Aisyah Pov
Ia memaksaku berteman dengan dia? Apa maksudnya? Tapi apa salahnya kucoba untuk membuka celah untuk orang lain , untuk seseorang yang mungkin bisa menutupi kesepian ku menggantikan nya dengan tawa?Setelah pertemanan paksa di perpustakaan aku dan Ari lebih banyak bicara. Emm ralat! Dia yang banyak bicara , sampai kadang aku bingung menjawab semua pertanyaan yang diajukan nya.
Sampai pulang sekolah pun dia tetap berbicara seperti tidak ada kata lelah untuk memancing ku membuka mulut , terkekeh , dan bahkan tertawa. Aku seperti mempunyai dunia baru.
"Gue pulang dulu ri" Aku yang ingin menuju gerbang sekolah langsung ditahan oleh Ari.
"Kalau berteman, kita harus kemana mana bersama, termasuk diluar sekolah sekarang aku antar pulang ya"
Dia membukakan pintu mobil untukku intruksi untuk aku segera masuk kedalam mobil."Tapi ri , kayak nya nggak sekarang gue ada urusan. Gue mau latihan" Kataku melepaskan tangan nya dari lenganku.
"Kalau gitu aku antar latihan yuk" Dia masih kekeh untuk menarik tangan ku.
"Nggak bisa ri , gue sudah pesan ojek juga , dia udah didepan gue nggak bisa. Sorry"
Aku langsung berlari. Berjaga jaga agar Ari tidak lagi mengejar ku , aku takut jika Ari tau aku sedang latihan apa dia malah menjauhi ku. Aku belum siap jika berteman dengan nya singkat. Aku masih mau mengenal nya. Ya nanti mungkin , aku akan memberi tahu tentang diriku.
Ari pov
Sepertinya dia butuh waktu sendiri , oke baiklah aku akan pulang tapi besok aku tidak akan memberikan nya ampun. Dia harus pulang sama aku.Aku melajukan mobil hitamku pulang kearah rumah. Memikirkan Aisyah dia sebenarnya asik , pendengar yang baik , lugu tapi kenapa nyaris tak ada yang berani dengan dia? Dia bagai petinju kelas dunia yang ditakuti yang mungkin bisa saja meninju tiba tiba orang disekitar nya.
Aku memasuki pekarangan rumah ku. Langsung disambut dengan satpam rumah dan aku meninggalkan mobilku begitu saja , mereka memang biasa dengan sikapku satu ini
"Hai sayang" Mama menyapaku dari dapur yang sedang menyiapkan sesuatu.
"Hai ma" aku melangkah kan kaki menuju ketempat mama.
"Kamu baru pulang?" Tanya nya saat aku mengambil tangan kanan nya untuk kucium.
"Iya ma"
Tiba tiba saja ada pikiran yang membuatku tersenyum sendiri , bagaimana reaksi mama jika aku kenalkan dengan Aisyah ya? Apa Mama akan suka seperti aku suka sama dia saat pandangan pertama?
"Ari , kamu kok aneh sih senyum senyum sendiri. Kamu kenapa?" Mama mengagetkan ku dengan menjentikkan jarinya didepan wajahku. Rupanya aku tersenyum sendiri.
"Nggak papa kok ma. Aku akhirnya punya temen baru tau nggak sih ma" kataku antusias, aku memang laki laki yang selalu terbuka bila dengan mama. Ralat! Mungkin siapapun yang bisa kupercaya
"Oh iya? Kok kamu nggak pernah main sama dia? Kamu banyak dirumah"
Mama masih sibuk dengan alat dapurnya sambil sesekali menatapku yang berada di meja makan tak jauh dari mama."Masih proses ma"
"Maksudnya? Temenan pake proses sih?"
"Ya gitu deh ma, nanti kalau mama udah tau dia Ari cerita in. Ari mau keatas deh , capek"
"Yaudah sana ganti baju. Habis itu makan ya"
"Iya maa"
Aku naik keatas menuju kamarku. Aku akan memberikan mama kejutan soal temanku. Aisyah memang teman perempuan pertama yang aku punya. Iya ada sih, tapi aku tidak pernah berencana berteman sangat baik seperti saat bersama Aisyah.Aisyah Pov
Selesai latihan taekwondo aku pulang dengan diantar tukang ojek online biasa. Aku tidak pernah meminta mama atau om itu menjemput. Pernah sekali suruhan om itu menjemput tapi tak kugubris malah kufitnah sebagai penculik.Aku memasuki rumah yang ntah masih pantas disebut rumah atau bukan. Dibanyak remaja seusiaku mungkin dengan wajah berbinar memasuki rumah. Berbeda denganku wajah murung langsung mendominasi wajahku. Tawa saat aku bertemu dengan Steffi , senyum saat aku berbicara dengan Ari. Semua sirna.
"Hai kak ai , main yuk sama aku" Saat memasuki rumah aku langsung disuguhkan dengan anak kecil perusak ini?
"Gue capek! Gak ada waktu buat Lo!" Aku langsung membentak nya. Dia terlihat akan menangis , tapi aku tidak peduli. Siapa dia?
"Aisyah! Kamu apa-apaan?" Mama mendorong ku hingga punggung ku sedikit menabrak pintu. Mama langsung memeluk anak kecil itu dengan sayang. Ini membuatku makin marah. Air mataku seakan makin ingin melesat keluar.
"Terus aja belain. Emang siapa aku? Haha. Aku bukan anak mama kan dia yang anak mama"
Runtuh. Kini aku menangis sambil berkata dengan mama yang bertekuk lutut dihadapan anak kecil itu dan memeluk nya."Jaga bicara kamu Aisyah! Mama nggak pernah ngajarin kamu kurang ajar"
"Bahkan mama juga nggak pernah ajarin aku ngomong!!"
Aku langsung lari meninggalkan mama dengan hati yang sungguh sakit.
Dihadapan ku mama terang terangan membela anak kecil ini. Anak yang tiba tiba saja merebut mamaku. Baru saja aku merasakan memiliki mama. Setelah beberapa tahun aku tinggal dengan papa. Tapi, setelah om itu datang dan anak itu. Semua hancur , semua perhatian mama hanya untuk mereka , mereka dan mereka.Aku melepar tasku kesembarang tempat , selau seperti ini jika kuputuskan untuk pulang. Seharusnya aku tidak pulang saja. Aku duduk di lantai bersandar pada kasur ku , menekuk lutut memeluknya dan menangis mengenaskan. Membayangkan hidupku yang amat sangat menyakitkan bagiku. Seseorang yang baru saja mengenal mama nya.
Saat ku menangis HP didalam saku ku terus saja berbunyi , dengan sedikit terisak aku melihat siapa yang menelpon malam ini , nomer yang tidak aku kenal. Kuputuskan angkat saja.
"Halo" suara serak ku masih didominasi dengan iringan ingus yang akan keluar dari hidung ku.
"Kamu nangis Aisyah?"
Ari? Darimana dia dapat nomorku. Aku tidak memberikan."Ari" sangat pelan aku menyebut namanya.
"Iya , kamu kenapa? Nangis kenapa? Kok bisa sih?"
Dia sepertinya khawatir."Gue nggak papa. Cuman habis nonton drama" dustaku padanya.
"Kamu nggak lagi bohongkan? Ayolah aisyah. Aku tau kamu nggak suka drama nangis gitu"
"Memang , tapi drama ini terlalu nyata buat gue" Kataku membayangkan hidupku yang memang sangat biasa dengan drama seperti ini.
"Maksutnya?" Ia nampak bingung.
"Nggak, gue nggak papa. Gue mau tidur udah dulu nelpon nya, besok lagi"
"Kamu mau aku telpon lagi?" Deg! Astaga Aisyah. Kau salah bicara. Aku memukul kening lupa kalau anak satu ini rada gila.
"Bukan , Ari.. guee..."
Baru saja aku mencari alasan Ari sudah memotong pembicaraan dengan gaya menyebalkan."Aku tau kamu suka diperhatikan sama aku. Oke, besok aku telpon lagi. Dah Aisyah. Tidur yang nyenyak"
*Tut
Dia menutup telpon nya langsung? Kenapa dia menyebalkan? Tak sadar aku terkekeh sendiri mengingat PD nya sikap ari padaku, sepertinya dia akan menjadi teman yang baik. Seperti Steffi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You. Friends!
Fanfiction"Jangan cari masalah sama gue, kalau muka loe gak mau bonyok" - Aisyah "Kamu itu satu satunya gadis yang paling manis yang aku temui" - Ari Ketika gadis jago taekwondo, jatuh cinta dengan sosok laki laki humoris nan romantis. -Ini hanya fiktif belak...