Hari ini adalah hari dimana suasana akan terasa menegangkan. Aku melirik kearah Ari yang terus konsentrasi untuk mengerjakan soal Ujian nya.
Bukan aku panik tidak belajar, namun aku sedikit khawatir karna badan Ari yang daritadi dingin seperti tidak ada darah ditubuhnya. Ari sepertinya sadar kulihat langsung menatapku balik dengan senyum tipis, dia seakan memberi tanda kalau dia baik baik saja.
Entah kenapa, selangkah lagi menemukan jawaban namun pacu jantungku daritadi tidak bisa dikontrol, seperti akan ada hal besar yang terjadi. Sebenarnya Ari kenapa? Daritadi melihat Ari saja tidak sadar aku meneteskan air mata."Gimana ujian nya?" Tanya Ari melihat aku memakai sepatu. Ujian kali ini menggunakan CBT hingga masuk kedalam lab yang mengharuskan melepas sepatunya. Ari datang lalu duduk disebelahku.
"Bisa kok" Jawabku sambil tersenyum dan kembali konsen mengikat sepatu.
"Alhamdulillah deh. Aku juga bisa tadi" Aku menganguk dan tersenyum, dari jauh aku melihat bayangan Arin dan Marsha yang sedang berjalan sambil berbicara serius.
"Arin sama Marsha tuh" Aku melihat kearah sana diikuti oleh Ari. Kami pun berdiri menyambut Arin dan Marsha.
"Loe nggak papa ri?" Tanya Arin sambil memegang tangan Ari. Aneh sekali.
"Kok nggak papa sih? Emang Ari sakit?"
Tanyaku membuat mereka terlihat saling menatap lalu menelan ludahny. Ini memang aneh, sangat aneh."ah, maksutnya tuh nggak papa sma soalnya ujian. Dia kan jarang masuk takutnya kenapa napa tuh soalnya kan. Sapa tau nggak diisi"
Jawab Arin membuatku menganguk, aku memang tidak bisa menerima tapi nanti aku akan mencari jawaban sendiri.Setelah ketegangan tadi kami pun kembali hangat. Seperti biasa kami menunggu jemputan. Tentu saja tanpa Marsha karna dia membawa mobil sendiri, kami bergurau seperti tidak ada apa apa.
Aku tau daritadi Steffi sudah ada dari jauh, tapi aku diam saja menunggu Ari dan Arin dijemput telebih dahulu. Dan benar, jemputan mereka datang tepat dihadapan Ari."Kamu mau bareng?" Tawar Ari kepadaku.
"Nggak usah, kamu sama Arin aja. Aku nunggu papa aku buat jemput" Jawabku membuat Arin dan Ari menganguk lalu menaiki mobilnya. Setelah sedikit jauh aku memberi tanda kepada Steffi untuk mendekat kearahku.
Setelah itu aku langsung menaiki mobil mungil berawarna putih milik Steffi."Kita ikutin sekarang" Kata Steffi sambil memandang mobil Ari yang jauh didepan kita namun masih dalam pengawasan.
Diperjalan aku dan Steffi terus berargumen ketika ketinggalan jejak mobil Ari, namun semua itu masih bisa teratasi
Untung saja Steffi benar benar memiliki SIM.Mengikuti mobil Ari selama 15 menit mengantarkan kita pada sebuah rumah sakit besar ternama dikota ini. Setelah Steffi memastikan bahwa itu mobil Ari jatungku benar runtuh semua, tulangku sudah hilang semua rasanya. Dugaanku selama ini benar, air mataku benar benar menetes mengetahui Ari benar benar turun dan bergandengan dengan Arin.
"Siapa tau bokapnya yang sakit, loe jangan negatif. Kita turun, keburu jauh dia"
Steffi mengelus lenganku, dari tadi aku bersandar lemas dikursi mobil Steffi. Benar katanya, aku tidak boleh berfikir negatif.
Aku dan Steffi memutuskan untuk turun dan mengikuti secara diam diam kemana Ari dan Arin melangkah. Bukan hanya mereka berdua tapi ada supir yang menjemput nya selama ini.Hatiku semakin tercubit ketika Ari dinaikkan ke kursi roda. Ari sakit apa? Kenapa sepertinya orang disekitar mengistimewakan Ari. Tarikan ditanganku membuat aku langsung mengikuti arahny, Steffi benar benar penguntit handal. Kini aku dan dia didekat sebuah ruangan yang ada Ari didalam nya. Sebenarnya aku dan Steffi tidak bisa melihat apapun. Tapi Steffi bilang dia menunggu keadaan aman.
Setelah dia rasa aman, dia membawaku ke depan pintu ruangan itu, Steffi sedikit mendorong jendela tanpa membuat orang didalam menyadari itu.
Jendela rumah sakit memang dibuat seperti bershape dan bisa dibuka tutup. Disebelahku terdapat meja kecil dan dua kursi lengkap dengan vas bunga bening. Aku rasa ini untuk duduk orang yang menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You. Friends!
Fanfiction"Jangan cari masalah sama gue, kalau muka loe gak mau bonyok" - Aisyah "Kamu itu satu satunya gadis yang paling manis yang aku temui" - Ari Ketika gadis jago taekwondo, jatuh cinta dengan sosok laki laki humoris nan romantis. -Ini hanya fiktif belak...