Sudah hampir 20 menit Ari berlari sana sini untuk menggiring bola ke dalam gawang lawan. Terlihat sekali wajahnya yang dipenuhi oleh keringat dan wajahnya juga mulai pucat. Team Ari memang belum sama sekali memasukka bola ke dalam gawang lawan.
Score saat ini masih bertahan 0-0 alias seri. Pertandingan nampak makin membosankan saja.
Sesekali aku menyergit menatap Ari kenapa dia jadi berbeda nampak lemas dan pucat. Aku pun mulai khawatir dan was was.*Priiiiiittttt*
Suara peluit berbunyi tanda habis untuk babak pertama. Ari berjalan pelan sambil membersihkan keringat yang berada di setiap wajahnya, bahkan keringat itu sudah membasahi tubuhnya.
Ia berjalan kearahku dan aku buru buru menyiapkan minum dan handuk untuknya.Kini Ari sudah duduk disebelah ku. Aku memberikan handuk dan air mineral untuknya dibalas senyum dengan nya.
Ia meminum air mineral itu hingga setengah habis lalu beralih membersihkan tubuhnya dari keringat aku yang disebelahnya hanya menatapnya diam."Kalau kayak gini kayaknya aku nggak perlu pacar deh"
Aku pun mendelik sadar akan pandangan ku aku langsung mengubah posisi melihat kearah lapangan."Makasih ya" Tambahnya membuat aku melirik sekilas.
"Aneh nggak sih syah, masak kamu udah nemenin aku tapi aku nggak masuk masukin bola"
"Belom rejeki kali" aku masih belum mau melihat kearahnya hanya fokus ke lapangan futsal yang panas sekali karena sinar matahari siang ini.
"Iya kali"
Ada nada sedih saat ia melanjutkan perkataannya membuat aku menoleh kearah Ari dia terlihat memainkan handuk yang tadi kuberi.
Sahabat macam apa aku? Bukan malah menyemangati tapi malah membuat dia sedih."Abis ini pasti masuk gawang" kataku sambil melihat kearahnya dan dia tetap memainkan handuk tadi.
"Elo baik baik aja kan?"
"Iya baik" Dia melihat kearahku juga alangkah kagetnya aku melihat wajah Ari yang pucat pasi.
"Ari elo lagi nggak baik baik aja"
Kataku sambil memegang wajah nya, tapi suhunya normal tidak panas dia kenapa?"Ari kalo loe nggak kuat mending nggak usah main, kan masih ada yang lain"
Kataku mulai panik karena dia terlihat sedikit lemas."Ya nggak bisa gitu dong kan aku belom masukin bola ke gawang buat kamu"
"Ari tapi elo pucet gini. Elo kenapa?"
"Aku nggak papa tuh sehat kan. Sekali deh nanti kalau udah ngegolin aku nggak main lagi. Oke?"
Aku hanya mengangguk dan menatapnya khawatir, dia yang melihat ku juga lalu mengelus pucuk kepalaku"Udahlah aku baik baik aja kalau kamu disini nemenin aku. Tapi aku suka. Kamu khawatir sama akuuuu... Ciyeee"
Setelah wajahnya yang lemas kini dia kembali menggodaku. Selalu begini dia memang susah serius.Kuraup muka Ari dengan tangan ku membuat dia tertawa puas.
Ari melihat kearah lain ternyata team nya sudah berkumpul untuk briefing lagi."Aku kesana ya"
Aku mengangguk. Saat dia akan meninggalkan aku. Aku menahan tangannya membuat dia menoleh kearahku."Kenapa?"
"Semangat ya"
"Apasih yang nggak buat kamu"
Dia terlihat senyum gaje, aku langsung melepas tangan nya kasar sambil tersenyum malu."Rese"
Ari pun berlari kearah team nya untuk bermain. Dan permainan dimulai.
Nampak semua team kembali ke posisi semula. Terlihat Ari yang menendang bola pertama untuk digiring. Samar aku melihat Ari menyergit menahan sinar matahari yang menusuk pandangan nya.Aku yakin dia tidak lagi baik baik saja terlihat wajahnya yang lesu. Terlalu fokus melihat wajah Ari yang lelah aku tersentak kaget saat semua orang berteriak
"Goooaaaaalllll"
Aku yang kaget hanya melihat sekitar lalu melihat kearah Ari yang tertawa dan memeluk teman satu team nya gembira.
Dia ternyata berhasil memasukkan bola kedalam gawang lawan. Ari yang melihat kearah ku langsung kubalas senyum manis.
Aku bangga menjadi teman nya.Namun selang beberapa menit mereka berpelukan bahagia terlihat Ari memegangi kepalanya. Senyumku yang lebar perlahan hilang dengan seiring nya Ari jatuh lunglai ke lantai lapangan futsal itu.
"Ariiiiiii!!!!!"
Teriakku dari jauh saat Ari jatuh pingsan ditengah lapangan.Tak buang banyak waktu aku juga berlari ketengah lapangan tidak perduli banyak orang yang melihat ku. Sampai di posisi Ari yang tak jauh dariku aku memisahkan teman teman Ari yang mengelilingi nya mencoba membangun kan Ari.
"Arii.. ri ariii" Aku memukul pelan wajah Ari yang masih pucat pasi itu.
"Kalian ngapain diem aja? Bantuin dong kasihan dia kepanasan!" Aku membentak semua orang yang mengelilingi Ari, bagaimana bisa keadaan seperti ini hanya di tonton.
Mereka pun memanggil tim medis, sembari menunggu aku masih berusaha dengan memukul pelan pipi Ari yang lemas.
Aku mendelik karna pandangan ku menuju hidung runcing nya yang mengeluarkan darah segar perlahan. Dia kenapa?"Pakkkk!!! Cepet pakk temen saya hidung nya berdarah"
Aku memanggil tim medis untuk cepat kearahku.
Kini tim medis membopong Ari ke tandu untuk dibawa ke ambulance. Aku yang berada disitu panik mengikuti kemana arah orang orang itu membawa Ari.Hampir 15 menit Ari ditangani oleh tim medis di basecamp pemain. Aku yang menunggunya hanya bisa harap harap cemas untuj melihat kearah Ari disampingku saja aku tidak bisa karena orang yang menangani Ari mempunyai badan tinggi sedangkan aku hanya mungil seperti ini.
Sesekali juga aku berusaha berjinjit namun tetap saja itu tak berhasil. Masih berusaha berjinjit aku sedikit bingung saat Ari didorong seperti akan meninggalkan tempat ini.
"Eh mbak temen saya mau dibawa kemana?"
Tanyaku menahan salah satu perawat yang menangani Ari."Kita rujuk kerumah sakit karena kita nggak bisa nangani alat kita terlalu minim"
Aku mendelik mendengar kata perawat itu."Separah itukah?"
"Saya tidak bisa memastikan lebih baik kita langsung kerumah sakit"
Aku mengangguk lalu mengikuti orang orang yang membawa Ari.Untung saja orang orang ini percaya kalau aku adalah temannya, mereka membolehkan aku mengikuti Ari masuk kedalam ambulance. Di dalam aku memandang Ari yang lemas dengan selang oksigen dihidung nya juga ada bekas merah dari darah yang keluar dihidung nya.
Aku memandang nya sedih. Kenapa bisa dia seperti ini? Dia kenapa?
Tadi pagi dia baik baik saja.Memandang wajah Ari membuatku kaget saat ada yang bergerak memegang tanganku. Saat kulihat itu adalah tangan Ari yang seperti ketakutan menggenggam tanganku. Aku menoleh kearah dokter dan perawat disini tidak ada yang menyadari, pandangan ku beralih ke tangan Ari dan membalas genggaman nya. Jika dokter dan perawat tau mereka pasti heboh jadi aku diam saja.
Kamu akan baik baik saja Ari aku yakin. Kamu baik baik saja. Kubalas genggaman nya dengan mengelus pelan tangannya. Tangan Ari pun kembali melemas.
-----------------------------------------------------
Ari cakit.
Aicah jadi cedihhhh :(Haha! Hallo.
Sorry for late posting this story! Lagi cibukkkk. Haha!
Jangan lupa like , comment and share :)
See you on next part💙
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You. Friends!
Fanfiction"Jangan cari masalah sama gue, kalau muka loe gak mau bonyok" - Aisyah "Kamu itu satu satunya gadis yang paling manis yang aku temui" - Ari Ketika gadis jago taekwondo, jatuh cinta dengan sosok laki laki humoris nan romantis. -Ini hanya fiktif belak...