15. Tawuran like a hell

2.8K 155 2
                                    


####

Mobil sedan milik Gama berhenti disebuah jalanan sepi pinggiran ibukota. Hanya ada sebuah warung kecil disana dengan lahan parkir yang cukup luas. Memuat beberapa mobil sport bermerek terpakir disana sembari sang pemiliknya berkunjung diwarung itu. Tak terkecuali Gama sendiri yang sudah datang sembari ditemani oleh Sara saat ini.

Sebenarnya begitu mereka jalan dari Apartemen tadi mulut Sara sudah sangat gatal ingin bertanya kemana Gama akan membawanya pergi. Tapi mengingat ancaman Gama tadi pagi, membuat Sara menelan seluruh pertanyaan itu dalam benaknya sendiri selama perjalanan berlangsung.

“Kita dimana?” Tanya Sara kelepasan karena sangat bingung dengan keadaan disekitarnya saat keluar dari dalam mobil. Ini benar-benar tempat tersepi yang pernah Sara kunjungi seumur hidupnya. Dan, itu cukup membuat Sara bergidik ngeri sebenarnya.

Gama berdiri disamping Sara, membenarkan letak rambutnya yang berantakan sebelum menjawab pertanyaan gadis itu. “Basecamp gue.”

Sara melirik cengo, “Lo seriusan? Tempat sepi kayak kuburan gini lo anggap basecamp lo?”

“Kenapa? Takut lo?” Gama mendecih pelan sebelum mengambil langkah lebar meninggalkan Sara yang masih memerhatikan keadaan sekitarnya.

“Woi, paketu akhirnya datang juga kawan!” Sapa Iyan begitu melihat Gama masuk ke dalam warung kecil itu.

Ada banyak gerombolam anak muda disana. Jumlahnya mungkin hampir 50 orang lebih. Dan percaya atau tidak mereka semua adalah anak buah Gama. Entah itu dari kelas sepuluh, kelas sebelas, maupun seniornya sendiri. Karena mereka hadir dan langsung membentuk Avenger geng, dan menunjuk Gama sebagai ketuanya.

“Tumben telat, biasanya paling awal dateng?” Ucap Rangga yang duduk paling pojok warung dengan kedua tangan memegang ponsel. “Mak, bikinin mie kuah telor pedes ya. Buat Rangga nih, laper.” Teriak Rangga pada sosok wanita yang tak lain pemilik warung tersebut.

“Iya, Mas Rangga. Lah itu, si Mas Gama nggak mesen juga toh?” Ujar Wanita itu kala mendapati Gama berada didekat pintu warung.

“Gama pesen—”

“Gama! Lo kok tega ninggalin gue sih?!” Dan Sara tiba-tiba masuk kedalam warung dengan suara lantangnya.

Semua orang yang kebanyakan laki-laki didalam warung pun langsung memusatkan mata mereka pada Sara. Sedikit tercengang karena Gama tak pernah sekalipun membawa seorang gadis ke tempat basecamp. Apalagi gadis ini Sara. Sara yang terkenal player dan segala kelakuan buruknya disekolah.

Sara sendiri kebingungan. Perasaan mobil didepan tidak begitu banyak, tapi kenapa jumlah orang yang ada diwarung ini begitu banyak dari perkiraannya? Tak mau berlarut berpikir, lantas Sara reflek menggerakan tangan kanannya untuk memukul lengan Gama disampingnya.

Gama langsung saja memelototi Sara. Keras sih tidak, hanya saja ada rasa malu yang harus ditanggung Gama sekarang didepan teman-temannya, itu masalahnya.

“Jahat lo ya, ninggalin gue didepan? Lo sendiri yang ngajak gue kesini, malah main tinggal. Kalo gue diculik gimana? Gue disekap, dimutilasi, diperkosa, terus dibunuh. Lo mau tanggung jawab?! Gue nggak mau ya, kalo ada berita kematian gue dikoran gara-gara ditinggal temennya pergi—”

“Bawel lo,” Sela Gama sambil menjejalkan sepotong roti yang sudah Gama buka bungkusnya untuk menutup penuh mulut Sara. “Diem dan duduk sini.” Lanjutnya menekan kedua pundak Sara untuk duduk disalah satu kursi dengan mulut tersumpal roti.

“Gila, Gama berani bawa macan betina kesini.” Desis Farel berdecak kagum atas kejadian yang disaksikannya tadi.

Mendengarnya pun membuat Sara melotot tajam. Ia segera melepas roti dimulutnya, “Apa lo bilang?! Macan betina?! Oh my god, gue dikata macan betina?!”

Round and Round [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang