29. Hurt

2.1K 104 14
                                    

###

Hari minggu.

Sebenarnya dulu sangat membenci hari minggu. Gadis yang kini berambut coklat gelap itu sangat tidak menyukai jika dirinya hanya bermalas-malasan di rumah seharian penuh. Ia sangat benci hari minggu dimana Egar akan asyik bermain dengan Lavanya, Hani pergi ke Bogor untuk mengunjungi rumah Orang tuanya, sementara dirinya? Hanya berdiam diri di atas kasur seperti orang pesakitan.

Miris,

Menyedihkan,

Namun terkesan lucu.

Dimana semua orang sangat mencintai hari minggu, justru Sara sangat membenci hari minggu.

Intinya, Sara membenci hari minggu hanya karena sebuah alasan sepele. Yaitu sebuah perhatian. Perhatian dari orang-orang terdekatnya. Dan biasanya setiap hari minggu, Sara tak pernah mendapatkan perhatian itu.

Tapi untuk kali ini saja, setelah bertahun-tahun hidup dengan hati yang kosong, Sara mulai mengerti kenapa hari minggu sangat disukai banyak orang.

Sunday its special day.

A day to meet someone spesial.

And Sara feel it now.

Halah, najis. Pasti ini ketularan Hani. Makanya sekarang Sara jadi terkena virus bucinnya sepasang kekasih Serangga dan Madu itu. Batin Sara merutuk dalam hati.

"Ra, ada temen lo cowok tuh dibawah nungguin lo." Beritahu Egar selepas Sara merapihkan tatanan rambutnya yang baru sajat dicat kembali.

Egar sebenarnya sudah berdiri di depan kamar Sara sejak 15 menit yang lalu. Niat awal ingin memberitahu Sara jika teman Gama datang ke rumahnya. Tapi ketika melihat bagaimana Sara sedang merias diri agar tampil secantik mungkin hari ini, hatinya tiba-tiba saja mencelos tanpa sebab untuk beberapa saat.

"Mau ketemuan sama Gama?"

Sara mengangguk sambil meraih tas selempang di atas kasurnya. Kemudian berjalan menuju meja nakas untuk mengambil ponselnya yang tergeletak disana karena sedang di charger.

"Kok bukan dia sendiri yang jemput? Malah temennya yang jemput lo?"

Sara mengendikan bahunya acuh, "Mungkin mau ngasih gue surprise kali. Emangnya elo, Lavanya minta di surprise-in aja lo nggak pernah peka. Dasar boyfriend abal-abal."

"Yeu, si kutu kudanil ujung-ujungnya ngehina gue mulu." Kesal Egar dengan bibir manyun. "Ketemuan dimana emangnya sih, lo?"

"Di gedung tua."

"Gue serius nanya, anjir."

"Ya, gue juga serius jawab, bego."

Egar langsung mendadak mendelik, "Mau ngapain lo? Mau naena? Wagelaseh, tempatnya enggak banget."

"Heh, kampret! Otak lo perlu dicuci kayaknya, ya? Yakali, Gama ngajak gue begituan." Sentak Sara tak terima, "Kalo elo yang ngajak Lavanya begitu, gue baru deh, percaya."

"Gue mah, mau-mau aja kalo Lavanya mau. Kan sama-sama menikmati,"

Plak!

"Anjir! Bego! Tai! Sakit, Ra!"

Sara memutar bola matanya malas, merutuki dalam diam kenapa dia harus punya saudara kandung yang otaknya sangat kotor ini.

"Gue ngegeplak sebagai gantinya Lavanya. Gue yakin 100% kalo dia denger lo ngomong begitu, dia bakal nampar mulut lo."

"Tapi geplakan lo lebih sadis ketimbang Lavanya tau," Egar bersungut-sungut sembari mengusap bagian belakang kepalanya yang tadi dipukul tangan Sara.

Round and Round [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang