32. Sebenarnya

1.8K 97 11
                                    

#####

Satu bulan yang lalu...

Pertemuan antar pebisnis terkenal di Indonesia malam ini sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari. Pertemuan khusus yang ditujukan untuk kolega-kolega penting demi mencari sebuah keuntungan bagi perusahaan mereka masing-masing.

Sama seperti yang sedang dilakukan Ayah Gama beserta dirinya yang baru saja hadir di sebuah ballroom megah salah satu Hotel ternama di Jakarta.

Gama menghembuskan napas pelan. Mata elangnya mengedar ke segala penjuru arah di ballroom tersebut, masih sedikit kebingungan karena ia sendiri sebenarnya tidak mengerti apa tujuan Ayahnya mengajak dirinya untuk datang ke acara resmi seperti ini. Ini pertama kalinya untuk Gama. Duduk di antara tamu-tamu penting dengan setelan formal yang sama sekali bukan gaya Gama.

"Gama,"

Gama menoleh, memenuhi panggilan Ayahnya. Tanpa bersuara.

"Katanya disini ada teman sekolah kamu," Ujar Ayahnya yang membuat Gama mengernyit keheranan.

"Siapa?"

"Pak Alwan, kolega bisnis Ayah, dia punya anak namanya---"

"Hello, Gama, nggak nyangka kita bakal ketemu disini." Sapa sesosok laki-laki bersetelan jas maroon yang melekati tubuh tegapnya. Dengan wajah sumringah ia menepuk dua kali bahu Gama, membuat Gama menoleh dan cukup terkejut mengetahui siapa yang menyapa dirinya kali ini.

"Halo, Om, saya Adam, temennya Gama di sekolah. Salam kenal, Om Rahadian."

Adam membungkukan badannya sejenak, memberi hormat kepada Ayah Gama yang sejak tadi mengulas sebuah senyuman yang cukup aneh bagi Gama.

"Panggil Om Rahadi aja ya," Rahadian kembali tersenyum. "Oh, iya, om tau kamu. Ayah kamu sering cerita tentang kamu ke Om."

Adam yang mendengarnya terkekeh pelan, melirik Gama dengan tatapan sinis yang semakin membuat Gama yakin jika ada something wrong diantara Ayah dan juga Adam.

"Gama," Lagi-lagi Rahadian memanggil Gama.

Gama tak menyahut, juga tak menoleh. Ia hanya diam membisu sembari menatap tajam Adam, sampai pada akhirnya Rahadian mendekat dan membisikan sesuatu yang berhasil membuat Gama menolehkan kepalanya tepat ke arah Ayahnya dengan tatapan menuntut meminta penjelasan lebih lanjut.

"Tolong Ayah, kali ini saja, tolong bantu Ayah sebagai anak yang berbakti."

Dan setelahnya Rahadian pamit pergi begitu saja, meninggalkan tempat tersebut usai menepuk bahu Gama beberapa kali. Seperti sebuah isyarat. Gama tahu akan ada sesuatu yang terjadi setelah ini nantinya.

Adam berdeham, cukup kencang untuk menarik perhatian Gama agar kembali tertuju kepadanya.

"Sepertinya lo butuh penjelasan sesuatu dari gue, Gamaliel Rahadi." Ucap Adam, tenang, namun memyiratkan sebuah makna.

***

"Bokap gue mau nikah, sama nyokapnya Sara."

Itu adalah kalimat paling awal yang diucapkan oleh Adam dan menjadi berita yang sangat penting bagi Gama saat ini juga. Dimana Gama cukup terkejut mendengarnya, dan sebisa mungkin mengatur ekspresi wajahnya agar tidak terlalu kentara dihadapan Adam.

"Yaudah, bukan urusan gue juga." Ucap Gama, setelah sekian lama terdiam. Ia menghela napas pendek seakan berita tersebut tidak akan membebaninya.

"Bukan urusan lo?" Kekeh Adam, melemparkan pandangannya ke atas langit yang tampak gelap jika dilihat dari teras balkon hotel. "Are you sure? Yakin lo nggak ada urusannya berita ini sama gue?"

Round and Round [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang