Part 45

2.1K 150 9
                                    

**
Hari ini sudah genap 2 minggu Aisyah di rumah sakit dan saat nya dia pulang kerumah nya. Bukan bahagia lagi yang aku rasakan, sudah tidak sabar untuk menuntun sahabatku ini mengingat segala tentang dirinya. Bukan dirumah sakit juga tidak bisa tapi kan lebih cepat jika dia mengingat ditempat yang asli?

Setelah bersiap dirumah aku langsung mendatangi rumah sakit untuk menjemput Aisyah. Sudah hampir dekat kamar aku bertemu dengan ayah Aisyah.

"Om"
Sapaku ramah, membuat ayah Aisyah menoleh kearahku dengan senyum tulus.

"Aisyah cerita sih kamu bakal kesini" Kata nya sambil kucium tangan beliau menandakan kalau aku menghormati nya.

"Iya om"

"Masuk aja ri" aku mengangguk lalu masuk kamar Aisyah.
Terlihat mama , adik dan Aisyah sendiri berberes barang yang akan dia bawa pulang. Bukan lagi banyak tapi hampir 3 koper, belum yang di tas kecil. Bagaimana tidak Aisyah sudah disini selama 2 Minggu.

"Hai" sapa Aisyah riang , dia terlihat lebih segar dan infus ditangan nya sudah copot.

"Udah siap banget"

"Iya dong kan mau pulang, tapi mama nggak mau dibantuin masak" Adu Aisyah padaku, spontan aku mengelus pucuk kepala Aisyah dengan gemas. Dia menjadi anak manja yang menggemaskan.

"Iya kamu kan baru lepas infus, gak boleh ambil berat berat nanti sakit"
Kata mama Aisyah sambil memasukkan beberapa barang Aisyah kedalam koper yang sudah hampir selesai.

"Sudah tinggal tunggu ayah kamu baru kita pulang. Mama ke mobil dulu ya naruh yang ringan ringan ini ke bagasi"
Lanjutnya

"Biar aku bantu Tante"
Kataku sambil berusaha mengambil tas kecil yang ia bawa.

"Nggak usah, kamu temenin Aisyah aja disini. Dia suka bandel ambil barang berat"
Katanya dibalas rengekan oleh Aisyah. Aku bahkan tak habis pikir, manusia yang selama ini sangat dingin, galak, suka murung tiba tiba menjadi gadis manis, manja dan menggemaskan? Bagaimana mungkin?

Aku tersenyum menatap mama Aisyah yang mulai meninggalkan aku dan Aisyah berdua dikamar ini, karna adiknya otomatis mengikuti mamanya.
Kutatap Aisyah yang juga menatapku.

"Seandainya aku inget kamu seutuhnya ya"
Katanya sambil memainkan ujung baju nya.

"Kan sekarang kenal"

"Kamu kayak nya akrab banget sama mama, kok bisa?"
Apa yang harus aku katakan? Apa aku harus bilang kalau dulu aku yang membuat mama dan dia berhenti berkonflik? Mungkin tidak.

"Ya aku kan sering main kerumah kamu"

"Aku akrab juga nggak sih sama mama kamu?"

"Mama aku malah suka banget sama kamu"
Kataku sambil menghibur dia, aku tau banyak sekali pertanyaan yang terkumpul dibenaknya namun sulit untuk dia katakan.

"Kapan kapan aku pengen ketemu mama kamu"

"Nanti juga ketemu" aku tersenyum melihat Aisyah berbinar. Aku sungguh menyayangi nya aku tidak ingin ditinggalkan apalagi MENINGGALKAN dia. Tidak jangan sampai.

"Pulang yuk" suara ayah Aisyah yang baru saja datang membuat aku dan Aisyah tersenyum. Kini saatnya untuk Aisyah menjalani hidup yang sesungguhnya, dan aku akan setia berada di setiap langkahnya.

Aisyah berdiri dengan bantuan ku, dia terlihat berusaha untuk berjalan walaupun tubuhnya masih lemas.

"Kamu nggak pake kursi roda aja?"

"Nggak usah. Nanti kaki aku malah manja, jadi gini aja" aku mengangguk sambil sesekali membantunya berjalan.

"Om, Aisyah ikut mobil Ari aja ya"

"Kamu bawa mobil?"
Aku mengangguk.

"Boleh sih, Aisyah mau?"

"Naik mana aja aku yang penting sampe rumah" aku tersenyum sesekali membantu dia berjalan mendekat ayah Aisyah.

"Oke, kalau gitu kalian duluan aja"

"Iya om" kataku meyakinkan ayah Aisyah.

"Ati ati ya ri"

Didalam mobil aku dan Aisyah larut dalam diam, aku melirik sekilas Aisyah nampak memperhatikan disekitar nya. Mungkin dia masih merasa asing dengan tempat ini karna dia lupa ingatan tentu nya. Sesekali dia memasang senyum tulus ketika melihat anak anak kecil sedang bermain di taman.

"Kamu diem aja syah" kata ku mengawali pembicaraan karna mobil terasa sepi.

"Iya, aneh ya. Perasaan aku kayak nggak asing tapi aku lupa ini dimana"

"Ini kan jalan yang juga sering kamu lewati kalau ke sekolah syah, kamu tau nggak kamu sering pake ojek loh"
Aisyah tersenyum seakan tertarik pembicaraan ku.

"Oh ya? Emang mama sama ayah kemana kok sampai aku naik angkot?"

"Iya soalnya kamu sama mama kamu dulu sem-" Bodoh! Kenapa aku sampai mau keceplosan?
"Maksutnya mama sama kamu dulu sering beda jam gitu, dan mama kamu nggak bisa naik mobil jadi ya kamu naik ojek"
Aku menarik nafas lega ketika kulihat Aisyah seperti percaya semua yang aku bicarakan tadi, sedetik kemudian dia malah menyergit seperti mengingat sesuatu.

"Loh emang ayah aku kemana? Kan bisa aku dianter ayah"
Mati kau ri sekarang!

"Hmmm, ayah kamu sering lembur sama kerjaan dan kayaknya kamu gak mau nyusahin gitu jadi ya kamu milih naik ojek"

"Iya juga sih yaa"

"Eh kita udah sampai nih bentar lagi" kata ku cepat untuk tidak membahas hal hal yang mungkin saja akan menyakitkan untuk Aisyah maupun keluarga nya.
Saat berbelok menuju rumah Aisyah pembantu beserta supir Aisyah sudah didepan untuk menyambut nyonya yang dulu sangat galak ini.

"Selamat datang nonnn" Teriak mereka bersamaan membuat aisyah yang keluar dari mobil yang tentu saja aku bantu tersenyum senang.

"Wah makasih, seneng banget disambut gini"
Semua pekerja dirumah Aisyah nampak senang sekaligus menatap kearahku aneh. Mungkin mereka bertanya dia yang dulu galak dan cuek sirna mendadak.
Aku yang mendapat tatapan itu hanya mengangguk sopan tanda kalau Aisyah memang baik baik saja.

"Ibu sama bapak ini namanya siapa? Maaf ya, Aisyah lupa kan Aisyah emang nggak inget apa apa"
Tanya aisyah dengan ceria membuat pekerja disini tertawa.

"Ibu namanya Sumi yang biasanya bantuin mama nya non Aisyah masak sama bersih bersih. Lah kalau bapak ini namanya pak Munir supir disini"
Aisyah tersenyum lalu menjabat satu satu tangan pekerja itu.
Lalu Aisyah nampak teringat sesuatu.

"Lah, kalau aku punya supir kenapa musti naik ojek terus ya ri? Kan ini fasilitas dari Mama sama ayah juga"
Aisyah kini mengingat lagi yang aku katakan, tidak bisakah dia mengingat hal yang lain?

"Non dulu malah yang-"

"Dia supir baru, baru setelah kamu sakit ini. Biar adik kamu ada yang anterin sekolah kalau orang tua kamu jagain kamu dirumah sakit"
Potongku langsung membuat supir didepan Aisyah ini mematung, aku tak memberi kode apapun tapi mampu membuat supir ini diam. Mungkin beliau tau ini demi kebaikan Aisyah.

Aisyah nampak berpikir namun dengan cepat aku mengambil tangan nya.
"Mending kamu masuk, istirahat. Jangan banyak gerak. Inget kata dokter"

"Iya non, masuk aja yuk"
Aisyah mengangguk lalu masuk bersama ibu sumi , setelah Aisyah masuk aku yang masih didepan langsung mendekat pada pak Munir.

"Pak sementara ini bapak jangan bilang apapun terlalu banyak ya, Aisyah masuk rentan sakit tiba tiba kepalanya"

"Gitu ya den, okedeh siap"
Setelah itu aku langsung masuk menyusul Aisyah, untung saja aku bisa mengatasi ini.
----------------------------------------------------
Btw, maaf bgt kalau ceritanya makin gaje :(
Tapi yang gasuka nggak usah kasih pesan yang nggak baik dong di pesan :( aku kan sedih. Biarkan aku menulis untuk yang suka aja..
Buat kalian yang anggap ini gaje bisa kok ke cerita lain yang nggak GAJE.

Suka bgt sih matiin mood aku nulis :((
Pokoknya yang suka jangan lupa LIKE , COMMENT AND SHARE yaww💙

I Love You. Friends!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang