#####
"Jadi intinya adalah, gue berantem sama Lavanya gara-gara kutu kupret Rehan."Sara yang tadinya sedang sibuk memilah pakaian didalam lemari kaca langsung berbalik menghadap Egar dibelakangnya. Kakak lelakinya itu tengah berbaring santai diatas kasurnya sejak kepulangan Sara. Melakukan sesi curahan hati seperti yang dikatakannya siang tadi, dan sejujurnya Sara sudah menebak siapa saja yang terlibat didalam masalah kakaknya itu.
"Lo udah coba jelasin ke Lavanya belum?"
"Udah, bahkan Rehan juga ada disana buat jadi saksinya."
Tapi, Sara langsung tau apa yang sedang mengganjal didalam permasalahan Egar saat ini. "Udah minta maaf sama Lavanya?"
Dan terbukti, Egar hanya bergeming dengan kepala tertunduk. Setelahnya kepala laki-laki itu bergerak, menggeleng secara ragu kekanan dan kekiri. Hah, ini membuat Sara mendengus gusar.
"Minta maaf sama Lavanya, sekarang." Titah Sara pada Egar yang justru bergaya layaknya seorang Kakak yang sedang menggurui adiknya. "Lakuin itu sekarang, abis itu laporin hasilnya sama gue."
"Kok lo malah nyuruh gue?" Egar bingung sekaligus keheranan.
Sara mencebikan bibirnya kesal, "Lo mau baikan sama Lavanya nggak? Cuma itu satu-satunya cara bikin cewe luluh,"
"Gimana caranya?"
Sara yang awalnya sudah membuka mulut untuk menjawab, mendadak kembali terbungkam dengan ekspresi datarnya. "Searching di google, soalnya gue belum pernah ngalamin cowo minta maaf sama gue."
Egar mengangguk-anggukan kepalanya patuh, lalu tangannya langsung beralih meraih ponsel Sara yang bergetar di atas meja nakas. "Ada yang telepon, Hani kayaknya. Emang lo mau kemana?"
Sara langsung kembali sibuk dengan kegiatan sebelumnya, "Angkat terus loudspeaker. You know me so well, dan perasaan gue udah bilang ke lo kalo Hani mau traktir gue malem ini."
"Lo nggak ngajak gue? Disana sama siapa aja?" Dan mulailah sikap overprotective Egar muncul. Membuat Sara yang mendengarnya langsung berdecak setelah mengambil sebuah kaos model terbaru warna hitam dan hotpants yang ia beli sewaktu liburan kemarin.
"Gue nggak tau siapa aja yang diundang Hani, kalo lo khawatir telpon aja Hani, gue selalu sama dia disana."
Sara mengambil tempat kosong disisi Egar, lalu menyandarkan punggungnya tepat dikaki kiri Egar yang tertekuk keatas diatas kasur. Egar menyerahkan ponsel itu pada Sara, namun gadis itu terlalu malas untuk hanya sekedar menerima panggilan telepon. "Gue mau siap-siap, kayaknya telatan, ntar kalo udah sampe gue kabarin, bye."
"Set dah, itu Hani belum ngomong samsek lo main nyerocos kayak kereta api." Desis Egar menatap tak percaya sosok Sara yang mulai melepas kaos longgar yang kenakannya didepan Egar secara langsung. Sudah biasa, bahkan liburan kemarin Egar sudah sangat puas memandang tubuh gitar Spanyol Sara yang hanya terbalut bikini saat dipantai. "Gue ikut lo, ya?"
Sara menanggalkan kaos longgar itu dan menyisakan tanktop putih dan celana gemez yang membalut tubuhnya. "No! Gue nggak mau lo ngerusuh disana, apalagi sampe mabok, ogah gue nyetirin lo balik ntar. Lagian, lo kapan minta maaf ke Lavanya? Sekarang aja napa sih, biar besok kalian bertiga akur lagi."
Egar menghembuskan nafas panjangnya, "Gue nggak berani, lo tau sendiri Lavanya gimana."
"Makanya pake cara lain minta maafnya. Gue kan udah nyuruh lo searching di Google,"
Egar mengendikan kedua bahunya acuh, bangkit dari tempat tidur Sara dan langsung berdiri persis disamping adiknya itu. "Jangan pulang malem, kalo kepaksa sekalian pagi aja. Kalo ada apa-apa cepetan hubungin gue ntar," Pesan Egar seraya menatap Sara yang sedang bercermin sembari merias diri di depan meja rias.

KAMU SEDANG MEMBACA
Round and Round [COMPLETED]
Ficção AdolescenteJUST REMIND YOU! Beberapa chapter atau part diprivate, jadi untuk melengkapi harus follow terlebih dahulu setelah itu baru tambahkan ke perpustakaan kamu. And last, please refresh your wattpad. "Hujan gini, apartemen lo juga sepi. Mendukung bange...