20. Dia datang

2.3K 120 0
                                    


Sara mengintip kepergian mobil Gama dari celah pagar rumahnya. Gadis itu tampak mengerut resah. Ada sesuatu yang dipikirkannya sejak turun dari mobil Gama. Yaitu pernyataan laki-laki itu. Yang mana mengatakan jika kebaikannya pada Sara hanyalah amanat dari Egar.

Jika boleh jujur, Sara sepenuhnya tak mempercayai itu. Seolah kalimat yang diucapkan Gama Cuma kebohongan saja. Sara tahu itu. Tapi, ekspresi Gama saat mengatakan tadi cukup meyakinkan. Membuat Sara bingung harus memilih logika atau perasaannya.

Sara menggeleng samar. Tak perlu membahas lebih jauh jika benar begitu niat Gama. Buat apa? Toh, Sara tidak mengharapkan lainnya. Karena Sara tahu, harapannya pada Gama hanya angan belaka.

Sara membalikan tubuhnya, dan saat itu juga ia melihat sebuah sedan hitam terpakir didepan rumahnya. Sedan hitam yang sebenarnya cukup familiar bagi gadis itu. Namun karena lupa Sara terus menerka pemilik mobil sedan itu, sampai ketika Sara membuka pintu rumah dan masuk ke dalamnya. Sara harus dibuat mematung atas apa yang tengah dilihatnya saat ini.

“Sara...”

Wanita cantik dengan dress panjang selutut. Riasannya cukup tebal namun sangat pas diwajah cantiknya. Sepatu heels yang haknya berhasil membuat tinggi wanita itu terlihat semampai. Serta rambut panjang yang sedikit bergelombang diujungnya.

Sara mengenal baik wanita itu. Sangat mengenalnya sampai ia sendiri sangat muak untuk bertemu kembalo dengannya.

“Kamu udah pulang?”

Wanita itu tampak memamerkan senyum bahagianya. Maju melangkah mendekati Sara untuk meraih tubuh Sara dalam dekapan hangat. Dekapan yang jujur Sara rindukan. Namun relung hatinya terus memberontak atas apa yang sedang dilakukan wanita ini padanya.

“Mamah kangen sama kamu, Sara.”

Oh, God. Sara benci akan situasi seperti ini.

***

Alunan suara musik barat mengisi setiap sudut ruang kamar Sara yang bernuansa biru pastel. Ruangan yang cukup pas untuk ukuran remaja seperti Sara ini memang sudah didesain sedemikian rupa agar Sara betah menempatinya. Bagi gadis itu, kamarnya adalah tempat rahasianya. Hanya dikamar ini, semua hal pernah Sara lakukan dari bangun tidur sampai tidur kembali.

Disudut ruangan, Sara tengah bergulat dengan buku dan pulpennya. Gadis yang mengenakan kaos longgar putih dan celana gemez itu tampak duduk dikursi meja belajar dengan kaki dilipat bersila.

Sara terus menulis sesuatu dibuku itu. Beberapa rangkain kalimat yang tiba-tiba saja tertuang dari otak melalui tulisan tangannya. Entah apa yang sedang dikerjakannya. Tapi kegiatan ini jauh lebih baik dibandingkan makan malam bersama diruang makan saat ini.

Mood Sara memang sedang dalam keadaan buruk. Kehadiran Mamahnya dirumah membuat Sara tak bisa berkutik walau Cuma secuil saja. Misalkan tertawa. Bahkan untuk tersenyum saja Sara tak akan mau selagi masih ada Mamahnya dirumah.

“Ra...”

Sara mendengus pelan. Jika Egar sudah datang ke kamarnya sambil memanggil namanya dengan lembut. Pertanda, jika itu pasti suruhan Mamah.

“Apaan?”

“Ayo, makan. Mau sampe kapan lo ngurung kayak Ayam di kamar.”

Sara menghentikan kegiatan menulisnya. Meletakan secara asal pulpennya lalu kedua tangannya mulai bergerak menyatukan rambutnya yang terurai untuk dikuncir. Gerah rasanya malam ini. Ditambah emosi Sara yang lagi labil, lengkaplah sudah.

“Ra, bukain pintu napa. Masa gue berdiri alone didepan kamar lo.”

“Nggak dikunci,” Sahut Sara yang berselang sedetik Egar sudah masuk ke kamarnya usai membuka pintu kamar.

“Makan, ntar lo sakit gue yang repot ngurusin.” Ucap Egar melangkah mendekati Sara dan duduk diatas kasur gadis itu.

Sara bergerak membalikan kursi yang didudukinya. Menghadap Egar sepenuhnya walau pandangannya terlihat datar sekalipun. “Nggak minat makan.”

“Demi apapun ya, Ra, mau makan itu nggak perlu pake minat atau enggaknya. Cuma makan, isi perut kosong, udah selesai. Beres, kan?”

“Itu buat lo, buat gue beda.”

“Which is, karena Mamah?”

Sara diam membisu, tatapannya pada Egar perlahan berubah menjadi sayu. “Gue benci,”

Egar balas menatap Sara lebih dalam. “Gue tau, pasti rasanya sakit. Benci dalam sayang, gue sangat tau apa yang lagi lo rasain, Ra.”

“Jadi, urusan mendadak lo tadi sampe nggak bisa jemput gue itu jemput nyokap dari bandara?” Tanya Sara to the point.

Egar mengangguk, “Kalo gue kasih tau lo dari awal, mungkin sampe sekarang lo nggak akan pulang ke rumah.”

“Dan harusnya gitu biar gue bisa tidur dirumah Hani sekarang daripada kekurung dirumah sendiri.” Sara menyela cepat. Gadis itu terdiam sejenak sambil menarik nafas dalam-dalam. “Ngapain dia balik kesini lagi?”

“Ada bisnisnya yang lagi kendala disini, makanya Mamah kesini sekalian jengukin kita berdua.”

“Apa? Jengukin?” Sinis Sara menyindir. “Sebenernya kita itu anaknya apa anak orang lain.”

“Ra,”

Sara mendengus gusar, “Kalo soal Gama? Apa yang bisa lo jelasin sama gue sekarang?”

“Gue Cuma minta tolong dia aja, udah Cuma itu.”

“Apa harus dia? Apa lo nggak tau masalah antara gue sama Gama? Please, Gar, lo juga bisa minta tolong sama Hani kalo lo perlu tau.”

“Hani pasti nggak bawa mobil karena lo yang bilang sendiri kalo dia sekarang anter jemput pacarnya. Jadi, gue harus kasih kepercayaan ke siapa buat jemput lo selain Gama?” Jelas Egar yang cukup membuat Sara kesulitan untuk balas mendebat.

“Ojek juga bisa,”

“Dan yang gue tau lo trauma naik ojek karena hampir kena kasus pencabulan setahun yang lalu.”

Sara berdecak pelan, menundukan kepalanya tanpa ingin mendebat Egar lagi. Semua yang dikatakan Egar memang benar apa adanya. Jadi mau tak mau Sara harus menurut kepada Abangnya untuk kali ini.

“Jangan lihat satu kesalahan orang yang selalu baik sama lo, Ra. Karena itu nggak sebanding menurut gue, nggak adil namanya.”

Dan setelah itu Egar beranjak dan meninggalkan Sara dalam keheningan kamarnya. Gadis itu terdiam mencerna perkataan Egar yang mengandung makna tersirat. Sampai pada akhirnya, Sara sudah tidak sanggup untuk menahan kesedihannya hari ini.

Malam ini, dalam dinginnya angin malam, air mata Sara kembali keluar untuk kesekian kalinya pada masalah yang sama. Mamahnya, dan juga Gama.

#####

TBC.

Dan tak beberapa lama lagi, masalah yang jauh lebih besar akan datang menghampiri Sara. Sekian.

Salam dari aku yang masih mencintaimu,

@deaajengss (on IG)

Round and Round [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang