Part 3

6.1K 308 4
                                    

Aisyah Pov
Hari ini aku berlatih taekwondo . Seperti biasa aku berlatih setelah pulang sekolah. Ini juga bisa jadi alasan aku tidak pulang menghindari om om yang ada dirumah.

"Muka loe jelek banget syah"
Steffi datang dengan baju taekwondo yang sudah lengkap.

"Loe kenapa?" tanya nya aku masih sibuk dengan bajuku. Sampai akhirnya ia meninju bagian wajahku namun aku tepis dengan sigap.

"Apaan sih lo" Kataku dengan posisi masih menepis tangan Steffi

"Lo tau kan. Gue paling nggak suka nunggu. Dan tak terkecuali Lo! Kalo Lo bikin gue nunggu gue akan habisi Lo" Ucap nya galak membuat aku memasang wajah penuh kemenangan.

"Kalau gitu lawan gue dong"
Aku menarik turunkan alisku membuat ia makin geram dan terus menghujani aku dengan pukulan namun dengan tepat dan cepat langsung kutepis.

"Heh kalian!" Teriak pelatih kami saat melihat aku dan Steffi menjadi tontonan anak latihan taekwondo.

"Mau jadi jagoan?" Teriaknya lagi tegas. Aku dan Steffi hanya menunduk malu dan takut.

"Maaf saboemnim" ucap kami bersamaan.

"Kemari, Lain kali jangan berkelahi karena kesombongan ini bukan untuk kesombongan. Paham?"

"Paham saboemnim"

Kami pun berlatih dengan penuh tenaga. Aku suka dunia ini. Dunia penuh kekerasan tapi juga kelembutan. Mereka mendidik ku menjadi kuat , menjadi tangguh agar tidak di jatuhkan harga diri oleh seseorang. Dan satu hal, Aku membutuhkan ini. Pedoman saat mama susah memberiku pedoman.

"Lo belom cerita kenapa kan sama gue ai"
Steffi menikmati lemon juice setelah kami selesai latihan di kedai tempat kami latihan.

"Gue nggak papa stef" Jawabku seadaanya sambil memainkan hape. Aku suka memainkan games baru baru ini. Jelas tak jauh dari taekwondo.

"Boong ah Lo" Katanya lagi.

"Dikelas gue ada anak baru stef" Jawabku masih fokus dengan hape. Kulirik dia sedikit bingung.

"Terus? Hubungan sama loe kesel?" kenapa dia bodoh sekali. Apakah harus kujelaskan?

"Loe malesin banget , masa gak ngerti" Aku masih tetap fokus pada hpku.

"Gue gak paham. Ahh.. apa loe suka sama dia?"

Apa?
Tak. Langsung kujitak kepalanya spontan dia tampak mengeluh kesakitan.

"Ngomong nggak pernah dipikir dulu . Kesel gue sama Lo"
Dia hanya nyengir kuda merasa tak bersalah.
Kini aku malas bercerita

"Kapan kapan deh gue cerita. Tukang ojek gue dateng . Bye!!!"

Dia nampak menahanku karna menggantung kan cerita. Itu salah dia sendiri dia yang membuatku malas.

"Stop disini pak"
Aku turun didepan pagar rumah yang terletak di pertigaan gang nampak sepi dan mengerikan. Terlalu sering tidak berpenghuni.

"Ini uang nya makasih pak"

Aku memasuki tanpa mendengar satpam yang banyak bicara katanya sih mama mencari ku. Aku hanya mengangguk.

"Aisyah.."
Mama memanggilku saat aku sudah hampir menaiki tangga untuk ke kamar. Dengan berat aku mengarah kan tubuhku ke arah mama.

"Sini sayang , mama mau kenalin seseorang"
Aku berdiri walaupun mama menyuruh ku duduk. Mama menatapku sedikit kecewa. Aku tak peduli aku sudah benci.

"Sini cantik" terlihat mamaku memanggil seorang anak kecil sekitar umur 7 tahun mungkin dan dia masih membawa boneka.

"Kenalkan ini namanya Aisyah kamu panggil kakak ya"
Ucap mama sambil menggiring anak itu kearahku. Apalagi ini?

"Hallo kak aku Tania"
Aku melihat mama tanpa membalas perkataan anak kecil itu.
Terlihat mama menarik nafas panjang.

"Dia saudara tiri kamu Aisyah , bakal tinggal disini sama kita"
Mama mengelus rambut anak bernama Tania ini membuat aku makin mendidih.
Apa?
Saudara tiri?
Anak om itu.
Apa tidak cukup om itu yang kesini? Kenapa tidak sekalian ibu nya kesini?

"Kak main yuk"
Anak itu menarik seragamku , mataku mulai buram. Aku tidak akan menangis. Aku kuat!

"Gue capek"
Meninggalkan mereka yang ada diruang tamu aku langsung lari ke kamar menahan air mata yang tanpa ijin sudah mengalir di pipiku.
Aku menutup pintu dengan keras.

Kulemparkan tubuhku diatas ranjang dan menangis.
Kenapa? Kenapa ini bisa terjadi?
Bagaimana jika mama lebih menyayangi anak itu daripada aku? Aku sudah kehilangan papa kini harus mama juga?

Terdengar suara dari luar kamar mama berusaha masuk kamarku.
"Sayang , mama mau ngomong"

"Aku capek ma! Aku istirahat mama jangan ganggu!" Kataku keras dengan terisak khas menangis. Aku rasa mama tau. Aku sungguh lelah dengan semua .
Lelah.
Hampir Berjam jam aku menangis sampai air mataku terasa kering dan aku tertidur dengan masih memakai seragam lengkap beserta sepatu nya.

Ari pov
Sudah berapa jam aku akan tidur namun gagal. Dari siang aku berusaha tidur namun nihil aku malah main PS sampai sore.

Kenapa aku ini?
Sedang asik melamun tiba tiba terlintas di pikiran ku aisyah yang sedang marah kepadaku dengan ekspresi yang sangat menggemaskan.
Ahh aku jadi rindu.
Ehh?
Tidak mungkin.
Apa aku jatuh cinta?
Ahh tidak tidak.
Aku hanya suka. Bukan jatuh cinta ingat itu!

Melamun sampai aku tertidur itu memang jurus yang manjur

Pagi hari aku sudah disekolah. Aku menunggu Aisyah di pagar namun belum terlihat. Padahal ini sudah mendekati jam bel masuk. Kemana dia?
Panjang umur.

Terlihat dia dibonceng tukang ojek online yang lagi musim. Aku iri pada tukang ojek itu dia bisa dapat senyum Aisyah walau tipis dengan hanya mengantar. Aku juga ingin.

"Hai Aisyah"
Aku menyambut nya dengan penuh semangat namun ia hanya menatapku sekilas lalu berjalan meninggalkan ku.
Kenapa dia kejam sekali?

Aku berusaha mengimbangi jalannya namun ia seperti tak menganggap ku ada.
Kesal.
Langsung ku berhentikan tubuhku didepan nya menghalangi jalannya. Dia yang sedang menunduk tentu menabrak tubuh ku.

Dia mendongak dan menatapku dengan pandangan seperti biasa , dingin namun, ini beda. Kenapa dia terlihat sangat sedih?

"Loe!!!" Dia menunjuk wajahku dengan jari telunjuk nya.

"Kamu abis nangis?" Aku menatap matanya terlihat dia habis menangis. Dia langsung menunduk.

"Apasih. Bukan urusan Lo" dia langsung pergi meninggalkan aku yang masih menatap nya sedih.

Dia!
Bisa sedih.
Sungguh lebih cantik ketika dia marah.

I Love You. Friends!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang