28. Akhir Bahagia?

2.5K 88 11
                                    

#####

"Buset, dah, kamar lo habis kena gempa, Ra?"

Sara memutar bola matanya malas saat suara yang menurutnya menyebalkan itu terdengar oleh Indra pendengarannya. Siapa lagi kalau bukan suara Egar. Laki-laki yang sekarang ini berpenampilan seadanya dengan wajah khas bangun tidur.

Sara jadi pengen nimpuk Egar.

Tampilan seadanya it mean, gaya pakaian yang paling dibenci Sara. Egar dengan body shirtlessnya ditambah kolor abu-abu selutut. Oh, jangan lupakan sandal bulu-bulu warna pinkeu milik Sara yang tampak dipaksa pakai oleh kaki Egar yang sebesar kaki raksasa itu.

Ewh,

"Lo mau kemana, sih? Kagak sekolah?" Tanya Egar masih penasaran karena Sara sudah berdandan cantik, tapi tidak memakai seragam sekolah. Egar yakin ini hari kamis, ia tak salah lihat kalendar kok.

"Ra,"

"Apasih, ngoceh mulu perasaan. Nggak capek tuh mulut cerewet mulu?" Balas Sara dengan tatapan sengitnya. Ia habis memoleskan lipbalm di bibirnya sebagai sentuhan terakhir riasannya. "Lagian kalo gue berangkat sekolah sekarang, malah disuruh masuk BK yang ada. Telat, bruh! Jam sepuluh lo suruh gue berangkat. Waras?"

"Ditanyain juga, malah ngomel. Durhaka lo karena sudah mengkasari Abang ganteng lo ini."

"Ganteng dari ujung sedotan, emang iya." Timpalnya mencibir. Ia bangkit dari duduknya, meraih slingbag-nya dan hendak pergi meninggalkan kamar.

"Gue nanya mau kemana, lathifah." Cekal Egar menahan adiknya itu. Sengaja meledek Sara dengan nama terakhir yang tidak disukai oleh gadis itu.

"Stop manggil nama itu, kampret."

"Makanya dijawab kalo ada yang nanya, anjir."

Sara mendesah jengah, "Kalo gue jawab, ntar lo iri lagi."

"Kata siapa?"

"Kata gue,"

Egar berdecak pelan, emang dasar kepala batu adiknya ini. "Lo mau kemana, Cessara?"

"Dating lah, bareng doi. Emang elo, ngajak dating tapi dicuekin mulu sama Lavanya, huh." Jawab Sara sambil mengibaskan rambutnya, sengaja agar mengenai wajah Egar.

Sara menyentak cekalan Egar ditangannya, "Udah, ya, Abang, adekmu ini mau kencan dulu. Lo baik-baik dirumah aja, meratapi nasib ngenes lo itu. Okay? Bye!"

Egar melongo untuk beberapa saat sebelum mengeluarkan desisan sinisnya pada Sara. "Astaga, apa salah dan dosaku, Tuhan, punya adek yang laknatnya minta ampun." Gumamnya menggerutu.

Dibawah sana, Sara menuruni anak tangga dengan semangat. Kekasihnya Gama sudah datang sepuluh menit yang lalu, mengabari Sara jika dirinya sudah menunggu didepan rumah.

Sara tentu saja senang. Ini hari pertama mereka kencan setelah berpacaran. Hari yang ditunggu-tunggu kebanyakan para gadis setelah menjalin hubungan dengan laki-laki. Rasanya itu, bahagia sekaligus mendebarkan.

"Hai," Sapa Sara usai menutup pintu rumah dan berlari kecil menghampiri Gama.

Gama yang tengah berdiri bersandar disisi mobil pun membalas dengan senyuman. "Egar mana? Aku mau pamit dulu sama dia,"

"Ngapain? Nggak usah, nggak faedah. Dia lagi merenung, jangan diganggu." Ketus Sara dengan bibir mengerucut kesal.

"Kamu berantem lagi sama dia?" Tanya Gama yang paham ekspresi Sara.

"Dia yang mulai, aku cuma ngebales, lah."

Gama terkekeh, mengacak-acak Puncak kepala kekasihnya itu. "Ayo, masuk. Keburu siang ntar."

Round and Round [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang