8. Hujan dan Apartemen

4.5K 170 7
                                    

***

"Gama..."

Gama turun dari motornya dan segera melangkah menghampiri Sara kala gadis itu bergumam memanggil namanya. Lelaki itu paham akan situasi yang terjadi sekarang.

Dan untuk itu, ketika Sara masih terperangah akan kedatangannya yang tiba-tiba dan tidak masuk akal, Gama lekas melepas jaketnya kemudian memakaikannya dipundak Sara yang lagi-lagi bergetar ketakutan seperti saat Gama menolongnya dicafe tempo hari.

"Pulang, udah sore."

"Lo ngapain? Terserah gue mau pulang atau enggak, itu bukan urusan lo."

Gama berdecak pelan, sedikit menarik tubuh Sara untuk bangkit dari bangku halte. Tapi gadis itu masih dengan sifat keras kepalanya."Pulang. Lo nggak liat kalo lo dalam situasi bahaya kayak gini?"

"Terus apa peduli lo?" Tanya Sara menantang. Entah sudah lenyap atau tersembunyi, tapi ekspresi ketakutan itu sudah tidak muncul lagi diwajah judes Sara.

"Oh, lo kangen digodain cowok mesum kayak mereka, huh?" Gama balik menatap tajam Sara. Dan sorot mata elang itu sedikit berhasil mengecilkan nyali Sara saat ini. "Kalo lo mau, gue bisa kayak mereka. Lo mau gue puasin diranjang? Sekarang juga kita nginep dihotel kalo lo emang mau."

Makna pandangan Sara berubah secara drastis. Yang tadinya mata hitam bulat itu penuh keangkuhan bercampur rasa takut di atas rata-rata. Tapi sekarang hanya karena mendengar ucapan Gama saja, mata itu berubah menjadi sendu seakan menyiratkan kesedihan tak kasat mata namun amat berarti.

"Lo emang selalu brengsek." Gumam Sara penuh kebenciannya. "Nggak usah sok pahlawan, gue bisa pulang sendiri."

"Lo. Pulang. Sama. Gue. Titik." Gama menekan kuat-kuat disetiap suku katanya. Membuat Sara terdiam dalam kebisuannya karena tidak bisa mendebat Gama lagi.

Selang beberapa detik kemudian, Gama menarik secara paksa lengan Sara. Membuat gadis itu bangkit dari duduknya dan sedikit terhuyung ke depan sampai keningnya tidak sengaja menubruk tubuh bagian depan Gama.

"Pelan-pelan dong, sakit ini."

Gama tidak menggubris dan langsung menghadap ke arah para pemuda jalanan itu dengan menarik tubuh Sara kesisi belakangnya. Hanya gerakan reflek, seolah dirinya sedang membentengi gadis itu dari bahaya.

"Sekali lagi gue liat kalian godain dia, lo semua abis ditangan gue."

Gama membalikan tubuhnya dan disusul oleh Sara yang mengekor dibelakangnya. Gama berhenti, menuntun gadis itu menaiki Ninja hitamnya dan memberi sebuah helm cadangan yang sering kali ia bawa dimotornya.

"Pegangan." Titah Gama sebelum menjalankan motornya. Tapi Sara tak menggubris. Gadis itu tampak sibuk menundukan kepala. Seperti seseorang yang sedang berpikir keras.

"Gue bilang pegangan, ntar jatoh nyalahin gue."

Sara mendengus, "Nggak usah sok baik kalo ujungnya nyakitin."

Tapi, entah kenapa Gama tidak lagi menggubris Sara. Perkataan terakhir yang diucapkan Sara berhasil menyentil hatinya. Ada rasa sesak yang tak terkira. Namun sebisa mungkin Gama menepisnya, segera menyalakan mesin motor dan melaju secepat mungkin meninggalkan halte itu.

Round and Round [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang