantas berdiri dari duduknya, memperhatikan tiap-tiap orang yang masuk ke dalam warung. Wajah mereka penuh babak belur sama seperti Rangga. Dalam hati Sara meringis walau ia tak merasakannya sekalipun. Tapi begitu menyadari Gama belum juga muncul, hati Sara mendadak was-was.
“Gama,” Panggil Farel begitu menyadari Gama masuk paling akhir.
Sara lekas menolehkan kepalanya dengan cepat kebelakang. Ada Gama disana. Penampilannya benar-benar buruk. Sama seperti Rangga, tapi bagi Sara ini jauh lebih parah.
“Lo...” Suara Sara tercekat dengan tangan kanan yang terangkat untuk menyentuh sudut bibir Gama yang berdarah. Gama langsung mengelak, namun ia segera meraih tangan Sara dan menggenggamnya dengan erat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Round and Round [COMPLETED]
Подростковая литератураJUST REMIND YOU! Beberapa chapter atau part diprivate, jadi untuk melengkapi harus follow terlebih dahulu setelah itu baru tambahkan ke perpustakaan kamu. And last, please refresh your wattpad. "Hujan gini, apartemen lo juga sepi. Mendukung bange...