Part 27

3.3K 238 18
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 12 malam. Aku masih belum saja tidur padahal kulirik sedikit di sofa tempat kak Riri dan mama Ari tidur dengan lelapnya aku hanya sedikit tersenyum saat melihat kak kari yang menggeliat lalu memeluk mama nya. Lucu saja tingkah untuk usia mahasiswa.

Entah kenapa aku masih sanggup menahan mataku tidak tertutup untuk hanya melihat Ari yang bahkan tidak menggerakkan satu bagian tubuhnya. Dikamar ini sepi, hanya sesekali terdengar suara tempat oksigen Ari yang seperti merebus air. Aku baru ingat kalau aku dirumah sakit, jika dibayangkan ini mengerikan juga. Bulu kudukku pun mulai meremang.
Ohh ayolah hantu.
Jangan saat ini aku ingin menjaga teman sialanku ini.
Aku berdiri dan menatap sekeliling ku memastikan kalau semua baik baik saja dan tidak ada apapun.

"Duuar"

"Ahhhh!!!!" aku kaget bukan kepalang ketika ari bangun dari pingsan nya dengan cara yang tidak lucu sama sekali. Lihat saja dengan masih selang oksigen yang ada dihidung runcing nya dia masih bisa menggoda ku dan kini malah terbahak namun sengaja dipelankan karna mama dan kak Riri yang tertidur.

Aku yang geram kembali duduk dan menatap Ari dengan tatapan yang membunuh. Jika kalian memiliki sahabat seperti ini apa yang akan kalian lakukan kalau bukan terkam dia?

"Yuhuuuuu ada yang mau makan aku" Ari mencoba menutup tubuhnya penuh dengan selimut rumah sakit.

"Ari gak lucu" aku masih geram karena tindakan Ari yang membuat jantungku berdetak lebih keras sekarang ini.

"Aku nggak ngelucu emang"

"Elo bisa nggak sih bangun dari pingsan yang nggak pake ngagetin orang?"

"Uuuuuuuu kaget?" Dia kembali tertawa hingga keluar air matanya sekarang.

"Lagian masak aku bangun kudu kayak di sinetron sinetron gitu, yang sok sok ngerjab ngerjab in mata , elus rambut pacarnya yang rela nungguin sampe ketiduran , nangis karna ngerepotin mama sama kakaknya sampai tidur sofa gitu? Drama banget kayak nya"

Aku hanya diam saat si manusia yang baru kemarin siang jatuh ditengah lapangan dan pingsan. Dan kini bisa mengomel dengan banyaknya seperti saat sehat saja. Kupikir Ari ini memang manusia aneh.

"Jangan jangan Lo nipu kita semua?"
Jawabku curiga karena melihat Ari yang mengomel.

"Kamu pikir aku dikasih selang dihidung gini cuman acting. Kamu pikir kita main sinetron apa"
Katanya lalu membenarkan tubuhnya untuk setengah duduk. Aku yang disamping nya dengan sigap membantu Ari bangun.

"Ari , elo sakit pake bangun sih" kataku yang masih membantu Ari bangun dari tidurnya.

"Capek tau. Kegajahan punggung aku"

"Kegajahan?"

Dia meringis "hehe. Biar lebih ekstrim aja dari kesemutan"

Aku hanya diam daripada berdebat dengan manusia aneh ini. Dan masih melihat dia yang duduk dan melihat infus ditangan kiri nya.

"Kamu kok romantis banget sih nunggu in aku. Kamu nggak pulang? Apa nggak ada yang nganterin. Aku anter yuk"
Dia beranjak bangun membuatku kaget dan menahan tubuhnya.

"Gila loe! Udah keadaan kayak gini masih aja sok perhatian"
Jawabku membuat ia terkekeh dan aku memandangnya aneh.

"Apa loe ketawa ketawa? Ngerjain kita beneran kan?"

"Apaan sih. Ya terus kalau misal aku sakit rasa perhatian aku ke kamu harus hilang gitu nggak kan?"
Katanya sambil menoel pelan hidung ku.
OMG Ari!!!!
Plisss jangan buat aku makin takut kehilangan sosok kamu. Eh! Kok jadi gini nggak bisa. Dia sahabat aku.

"Tapi loe nggak papa kan apa masih ada yang sakit?"

"Nggak syah. Mendingan kok kayaknya sih aku emang kecapean"

"Balik tidur gih. Gue juga ngantuk mau tidur"
Kataku lalu meletakkan kepalaku di kasur pasien Ari.

"Btw, kamu pernah tidur di kasur pasien nggak? Enak sih empuk"
Aku mengangkat kepalaku dan melihat ke arahnya dan dengan polosnya dia memukul kasur sebelahnya dan Bergeser kearah kanan untuk memberi ruang. Nampaknya dia mengujiku. Aku menatapnya tajam membuat ia meringis ketakutan.

"Tapi kayaknya bakal sempit mending aku tidurin sendiri aja ya"
Aku tak menjawab dikala Ari kembali memposisikan dirinya tidur lagi.

"Yaudah kamu tunggu in aku sampai tidur. Biar kayak di sinetron"
Ari melihat ku dan aku makin melotot  dengan tajam membuat aku menghadap arah berlawanan karna takut menatapku.

"Astagfirullah. Sejak kapan hantu melotot secantik dia mau kek dihantuin"

"Apa?"
Aku teriak sedikit keras tepat ditelinga kiri Ari membuat dia kembali melihat kearahku namun tidak berpindah posisi.

"Nggak, kamu cantik"

"Gue denger ada hantu nya tadi"

"Iya. Kamu cantik jadi sering menghantui pikiran aku"

"Gombal"
Aku kembali meletakkan kepalaku di dibagian kosong kasur Ari karna dia memunggungi ku.

"Kamu tungguin aku sampe tidur. Biar kayak di sinetron" katanya.

"Berisik"

"Ihh tungguin"

"Minta banget ditunggu in. GR!"

"Buktinya kamu disini nemenin aku, nggak pulang besok palingan kamu nggak sekolah"

"Besok libur"

"Ohh iya? Karna aku pingsan jadi libur ya. Keren sih cuman orang ganteng pingsan satu sekolah galau gitu"
Bohong. Ya mana mungkin aku mengatakan kalau aku bolos hanya karena menunggui nya?

"Besok tanggal merah"

"Mana? Orang hitam gini kalendernya semua." Dia kini memegang HP nya untuk memastikan kalau aku bohong. Ya memang aku bohong.

"AKU PULANG"
Aku beranjak berdiri dan mengambil tasku karna muak dengan sikap Ari yang mengomel terus dan semua itu tidak penting.

"Maaf" Aku yang sampai di depan pintu kamar Ari akan keluar ditahan oleh suara Ari yang meminta maaf kepadaku.
Aku berhenti dengan memegang gagang pintu itu.

"Aku cuman nggak mau kamu khawatir"
Aku menoleh kearah Ari dia nampak duduk dan menunduk. Kenapa dia memiliki banyak sekali ekspresi untuk dikeluarkan supaya aku tak tega gini?
Aku menghela nafas dan berjalan menuju Ari. Aku melihat Ari yang kini juga melihat ku.

"Elo itu sakit. Buang semua Omelan loe dan bersikap lah kalau elo emang sakit. Nggak usah sok kuat karna gue tau elo sakit"
Kataku membuat dia tersenyum.

"Seorang laki-laki​ sudah terbiasa kayak gini syah. Terlihat baik baik saja di depan orang walaupun keadaan nya hancur lebur"
Katanya memegang tanganku seakan memberikan aku pengertian. Aku hanya iba melihat Ari. Ini juga pernah dilakukan papa waktu papa masih bersamaku.
Dia selalu terlihat baik baik saja walaupun aku tahu wajah sedih kadang menghiasi wajahnya.

"Kalau kamu mau pulang biar aku yang anterin"
Ari akan melepas infus yang ada ditangannya langsung aku tahan untung saja.

"Gue disini nemenin elo"
Aku tersenyum dan dia pun ikut tersenyum lebih lebar dariku.
Aku kembali duduk dan Ari kembali berbaring.

"Kalau kamu mau tidur kasur pasien sini aja"
Dia menepuk bagian kasur yang kosong kembali seperti tadi. Aku yang baru saja menaruh tas kecilku langsung menghadiahkan dia tatapan tajam menikam.

"Ahhh. Kayaknya aku gendutan"
Dia pun kembali memunggungi ku. Disaat dia sudah diam dengan posisi itu, diam diam aku tersenyum membayangkan sikap kocaknya yang tak pernah hilang seperti apapun keadaan nya.
Aku kagum pada Ari, bahkan dia tidak pernah merasakan apa yang dia rasakan kini. Dan dia tidak ingin orang lain tahu. Anak yang baik.
----------------------------------------------------Author lagi bahagia!!!
Jadi next nya cepet.

Terimakasih doa kalian selalu menyertai ku❤
Happy reading. Btw, akhir akhir ini Pov nya ke Aisyah yaaaa. Ehehe😍

Jangan lupa like , comment and share!!!!

I Love You. Friends!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang