Honestly, aku terharu baca kalimat motivasi kalian:"))
Makasih semuanya, makasih do'anya,
Makasihhh banyak,
Aku sayang kaliaannnn...!!!#####
"Gue mau apel,"
Deka yang hampir saja menjatuhkan bokongnya di sofa empuk mendadak berhenti bergerak sembari menatap horor Sara yang juga sedang menatapnya saat ini.
"Ra, makan apelnya bisa ditunda lima menit lagi nggak? Gue bener-bener capek sumpah, badan gue pegel banget abis lo suruh keliling cari bubur ayam cirebon jam 12 malem gini." Sejenak Deka melirik jam tangan yang dipakainya, "Sekarang aja hampir jam 3 pagi. Coba lo bayangin berapa lama gue jalan sekitaran rumah sakit nyari tuh bubur."
Sara menggeleng pelan, demi mewujudkan keinginannya ia bersiap memasang wajah muka memelas agar Deka luluh padanya. "Mau makan apel..."
"Astaghfirullah, cobaan macam apa lagi ini," Deka mendesah panjang sebelum akhirnya berjalan mendekati Sara yang mulai tersenyum gembira.
Sara tertawa, pelan namun cukup mencuri perhatian Deka sejenak. Pasalnya ia jarang sekali melihat gadis itu tertawa, bawaannya wajah judes mulu, kan Deka jadi agak serem gitu.
"Bahagia banget lo nyiksa gue semingguan ini." Dengus Deka seraya mengambil beberapa buah apel dari dalam kulkas yang letaknya diujung ruangan.
Iya, seminggu. Itu artinya sudah 7 hari Sara dirawat di rumah sakit. Sebenarnya gadis itu bisa langsung pulang beberapa hari sebelumnya, tapi Dokter justru menawarkan pilihan untuk sedikit berobat psikologis bagi Sara usai mengalami kejadiaan naas itu. Maka dengan rasa senang karena bisa membolos sekolah sesukanya, Sara pun mengiyakan apa kata dokter yang merawatnya.
"Jarang gue punya temen cowok, sekalinya punya harus dimanfaatin betul-betul lah," Jawab Sara sekenanya.
"Sialan lo," Deka mengedarkan pandangannya di sekitar permukaan meja samping tempat tidur Sara. "Pisaunya diambil sama susternya?"
Sara menganggukan kepalanya, "Kayaknya, tadi sih cuma beresin tuh meja karena banyak sampah. Mungkin sekalian dibawa pisaunya sama Suster tadi."
"Yaudah, tunggu bentar, gue kupas apelnya di luar sekalian. Biar susternya nggak bolak-balik beresin kandang ayam ini. Kasihan. Yang nempatin jorok minta ampun soalnya." Deka langsung saja melejt keluar dari dalam ruang rawat Sara sebelum gadis itu bersuara membalas perkataannya.
"Dasar, nyebelin," Sara merengut di tempatnya. "Emang gue sejorok itu apa? Orang dia sendiri yang makan terus buang sembarangan, malah nyalahin gue."
Sara bosan sebenarnya, sungguh. Terkurung di kamar yang luasnya hanya setengah dari kamar tidurnya di rumah ini sudah berhasil membuat Sara gerah setengah mati.
Bisa saja ia jalan-jalan keluar berkeliling rumah sakit, mengunjungi taman di samping kamarnya, atau mencoba wisata kuliner yang tersebar di pinggiran sekitar rumah sakit. Dan semua keinginan itu harus terhalang oleh satu orang yang melarang Sara keluar dari dalam kamar jika tidak ada kepentingan apapun. Seseorang yang sudah menjaga dan menemaninya di rumah sakit hampir satu minggu penuh.
Dan dia adalah Egar. Kakaknya sendiri.
Sara menghela napas panjang. Semenjak mengetahui apa yang terjadi pada Sara, Egar mendadak menjadi sangat over protective terhadap dirinya. Laki-laki bertubuh tinggi itu hampir setiap hari menginap disini untuk menjaganya.
Dan baru malam ini saja, laki-laki itu tidak bisa menemani Sara karena sang Kakak akan menghadapi Ujian Sekolah. Itupun Sara yang memaksa setengah mati Egar agar mau beristirahat dan belajar di rumah saja. Tidak perlu ke rumah sakit selama masih menghadapi ujian, ucap Sara pada Kakaknya kemarin malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Round and Round [COMPLETED]
Teen FictionJUST REMIND YOU! Beberapa chapter atau part diprivate, jadi untuk melengkapi harus follow terlebih dahulu setelah itu baru tambahkan ke perpustakaan kamu. And last, please refresh your wattpad. "Hujan gini, apartemen lo juga sepi. Mendukung bange...